English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Senin, 11 Desember 2017

Bursa Saham Asia Pagi Kompak Menguat, Searah Wall Street


Rifan Financindo - Pasar saham Asia menguat tipis pada perdagangan Jumat pagi (8/12) setelah bursa AS berakhir lebih tinggi pada hari Kamis sementara investor di negara Amerika itu menunggu perkembangan selanjutnya reformasi pajak. Pasar juga menunggu rilis data perdagangan dari China untuk petunjuk tentang kesehatan ekonominya.


Baca Juga :


Nikkei 225 terpantau menguat 1,12 persen, rebound setelah mencatat penurunan 2 persen di tengah minggu ini. Juga memberikan dukungan untuk kenaikan tersebut adalah yen yang menurun, diperdagangkan di atas level 113 terhadap dolar. Saham produsen mobil, teknologi dan trading house mencatat kenaikan.

Dilaporkan dari CNBC (8/12), PDB kuartal ketiga Jepang direvisi naik menjadi 2,5 persen dari perkiraan awal 1,4 persen, Reuters melaporkan. Secara triwulanan, ekonomi tumbuh 0,6 persen, dibandingkan dengan perkiraan 0,4 persen. Setelah rilis, dolar mengambil posisi 113,28 yen sesi pagi ini, di atas level penutupan hari Kamis di 113,07.

Di Selat Korea, Kospi bergerak datar karena keuntungan pada saham teknologi berat mengimbangi kerugian yang terlihat pada produsen mobil dan beberapa manufaktur. Samsung Electronics dan SK Hynix masing-masing naik 1,14 persen dan 2,11 persen. Hyundai Motor turun 2,79 persen dan Posco turun 1,95 persen.

Di Selatan, S&P/ASX 200 menanjak 0,22 persen karena sebagian besar saham terkait energi naik didukung harga minyak yang naik lebih dari 1 persen pada sesi terakhir. Oil Search naik 1,11 persen dan Beach Energy bertambah 3,61 persen, namun Santos diperdagangkan datar. Saham bank mencatat kenaikan, sementara pertambangan utama diperdagangkan di wilayah negatif.

Pasar saham China bergerak naik pada awal perdagangan. Indeks Hang Seng Hong Kong naik 0,65 persen. Di daratan, Shanghai Composite menanjak 0,17 persen dan Shenzhen Composite menguat 0,63 persen. Rifan Financindo.


Sumber : Vibiznews

Jumat, 08 Desember 2017

Bursa Saham Asia Pagi Kompak Menguat, Searah Wall Street


PT Rifan Financindo - Pasar saham Asia menguat tipis pada perdagangan Jumat pagi (8/12) setelah bursa AS berakhir lebih tinggi pada hari Kamis sementara investor di negara Amerika itu menunggu perkembangan selanjutnya reformasi pajak. Pasar juga menunggu rilis data perdagangan dari China untuk petunjuk tentang kesehatan ekonominya.

Baca Juga :

Nikkei 225 terpantau menguat 1,12 persen, rebound setelah mencatat penurunan 2 persen di tengah minggu ini. Juga memberikan dukungan untuk kenaikan tersebut adalah yen yang menurun, diperdagangkan di atas level 113 terhadap dolar. Saham produsen mobil, teknologi dan trading house mencatat kenaikan.

Dilaporkan dari CNBC (8/12), PDB kuartal ketiga Jepang direvisi naik menjadi 2,5 persen dari perkiraan awal 1,4 persen, Reuters melaporkan. Secara triwulanan, ekonomi tumbuh 0,6 persen, dibandingkan dengan perkiraan 0,4 persen. Setelah rilis, dolar mengambil posisi 113,28 yen sesi pagi ini, di atas level penutupan hari Kamis di 113,07.

Di Selat Korea, Kospi bergerak datar karena keuntungan pada saham teknologi berat mengimbangi kerugian yang terlihat pada produsen mobil dan beberapa manufaktur. Samsung Electronics dan SK Hynix masing-masing naik 1,14 persen dan 2,11 persen. Hyundai Motor turun 2,79 persen dan Posco turun 1,95 persen.

