PT. Rifan Financindo Berjangka, Sydney - Saham-saham di kawasan Asia Pasifik (bursa Asia) bergerak di antara zona positif dan zona negatif karena investor menunggu apa yang akan terjadi di bursa China.
Mengutip Bloomberg, Rabu (6/1/2016), Indeks MSCI Asia Pasifik turun 0,1 persen pada pukul 09.56 waktu Tokyo Jepang. Dalam perdagangan kemarin, MSCI Asia Pasifik juga melemah hampir 3 persen.
Indeks Topix Jepang juga berayun di antara dua zona, Sedangkan indeks Kospi Korea Selatan turun 0,2 persen. Indeks S&P/ASX 200 tergelincir 0,7 persen dipimpin oleh saham-saham teknologi.
Head of Private Wealth Research di Craigs Investment Partners, Wellington, Australia, Mark Lister menjelaskan, bursa saham di Asia memang sudah terlalu tinggi selama ini. Oleh karena itu saat ini sedang konsolidasi.
"Selain itu masih masih ada beberapa hal yang perlu dikhawatirkan yang akan membuat volatilitas bursa Asia tinggi," tuturnya. Investor saat ini harus melihat apa yang terjadi di China. Lister melihat bahwa ada kemungkinan yang lebih buruk yang bisa terjadi.
Selain itu, sejumlah sentimen negatif membayangi bursa saham di awal pekan ini. Kekhawatiran ekonomi global dan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah juga mempengaruhi harga komoditas terutama minyak. Akan tetapi, permintaan aset investasi lebih aman seperti emas melonjak dan obligasi.
Saat ini, semua fokus perhatian pelaku pasar ke China setelah bursa sahamnya merosot di awal pekan ini. Hal itu membuat perdagangan saham sempat dihentikan untuk pertama kalinya. Indeks saham Shanghai dan Shenzhen turun 7 persen sebelum perdagangan saham dihentikan.
Penurunan itu terburuk dalam satu hari sejak Agustus 2015. Apa yang terjadi di bursa saham China telah berdampak ke sebagian besar bursa saham regional pada tahun lalu.
"Indikator ekonomi China dan Amerika Serikat yang lemah karena dua ekonomi terbesar di dunia dan dampaknya sangat besar. Setiap data baru telah mempengaruhi ketegangan di bursa saham," ujar Toshihiko Matsuno, Kepala Riset SMBC Friend Securities Co.
Ia menambahkan, saat ini kebijakan moneter masih akomodatif. Pelaku pasar akan melihat modal kembali ke aset berisiko. Di pasar uang, indeks dolar AS naik 0,21 persen ke level 98,82. Euro berada di level US$ 1,0828 setelah menyentuh level terendah. (Gdn/Nrm)*
Sumber : Liputan 6
Rabu, 06 Januari 2016
Menunggu Pasar Saham China Buka, Bursa Asia Bergerak di Dua Arah
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar :
Posting Komentar