Terdapat beberapa Pandangan dimasyarakat yang menyatakan bahwa lebih
baik berinvestasi disektor riil daripada sektor non riil. Karena pada
sektor riil tersebut merupakan bidang yang jelas terlihat oleh
masyarakat, seperti bidang penjualan produk dan jasa.
Apabila
memiliki dana yang berlebihan, maka cenderung berinvestasi dalam bidang
properti, pembelian Franchise. Kalaupun hendak berinvestasi disektor
non riil, maka saham dan reksa dana lebih dipilih dari pada forex
trading. Alasannya, saham dan reksadana nampak ‘lebih riil’ dibandingkan
dengan forex.
Namun seiring dengan semakin meningkatnya
kecerdasan masyarakat Indonesia dalam investasi, maka dapat dikatakan
bahwa forex trading akan menjadi salah satu alternatif utama pada
investasi sektor non riil selain saham. Besarnya return yang dapat
diberikan dan likuiditas forex trading menjadi salah satu keunggulan
sektor investasi. Ditambah, pemerintah mulai berperan aktif sebagai
regulator dalam produk perdagangan berjangka (seperti forex. komoditi
dan index, dll).
Ketakutan yang mendasar ialah mengenai prinsip
“High Risk High Return” dari forex trading itu sendiri serta kurangnya
edukasi pada investor sehingga menyebabkan kesulit bagi investor pemula
dalam memprediksi pergerakan sebuah harga yang berakhir pada kerugian.
Pada sisi high return forex trading menyebabkan siapa saja dapat
memperoleh keuntungan besar hanya dalam tempo yang sangat singkat. Namun
seperti pedang bermata dua, apabila kita dapat memperoleh keuntungan
yang cukup besar maka resiko kerugian pun sama besarnya dan berbanding
lurus dengan penguasaan teknik bertrading, informasi dan mental
investor. Permasalahan bagi seorang investor pemula ialah kebanyakan
hanya melihat dari sisi High Return forex trading tersebut, yang dimana
keuntungan bisa mencapai 20% dari modal asal hanya dalam satu hari.
Namun tidak pada sisi High Risk-nya. Ditambah adanya beberapa marketing
lokal yang memasarkan forex dengan menonjolkan sisi return-nya melulu
tanpa memberikan informasi atau kemampuan bertrading yang cukup. Pada
akhirnya kerugian para investor baru membentuk stigma buruk masyarakat
bahwa forex trading adalah sama dengan judi.
Meskipun demikian,
sebenarnya ada fasilitas manajemen resiko (risk management) yang
disiapkan oleh sistem untuk kita, dalam menangani resiko yang besar
dalam berinvestasi forex. Jadi, meskipun beresiko, tidak sepenuhnya
demikian. Yang dapat membedakan antara investasi dengan judi adalah,
meskipun sama-sama memiliki unsur spekulasi, investasi memiliki
instrumen analisa dan predictor dalam membaca situasi ke depan. Artinya,
investasi bukanlah sekedar sebuah ajang spekulasi, unsur spekulasi
harus lebih kecil dari nilai kepastian prediksi. Jika tidak, maka hal
tersebut menjadi ajang perjudian dimana ilmu yang digunakan hanya ilmu
probabilitas (peluang) saja.
Forex trading memiliki berbagai
macam indikator analisa, baik itu teknikal dan fundamental, Untuk
memprediksi sebuah pergerakan kurs valuta asing. Jadi trend menguat dan
melemahnya suatu mata uang dapat diprediksikan dengan analisa-analisa
yang ada (analisa > spekulasi). Pertimbangan lainnya adalah
seandainya itu adalah perjudian maka tentu investasi ini dilarang oleh
pemerintah dan pemerintahan di negara lain. Sebaliknya, keberadaannya
semakin menguat dan perputaran uang yang terjadi semakin besar
dibandingkan dengan produk bursa lainnya. Banyak orang yang mengatakan
bahwa : bertransaksi forex sama artinya dengan bermain judi. Dan
anggapan ini akan semakin santer dengan adanya beberapa nasabah yang
mengalami kerugian pada instrumen investasi yang satu ini.
Perihal
yang menjadi pertimbangan lainnya, seandainya forex itu adalah sebuah
perjudian, tentunya investasi secama ini dilarang keberadaannya oleh
pemerintah maupun oleh pemerintahan dinegara lainnya. Alih-alih
dilarang, keberadaannya semakin menguat dan perputaran uang yang terjadi
malah yang terbesar dibanding produk bursa lainnya. Nasabah yang
mengalami kerugian dipasar forex (banyak diantaranya dialami oleh
seorang pemula) menyebabkan mereka beranggapan forex tersebut sama
dengan judi. Padahal satu-satunya penyebab kerugian dari dana mereka
adalah mereka sendiri! Mereka mungkin tahu tentang forex trading namun
tidak menguasainya. Karena kurangnya pemahaman instrumen analisa yang
ada, potensi kerugian menjadi lebih besar dan itulah yang menimpa pada
diri mereka.
Terdapat pepatah lama yang mengatakan bahwa mereka
yang mengetahui akan dikalahkan oleh mereka yang memahami. Mereka yang
memahami akan dikalahkan oleh mereka yang menguasai. Mereka yang
menguasai akan dikalahkan oleh mereka yang menyukai dan mereka yang
menyukai akan dikalahkan oleh mereka yang menghayati. Saya rasa ini pun
berlaku pada forex trading.
Sumber : Seputar Forex
Rabu, 27 Agustus 2014
Pandangan Masyarakat Terhadap Forex
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar :
Posting Komentar