Di Selatan, S&P/ASX 200 menanjak 0,22 persen karena sebagian besar saham terkait energi naik didukung harga minyak yang naik lebih dari 1 persen pada sesi terakhir. Oil Search naik 1,11 persen dan Beach Energy bertambah 3,61 persen, namun Santos diperdagangkan datar. Saham bank mencatat kenaikan, sementara pertambangan utama diperdagangkan di wilayah negatif.

Pasar saham China bergerak naik pada awal perdagangan. Indeks Hang Seng Hong Kong naik 0,65 persen. Di daratan, Shanghai Composite menanjak 0,17 persen dan Shenzhen Composite menguat 0,63 persen. PT Rifan Financindo.


Sumber : Viiznews

Kamis, 07 Desember 2017

Bursa Asia Melemah Tersengat Kebijakan AS


Rifanfinancindo - Bursa saham Asia masih berada di level terendah dalam dua bulan pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Hal itu dipicu harga komoditas minyak dan tembaga yang tertekan.

Ditambah sentimen kebijakan Amerika Serikat (AS)yang turut pengaruhi pasar. Pelaku pasar ingin tahu bagaimana keputusan akhir dari Undang-Undang (UU) pajak di AS.

Selain itu, pemerintah AS juga berpotensi berhenti operasi sementara jika kongres gagal untuk setujui paket belanja. Ada juga kekhawatiran akan reaksi keras di Timur Tengah usai Presiden AS Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Baca Juga :


Di bursa saham Asia, indeks saham MSCI Asia Pasicifik di luar Jepang stabil di awal perdagangan, dan dekati level terendah dalam dua bulan. Indeks saham Jepang Nikkei naik 1,2 persen usai alami penurunan terbesar.

Indeks saham MSCI global pun turun ke level terendah dalam dua minggu. Indeks saham S&P 500 alami penurunan dalam empat sesi berturut-turut.

"Saya mengatakan pasar saham alami koreksi yang sehat. Tak perlu panik," kata Hirozaku Kabeya, Kepala Riset Daiwa Securities, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (7/12/2017).

Harga komoditas turut pengaruhi bursa saham Asia. Harga minyak dunia turun ke posisi terendah dalam dua bulan usai pasokan bensin Amerika Serikat naik tajam sehingga indikasikan permintaan akan lesu. Sedangkan produksi minyak AS mencapai rekor mingguan.

Namun, di pasar Asia, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 0,25 persen menjadi US$ 56,10 per barel. Harga tembaga pun berada di level US$ 6.550 per ton tidak jauh dari level terendah dalam dua bulan di US$ 6.507.

Di pasar uang, euro berada di kisaran US$ 1.1803, usai tergelincir ke level terendah dalam dua pekan. Dolar AS melemah menjadi 112,27 per yen. Bitcoin pun melonjak ke level tertinggi baru di US$ 14.047.

Saham Microsoft Menguat, Wall Street Bervariasi
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi dengan indeks saham S&P 500 turun tipis. Wall street bervariasi tersebut didorong saham Microsoft dan teknologi lainnya menguat dapat mengimbangi sektor saham energi tertekan lantaran harga minyak tergelincir lebih dari dua persen.

Pada penutupan perdagangan saham Rabu (Kamis pagi WIB), indeks saham Dow Jones turun 39,73 poin atau 0,16 persen ke posisi 24.140,91. Indeks saham S&P 500 tergelincir 0,3 poin atau 0,01 persen ke posisi 2.629,27. Sementara itu, indeks saham Nasdaq naik tipis 14,16 poin atau 0,21 persen ke posisi 6.776,38.

Wall street berada di zona negatif dalam empat sesi berturut-turut pertama kali sejak Maret menunjukkan ketidakpastian investor saat Partai Republik berusaha mendamaikan versi pemangkasan tagihan pajak mereka dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Indeks saham S&P 500 bahkan naik 17 persen sepanjang 2017 dipicu pertumbuhan pendapatan perusahaan yang kuat dan optimisme Presiden AS Donald Trump akan pangkas pajak perusahaan.

