PT. Rifan Financindo Berjangka, Tokyo - Bursa saham Asia jatuh di awal pekan
perdagangan saham setelah libur tahun baru 2015. Sentimen kebijakan
moneter bank sentral Eropa menjadi fokus perhatian pelaku pasar.
Pada pembukaan perdagangan saham, Senin (5/1/2015), indeks saham MSCI Asia Pacific turun 0,7 persen, dan ini merupakan penurunan terbesar sejak 23 Desember. Penurunan indeks saham diikuti indeks saham Jepang Topix melemah 1,1 persen setelah libur tiga hari. Indeks saham Jepang Nikkei merosot 0,7 persen ke level 17.325,68 di awal perdagangan saham.
Indeks saham yang merosot ini juga diikuti indeks saham Korea Selatan Kospi sebesar 1 persen. Namun, indeks saham Australia/ASX 200 menguat 0,3 persen didorong kenaikan sektor saham energi dan utilitas. Bursa saham Jepang, Selandia Baru, China, Filipina, Taiwan dan Thailand baru membuka perdagangan saham hari ini pada 2015.
Di sisi lain, mata uang Euro merosot ke level terendah dalam hampir sembilan bulan terhadap dolar. Bank sentral Eropa akan memulai pembelian obligasi pemerintah sebesar-besarnya untuk menangkal deflasi.
Pelaku pasar berspekulasi pembuat kebijakan Eropa harus melakukan pelonggaran kuantatif intensif setelah pimpinan bank sentral Eropa Mario Draghi menuturkan, pihaknya tak bisa mengecualikan risiko di wilayah deflasi itu.
"Alasan untuk menjual Euro cukup jelas selama akhir pekan. Draghi menjadi selangkah lebih dekat untuk quantative easing, dan memperdalam kekhawatiran tentang situais politik Yunani. Euro begitu dekat untuk kembali jatuh," ujar Sean Callow, Currency Strategist Westpac Banking Corp, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (5/1/2015).
Euro telah turun 12 persen pada 2014, ini merupakan kinerja terburuk terhadap dolar sejak 2005 di tengah perbedaan euro dan kebijakan moneter Amerika Serikat (AS). Bank sentral Eropa menurunkan suku bunga dan mulai melakukan pembelian aset dalam upaya untuk memicu pertumbuhan ekonomi. Hal itu mencapai level terendah US$ 1,1864.
Sementara itu, bank sentral Amerika Serikat (AS)/The Federal Reserve berpotensi untuk menaikkan suku bunga dari mendekati nol. Indeks Bloomberg Dollar naik 0,1 persen terhadap 10 mata uang utama. Yen naik 0,2 persen menjadi 120,29 per dolar AS setelah tergelincir 0,6 persen.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate turun 0,9 persen menjadi US$ 52,23 per barel. Sedangkan harga minyak Brent melemah 1 persen menjadi US$ 55,86 per barel. (Ahm/)
Sumber : Liputan 6
Pada pembukaan perdagangan saham, Senin (5/1/2015), indeks saham MSCI Asia Pacific turun 0,7 persen, dan ini merupakan penurunan terbesar sejak 23 Desember. Penurunan indeks saham diikuti indeks saham Jepang Topix melemah 1,1 persen setelah libur tiga hari. Indeks saham Jepang Nikkei merosot 0,7 persen ke level 17.325,68 di awal perdagangan saham.
Indeks saham yang merosot ini juga diikuti indeks saham Korea Selatan Kospi sebesar 1 persen. Namun, indeks saham Australia/ASX 200 menguat 0,3 persen didorong kenaikan sektor saham energi dan utilitas. Bursa saham Jepang, Selandia Baru, China, Filipina, Taiwan dan Thailand baru membuka perdagangan saham hari ini pada 2015.
Di sisi lain, mata uang Euro merosot ke level terendah dalam hampir sembilan bulan terhadap dolar. Bank sentral Eropa akan memulai pembelian obligasi pemerintah sebesar-besarnya untuk menangkal deflasi.
Pelaku pasar berspekulasi pembuat kebijakan Eropa harus melakukan pelonggaran kuantatif intensif setelah pimpinan bank sentral Eropa Mario Draghi menuturkan, pihaknya tak bisa mengecualikan risiko di wilayah deflasi itu.
"Alasan untuk menjual Euro cukup jelas selama akhir pekan. Draghi menjadi selangkah lebih dekat untuk quantative easing, dan memperdalam kekhawatiran tentang situais politik Yunani. Euro begitu dekat untuk kembali jatuh," ujar Sean Callow, Currency Strategist Westpac Banking Corp, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (5/1/2015).
Euro telah turun 12 persen pada 2014, ini merupakan kinerja terburuk terhadap dolar sejak 2005 di tengah perbedaan euro dan kebijakan moneter Amerika Serikat (AS). Bank sentral Eropa menurunkan suku bunga dan mulai melakukan pembelian aset dalam upaya untuk memicu pertumbuhan ekonomi. Hal itu mencapai level terendah US$ 1,1864.
Sementara itu, bank sentral Amerika Serikat (AS)/The Federal Reserve berpotensi untuk menaikkan suku bunga dari mendekati nol. Indeks Bloomberg Dollar naik 0,1 persen terhadap 10 mata uang utama. Yen naik 0,2 persen menjadi 120,29 per dolar AS setelah tergelincir 0,6 persen.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate turun 0,9 persen menjadi US$ 52,23 per barel. Sedangkan harga minyak Brent melemah 1 persen menjadi US$ 55,86 per barel. (Ahm/)
Sumber : Liputan 6
0 komentar :
Posting Komentar