PT. Rifan Financindo Berjangka, Tokyo - Bursa saham Asia mengalami tekanan di awal pekan ini yang dipicu kekhawatiran perlambatan ekonomi China.
Indeks saham MSCI Asia Pacific kecuali Jepang turun 0,9 persen pada
pukul 09.23 waktu Tokyo. Indeks saham Australia/ASX 200 merosot 2,1
persen, dan mengalami terendah sejak Juli 2013. Sektor saham tambang dan
produsen energi memukul indeks saham Australia.
Penurunan juga diikuti indeks saham Korea Selatan Kospi 1 persen.
Indeks saham Selandia Baru/NZX 50 susut 0,8 persen. Sedangkan bursa
saham Jepang libur untuk memperingati hari Coming-of-age Day pada awal pekan ini.
Hal itu diperkirakan membuat likuiditas di bursa saham Asia sepi dan mempertinggi risiko volatilitas.
"Bursa saham China telah memiliki awal yang sulit untuk tahun ini sehingga berdampak ke global. Prospek inflasi lemah dan volatilitas bursa saham berat telah mendorong kebijakan ekonomi China, dan diharapkan dapat memotong syarat cadangan sekitar 200 basis poin," ujar Mark Smith, Ekonom Senior ANZ Bank, seperti dikutip dari laman Bloomberg, Senin (11/1/2016).
Dengan kondisi bursa saham tak pasti dan kekhawatiran terhadap ekonomi global memicu permintaan aset investasi lebih aman. Yen pun melonjak 0,5 persen menjadi 116,70 per dolar Amerika Serikat (AS). Level itu terkuat sejak Agustus.
Sedangkan mata uang Afrika Selatan rand turun 3 persen menjadi 16,7931 per dolar AS setelah meluncur 9,9 persen.
"Kami sayangnya tidak memiliki alasan utama untuk apa yang terjadi di Afrika Selatan. Negara tersebut begitu berat terkait dengan China," ujar Analis IG Ltd Evan Lucas.
Sementara itu, dolar Australia dan Selandia Baru juga tertekan. Hal itu lantaran China juga merupakan mitra dagang terbesar mereka. Sedangkan won turun 1 persen setelah ada kenaikan risiko perang Korea Selatan dan Korea Utara. Ringgit Malaysia melemah 0,5 persen didorong harga minyak tertekan. (Ahm/Ndw)
Sumber : Liputan 6
0 komentar :
Posting Komentar