"Sulit untuk berspekulasi mengenai apa yang akan dikatakan saat finalisasi undang-undang," ujar Direktur Pacer Financial Inc, Sean O'Hara, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis 7 Desember 2017.

Sentimen lain pengaruhi wall street dari pergerakan saham teknologi. Saham Microsoft, Facebook, dan induk usaha Google yaitu Alphabet mampu naik lebih dari satu persen usai pulih dari aksi jual baru-baru ini. Rifanfinancindo.


Sumber : Liputan 6

Rabu, 06 Desember 2017

Bursa Asia Dibuka Melemah, Investor Mencermati Sentimen Global




Rifan Financindo - Bursa Asia dibuka melemah pada perdagangan Rabu pekan ini. Pelemahan pasar saham di kawasan Asia ini mengikuti pelemahan yang terjadi di bursa Amerika Serikat (AS).

Mengutip CNBC, Rabu (6/12/2017), bursa Australia dibuka melemah dengan indeks acuan ASX 200 turun 0,4 persen. Sebagian besar sektor mengalami tekanan dengan sektor bahan industri melemah 1,22 persen dan energi turun 1,03 persen.

Beberapa saham pertambangan yang melemah adalah Rio Tinto turun 1,54 persen, Fortescue Metal turun 0,97 persen dan BHP kehilangan 1,48 persen.

Baca Juga :


Di Jepang, Nikkei 225 turun 0,57 persen sementara indeks Topix turun 0,51 persen. Di Korea Selatan, Kospi turun 0,12 persen.

Saham Samsung Heavy Industries anjlok usai perusahaan tersebut mengumumkan akan melepas saham kembali dengan target pengumpulan dana US$ 1,38 miliar pada Mei 2018. Rights issue tersebut untuk memperbaiki struktur keuangan perusahaan.

Di pasar mata uang, dolar AS naik terhadap sekeranjang mata uang utama lain. Indeks indeks dolar AS berada di angka 93,379. Mata uang AS ini melambung setelah tertekan hingga 92,70 pada pekan lalu.

Beberapa analis mengaitkan penguatan dolar AS ini karena Presiden AS Donald Trump mampu mendorong reformasi perpajakan di parlemen. Kemajuan pembicaraan sistem perpajakan AS ini akan berdampak kepada gerak bursa Asia juga.

Bursa AS
Di AS, Wall Street tertekan pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Pendorong pelemahan bursa saham di Amerika Serikat (AS) tersam-saham di sektor teknologi dan pelemahan saham Walt Disney Co.

Pelaku pasar tengah menilai pengaruh dari perombakan perpajakan AS yang diajukan oleh Partai Republik terhadap kinerja emiten.

Mengutip Reuters, Dow Jones Industrial Average (DJIA) kehilangan 0,45 persen dan berakhir pada 24.180,64 poin. Sementara S&P 500 berakhir turun 0,37 persen di angka 2.629,57. Sedangkan Nasdaq Composite turun 0,19 persen menjadi 6.762,21.

Pelaku pasar terus mencermati rincian dari perombakan Undang-Undang Perpajakan yang tengah dirancang oleh Partai Republik. "Pemangkasan pajak bisa mendorong kinerja dari perusahaan. Apalagi jika pemangkasannya bisa mencapai 20 persen seperti yang direncanakan," jelas analis CFRA Research Lindsey Bell.

Dalam hitungan dia, pemangkasan pajak ini bisa mendorong pendapatan dari perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam indeks S&P 500 hingga 9 persen. Rifan Financindo.


