Ini barangkali pertanyaan yang paling mendasar bagi seorang trader.
Hampir setiap hari selalu ada pertanyaan semacam ini di chat room yang
membahas masalah trading. Atau, kalo bukan dalam bentuk pertanyaan,
masalah ini muncul dalam keluhan semacam "kenapa aku buy dia turun,
giliran aku sell dia naik?" Ok deh, untuk menjawab pertanyaan maupun
menanggapi keluhan semacam itu, mari kita coba bahas di sini kapan kita sebaiknya buy dan kapan sell. Secara umum ada dua patokan dalam menentukan kapan kita sebaiknya buy, kapan kita sebaiknya sell.
Pertama: Buy ketika trend sedang naik (dan akan terus naik), Sell saat trend turun (dan akan terus turun).
Metode ini menggunakan prinsip "follow the trend, trend is your
friend". Identifikasi trend yang sedang terjadi di market kemudian ikuti
saja. Mungkin anda bertanya, bagaimana cara mengidentifikasi trend? Ok,
ini juga termasuk FAQ alias pertanyaan yang umum dan rutin juga. Saya
akan coba memberi alternatif bagaimana mengidentifikasi trend.
Pada prinsipnya, cara identifikasi trend sangat tergantung pada type
trader apa anda: Technicalist atau fundamentalist. Berapa lama anda
biasa meng-hold satu posisi: apakah anda termasuk swinger, day trader
atau scalper? Bagi trader yang mengandalkan analisis technical, trend
biasanya diidentifikasi berdasarkan indicator. Ada banyak indicator yang
biasa digunakan untuk mengidentifikasi trend, antara lain yang mudah
dan banyak digunakan adalah parabolic SAR dan "keluarga" Moving Average.
Bahasan tentang bagaimana menggunakan dan membaca indikator ini sudah
pernah saya bahas dalam artikel-artikel saya sebelumnya.
Kemudian tentang berapa lama anda akan meng-hold satu posisi, hal ini
berkaitan erat dengan time frame yang akan anda jadikan patokan dalam
ber-trading. Berbeda time frame, bisa jadi berbeda trend yang sedang
terjadi. Bisa jadi meskipun trend jangka pendek saat ini sedang turun,
kalau trend jangka panjang masih cenderung naik, dan jika anda berencana
untuk meng-hold posisi dalam jangka panjang, tentunya sebaiknya anda
mengambil posisi Buy. Trader swinger atau yang cenderung bermain
longterm biasanya akan memilih time frame 4H keatas, sedangkan trader
yang cenderung scalper atau biasa menghold posisi untuk jangka pendek,
biasanya akan memilih time frame di bawah 30menit.
Ok, sekarang,
bagaimana dengan trader yang cenderung fundamentalist? Berbeda dengan
technicalist yang mengandalkan indikator, trader fundamentalist
cenderung mengandalkan news dalam ber-trading. Jadi mereka memprediksi
trend dengan memantau perkembangan berita-berita yang berhubungan dengan
negara yang mata uangnya mereka trade-kan.
Secara mendasar: berita buruk berarti matauang negara tersebut akan cenderung turun.
Sebaliknya, berita baik berarti matauang negara tersebut akan cenderung
naik. Untuk menghadapi news jang memiliki high impact dan jangka
pendek, mereka biasanya membaca arah market dengan membandingkan antara
data forecast dan actual yang sehubungan dengan news tersebut. Hmm…
sampai di sini anda mungkin bertanya-tanya adakah alternatif yang lain
untuk mengidentifikasi trend? Atau barangkali anda males mengamati
indikator untuk menjadi technicalist dan juga males mengikuti news untuk
jadi fundamentalist?
Ada sih, sebenernya alternatif lain untuk
mengidentifikasi dan mengikuti trend. Apaan tuh? Lah, kan saya udah
pernah bahas tuh, tentang bagaimana membaca kekuatan buyer-seller di market.
Coba baca-baca lagi deh. Intinya sih, tinggal ikuti aja sentimen
mayoritas yang ada. Banyakan yang Buy kita ikutan Buy, banyakan yang
Sell kita juga ikutan Sell. Simple kan?
Sampai di sini kita udah
bahas tentang prinsip pertama dalam menentukan kapan buy, kapan sell.
Trus, prinsip keduanya apa tuh? Mm… kita bahas besok aja deh yaa… hari
ini saya belum nengok market nih. Kangen rasanya ngeliat chart bergerak
lagi setelah 2 hari libur akhir pekan. Ok, sampe ketemu besok yaa!
Sumber : Seputar Forex
Senin, 18 Agustus 2014
Kapan Buy, Kapan Sell? (Part 1)
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar :
Posting Komentar