Sumber : Liputan 6

Selasa, 05 Desember 2017

Inflasi November Diprediksi Melonjak


PT Rifan Financindo - Laju inflasi November 2017 diproyeksikan berada pada rentang 0,13-0,15 persen. Perkiraan tersebut melonjak dibanding realisasi inflasi bulan sebelumnya yang hanya 0,01 persen akibat kenaikan harga kebutuhan pokok, terutama bahan pangan menjelang Natal dan Tahun Baru.


Baca Juga :

"Inflasi November ini diprediksi lebih tinggi dari Oktober 2017, yaitu di angka 0,13-0,15 persen (month to month/mom)," kata Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef),

Beberapa faktor penyebab proyeksi inflasi tinggi di November ini karena adanya kenaikan harga kebutuhan pokok untuk mengantisipasi kebutuhan libur Natal dan Tahun Baru.

"Ada dorongan inflasi dari bahan makanan," ucap Bhima.

Menurutnya, kondisi cuaca juga mempengaruhi produksi tanaman pangan, khususnya tanaman yang tidak tahan lama, seperti cabai merah. Hingga Desember, curah hujan diramalkan tetap tinggi sehingga akan mempengaruhi pasokan bahan pangan, dan pada akhirnya mengerek harga.

Faktor lainnya, Bhima menjelaskan, tekanan inflasi di bulan kesebelas ini juga datang dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi terimbas kenaikan harga minyak mentah dunia.
"Selain itu, inflasi November 2017 pun ikut dipengaruhi kenaikan harga transportasi menjelang libur panjang," tutur Bhima.

Dia berharap pemerintah dapat menjaga stabilitas harga pangan mengingat ada kecenderungan kenaikan inflasi musiman jelang libur Natal dan Tahun Baru. Bhima memperkirakan, inflasi sampai akhir tahun ini berada di kisaran 3,7-3,9 persen.

"Yang perlu diwaspadai adalah inflasi kelompok makanan jadi dan rokok, serta pelemahan rupiah karena memberi tekanan pada harga barang konsumsi yang diimpor, khususnya makanan dan pakaian jadi," Bhima berharap.

Inflasi Oktober
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Oktober 2017 sebesar 0,01 persen. Adapun inflasi tahun kalender sebesar 2,67 persen, dan inflasi tahun ke tahun mencapai 3,58 persen.

"Inflasi di Oktober jauh lebih rendah dibandingkan Oktober 2016 yang sebesar 0,14 persen‎. Tetapi ini lebih tinggi Oktober 2015 yang mengalami deflasi -0,08 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, Rabu (1/11/2017).

Dia mengatakan, penyumbang inflasi antara lain makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,28 persen dengan andil 0,05 persen.

Kemudian perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,18 persen dengan andil 0,04 persen. Sementara bahan makanan terjadi deflasi 0,45 persen dengan andil -0,09 persen.
Dia menuturkan, dari 82 kota IHK, tercatat 44 kota tercatat inflasi, dan 38 kota deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Tual sebesar 1,05 persen.

Sedangkan inflasi terendah berada di Surakarya dan Cilegon sebesar 0,01 persen. Sementara untuk deflasi tertinggi terjadi di Palu sebesar -1,31 persen dan deflasi terendah di Palopo sebesar -0,01 persen.

"Untuk inflasi Oktober 2017, di 82 kota secara umum banyak komoditas yang mengalami penurunan tapi ada yang mengalami kenaikan," tandas dia. PT Rifan Financindo.


Sumber : Liputan 6

Senin, 04 Desember 2017

Bursa Asia Masih Terseret Sentimen dari Wall Street




Rifanfinancindo - Bursa Asia bergerak campuran pada pembukaan perdagangan Senin pekan ini. Pelaku pasar masih mencermati sentimen dari bursa saham Amerika Serikat (AS) pada Jumat lalu yang tertekan karena masalah kolusi antara Presiden AS Donald Trump dan Rusia.

Mengutip CNBC, Senin (4/12/2017), indeks ASX 200 Australia diperdagangkan mendatar pada jam pertama. Sektor keuangan mengalami tekanan 0,6 persen karena kerugian dari saham-saham ban-bank besar.

Baca Juga :


Saham ANZ turun 0,73 persen, Commonwealth Bank turun 0,57 persen, Westpac turun 1,17 persen dan National Australia Bank turun 0,51 persen.

Sedangkan di Jepang, indeks Nikkei 225 melemah 0,13 persen di awal perdagangan. Sedangkan Topix diperdagangkan mendatar. Di Korea Selatan, Indeks Kospi naik 0,41 persen.

Di AS, ABC News melaporkan pada Jumat kemarin bahwa Michael Flynn, penasihat keamanan nasional Gedung Putih, akan bersaksi bahwa dia diarahkan untuk melakukan kontak dengan orang-orang Rusia selama kampanye kepresidenan pada 2016.

Flynn mengaku bersalah berbohong kepada FBI mengenai kontak pasca pemilihannya dengan Duta Besar Rusia untuk AS. Laporan tersebut mendorong pelemahan Wall Street secara besar-besaran.
Namun ABC kemudian mengoreksi berita tersebut dan mengatakan bahwa sumbernya telah mengklarifikasi hal tersebut dan menjelaskan bahwa pertemuan antara Flynn dan Duta Besar Rusia untuk AS untuk memerangi kelompok ekstremis Negara Islam.

Penutupan Wall Street Jumat lalu
Wall Street jatuh pada penutupan perdagangan Jumat atau Sabtu pagi waktu Jakarta. Pendorong pelemahan bursa saham di Amerika Serikat (AS) ini karena adanya penyelidikan terhadap dugaan keterlibatan Rusia dalam pemilihan Presiden AS.

Namun tekanan di Wall Street mampu diredam sedikit dengan adanya kemajuan pembicaraan Undang-Undang Pajak di Kongres AS.

Mengutip Reuters, Sabtu (2/12/2017), Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 40,76 poin atau 0,17 persen menjadi 24.231,59. Untuk S&P 500 kehilangan 5,36 poin atau 0,20 persen menjadi 2.642,22. Sedangkan Nasdaq Composite turun 26,39 poin atau 0,38 persen menjadi 6.847,59.

Indeks acuan utama di Wall Street langsung tertekan setelaj ABC News melaporkan bahwa mantan Penasihat Keamanan Nasional Michael Flynn siap bersaksi sebelum menjabat sebagai presiden, Donald Trump telah melakukan kontak dengan beberapa orang Rusia.

Indeks acuan S&P 500 langsung turun 1,6 persen usai keluarnya laporan tersebut. Flynn mengaku bersalah pada Jumat pagi karena berbohong kepad FBI mengenai kontak dengan duta besar Rusia tersebut.

Namun, pelemahan harga saham tersrbut mampu ditahan di akhir perdagangan setelah Partai Republik AS megatakan bahwa mereka memiliki cukup dukungan untuk melewati rencana perombakan pajak AS.

Adanya berita mengenai tanda-tanda kemajuan mengenai reformasi perpajakan AS sangat diganti oleh investor karena hal tersebut merupakan janji kampanye Presiden Donald Trump yang dipastikan akan memberikan angin segar kepada pasar modal.

"Kasus Michael Flynn memberikan tekanan yang cukup dalam ke Wall Street namun adanya kemajuan di reformasi pajak memberikan angin segar," jelas analis TD Ameritrade di Chicago, J.J. Kinahan. Rifanfinancindo.


Sumber : Liputan 6

Kamis, 30 November 2017

Saham Teknologi Turut Seret Bursa Asia Turun


Rifan Financindo - Bursa Asia jatuh terbebani anjloknya saham perusahaan teknologi. Beberapa orang menganggap ini sebagai koreksi usai pasar saham melaju tinggi, namun beberapa justru percaya ini menjadi tanda adanya aksi berlebihan yang mendorong sektor ini.

Melansir laman Reuters, Kamis (30/11/2017), indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang turun 0,5 persen. Dengan saham Samsung Electronics melemah 3 persen, level terendah dalam dua bulan.

Baca Juga :

Adapun indeks Nikkei Jepang turun 0,3 persen, dipimpin penurunan saham Sony, Murata dan saham teknologi lainnya. Anjloknya saham perusahaan teknologi di Asia, juga imbas dari perusahaan teknologi di Amerika Serikat (AS).

Tercatat, Nasdaq Composite turun 1,27 persen karena investor beralih ke sektor keuangan dan sektor lainnya. Nasdaq turun saat indeks  S&P 500 mendatar dan Dow Jones Industrial Average menguat 0,44 persen.

Di Amerika, sama teknologi yang anjlok antara lain milik Amazon.com (AMZN.O), Apple (AAPL.O), alfabet induk Google (GOOGL.O) dan Facebook (FB.O) yang turun antara 2 persen dan 4 persen. Tertinggi, saham Netflix (NFLX.O) turun 5,5 persen.

Penurunan ini diprediksi akibat kekhawatiran terhadap laporan Morgan Stanley pada awal pekan ini, bahwa permintaan memori flash NAND, komponen kunci dalam berbagai produk berteknologi tinggi, mungkin telah mencapai puncaknya.

Beberapa pelaku pasar mengatakan, koreksi saham teknologi itu tidak mengherankan mengingat kuatnya laju kinerja mereka tahun ini. Indeks Nasdaq masih naik 26,8 persen sepanjang tahun ini, lebih dari 9 persen poin di atas kenaikan indeks S&P.

"Koreksi skala ini telah terjadi berkali-kali di masa lalu. Melihat prospek solid dari banyak perusahaan teknologi yang tinggi dan nilai valuasi yang layak, saya tidak berpikir ini saatnya untuk khawatir," kata Mutsumi Kagawa, Kepala Strategi Global  Rakuten Securities.

Mata Uang dan Imbal Hasil Obligasi
Di sisi lain, imbal hasil obligasi AS serta dolar kembali terdorong, seiring laporan pertumbuhan PDB AS di kuartal ketiga yang direvisi naik menjadi 3,3 persen dari perkiraan awal 3,0 persen.
Itu adalah pertumbuhan tercepat dalam tiga tahun, meskipun para ekonom mencatat bahwa persediaan, barang yang harus dijual, menyumbang hampir seperempat dari pertumbuhan PDB.

Terkait pajak, Senat AS tengah menuju kesepakatan undang-undang pajak yang merupakan prioritas tertinggi di Gedung Putih, yang akan ditetapkan melalui pemungutan suara di akhir pekan ini.
Tapi tetap tidak jelas apakah RUU tersebut memiliki cukup dukungan dari Partai Republik untuk menjadi undang-undang.

Imbal hasil obligasi 10 tahun naik menjadi 2,388 persen, mendekati level tertinggi bulan ini sebesar 2,414 persen.

Mata uang Euro diperdagangkan pada US$ 1,1851, cukup stabil di awal perdagangan. Angka ini turun usai mencapai level tertinggi dalam dua bulan di posisi US$ 1,1961 pada hari Senin.
Dolar juga menguat menjadi 112,00 yen, dari titik terendah sepuluh minggu 110,85 yen. Rifan Financindo.

Sumber : Liputan 6

Rabu, 29 November 2017

Bursa Asia Menghijau Imbas Penguatan Wall Street





PT Rifan Financindo - Bursa saham Asia menguat usai wall street mencetak rekor tertinggi. Ada tanda-tanda kemajuan pemangkasan pajak Amerika Serikat (AS) memberi angin segar untuk bursa saham Asia.


Pada perdagangan Rabu (29/11/2017), indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik tipis 0,1 persen pada awal perdagangan. Indeks saham Jepang Nikkei bertambah 0,5 persen. Indeks saham Australia menanjak 0,7 persen.

Baca Juga :


Prospek pemangkasan pajak Amerika Serikat (AS) tampaknya membaik usai partisipan anggota partai Republik memberikan suara. Namun mereka belum mengumpulkan suara yang dibutuhkan untuk diajukan senat. Sejumlah analis mengingatkan risiko konsekuensi yang tidak diinginkan jika paket itu disahkan.

"Pemangkasan pajak terutama akan dorong sisi permintaan pada saat ekonomi membutuhkan," ujar Jeremy Lawson, Ekonom Standard Life Investments, mengutip laman Reuters.
Ia menambahkan, paket kebijakan ekonomi itu akan dorong aktivitas ekonomi ke depan dengan sebagian besar stimulus sehingga dapat imbangi bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve menaikkan suku bunga lebih cepat.

Selain itu, calon pimpinan the Federal Reserve Jerome Powell pun memberikan pernyataan yang kondusif di depan senat. Powell akan meneruskan kebijakan pendahulunya menaikkan suku bunga. Sejumlah sentimen itu menaikkan wall street ke level tertinggi baru. Indeks saham Dow Jones naik 1,09 persen. Indeks saham S&P 500 menguat 0,99 persen dan indeks saham Nasdaq bertambah 0,49 persen. Wall street kembali cetak rekor berimbas ke bursa saham Asia.

Di pasar uang, indeks dolar AS cenderung stabil. Indeks dolar AS berada di posisi 93,20. Dolar AS menguat tipis 111,57 terhadap yen. Sedangkan euro berada di posisi US$ 1.1846.

Di pasar komoditas, logam paladium mencatatkan level tertinggi sejak Februari 2001. Harga emas sedikit berubah ke posisi US$ 1.293,81 per ounce. Harga minyak mentah turun 27 sen menjadi US$ 57,73 pada awal perdagangan. Sedangkan harga minyak Brent bertahan di US$ 63,61 per barel.

Wall Street Cetak Rekor
Sebelumnya Bursa saham Amerika Serikat atau wall street mencatatkan rekor tertinggi didorong saham bank. Sejumlah sentimen positif membayangi wall street mulai dari kemajuan proses pemangkasan pajak, investor percaya dengan data dan komentar dari kandidat pimpinan the Federal Reserve Jerome Powell.

Pada penutupan perdagangan saham Selasa (Rabu pagi WIB), indeks saham Dow Jones naik 255,93 poin atau 1,09 persen ke posisi 23.836,71. Indeks saham S&P 500 naik 25,65 poin atau 0,99 persen ke posisi 2.627,07. Indeks saham Nasdaq bertambah menguat 33,84 poin atau 0,49 persen ke posisi 6.912,36.

Jerome Powell yang ditunjukkan menggantikan Janet Yellen sebagai pimpinan the Federal Reserve bakal berpotensi meringankan peraturan di sektor keuangan. Powell menyatakan hal itu dalam kesaksikan di depan komite senat.

Powell mempresentasikan dirinya sebagai perpanjangan kebijakan the Federal Reserve yang ditetapkan oleh pendahulunya Janet Yellen dan Ben Bernanke.

Sentimen positif lain yang dorong penguatan wall street datang dari data ekonomi AS. Data ekonomi kepercayaan konsumen melonjak ke level tertinggi dalam 17 tahun. Hal itu didorong dari pasar tenaga kerja yang kuat. Selain itu, harga rumah naik tajam pada September 2017.

"Beberapa data yang didapatkan mengkonfirmasikan lingkungan baik mulai pengangguran, suku bunga rendah, kepercayaan dan aset yang tinggi," ujar Anthony Saglimbene, Global Market Ameriprise Troy, seperti dikutip dari laman Reuters, Rabu 29 November 2017. PT Rifan Financindo.

Sumber : Liputan 6

Selasa, 28 November 2017

Bursa Asia Turun dari Posisi Tertingginya




Rifanfinancindo - Bursa Asia turun dari level tertinggi pada pembukaan perdagangan hari ini, terpicu kekhawatiran tentang aksi jual di pasar saham China. Sementara nilai tukar dolar AS melemah.


Melansir laman Reuters, Selasa (28/11/2017), indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun. Indeks telah berada di uptrend sebagian besar tahun ini. Saham Australia naik 0,2 persen sementara Nikkei Jepang tergelincir 0,3 persen.

Baca Juga :

Kepercayaan investor di China telah berkurang akibat imbal hasil obligasi. Beijing melakukan tindakan keras terhadap shadow banking dan bentuk pembiayaan lainnya yang berisiko. Biaya pinjaman yang tinggi mengancam untuk menekan keuntungan perusahaan.

Saham Daratan telah melonjak 24 persen pada 2017. Dengan keuntungan terkonsentrasi di beberapa saham berbobot indeks besar.

"Aspek keluasan dan partisipasi masyarakat miskin ada di pihak berwenang China," kata Chris Weston, Kepala Strategi di IG Markets.

"Pertanyaannya adalah apakah penurunan lebih lanjut dalam ekuitas Cina daratan dan spillover ke Hong Kong berpotensi mempengaruhi Jepang, Korea dan Australia," kata dia. Rifanfinancindo.


Sumber : Liputan 6

Senin, 27 November 2017

Bursa Asia Bergerak Bervariasi di Awal Pekan


Rifan Financindo - Bursa Asia bergerak bervariasi pada awal pekan ini, dengan pasar Jepang dan Australia mencatat sedikit kenaikan di awal perdagangan. Investor di kawasan ini  tengah mencermati rilis keuntungan industri dari China.

Baca Juga :

Melansir laman CNBC, Senin (27/11/2017), indeks Nikkei 225 Jepang naik 0,31 persen seiring dolar yang beringsut sedikit menguat terhadap yen.

Pemicunya, kenaikan saham sejumlah perusahaan otomotif dan teknologi. Saham Toyota naik tipis 0,27 persen, SoftBank Group menguat 0,58 persen dan Nintendo naik 3,15 persen.

Sementara indeks Korea, Kospi tercatat 0,3 persen lebih rendah. Ini antara lain terpicu penurunan saham Samsung Electronics, sebesar 2,49 persen.

Pada Jumat pekan kemarin, indeks Dow Jones naik 0,14 persen atau 31,81 poin, ditutup 23.557,99. Sementara indeks S&P 500 naik tipis 0,21 persen menjadi  2.602,42, ini merupakan pertama kalinya indeks berakhir di atas angka 2.600.

Adapun mata uang Dolar menguat terhadap sejumlah mata uang lainnya. Indeks dolar terhadap yen, sempat menyentuh level 111.62, dibanding penutupan Jumat lalu di posisi 111,53.

Di sisi lain, China mengumumkan pengurangan tarif pada 187 barang konsumsi pada Jumat pekan lalu. Pemotongan tarif yang akan mempengaruhi berbagai produk, mulai dari susu formula hingga pakaian ini, mulai berlaku 1 Desember 2017. Rifan Financindo.



Sumber : Liputan 6

Jumat, 24 November 2017

Bursa Asia Turun dari Posisi Tertingginya dalam 10 Tahun






PT Rifan Financindo - Bursa Asia melemah di bawah puncak tertingginya dalam 10 tahun jelang akhir pekan ini. Investor terus mencermati pasar saham China yang turun sehari sebelumnya.

Melansir laman Reuters, Jumat (24/11/2017), indeks MSCI saham Asia-Pasifik di luar Jepang turun 0,1 persen pada awal perdagangan, namun penurunan terbesar masih dipimpin saham Australia sebesar 0,3 persen.

Indeks MSCI ini juga masih 0,5 persen di bawah puncak 10 tahun di awal pekan ini. Adapun indeks Nikkei Jepang turun 0,6 persen.

Baca Juga :


"Banyak pasar telah mencapai level tertingginya baru-baru ini sehingga harus ada beberapa aksi ambil untung dan saya tidak akan terlalu khawatir. Namun, dalam waktu dekat, kita bisa berada dalam fase di mana kesabaran dibutuhkan, "kata Hirokazu Kabeya, Kepala Strategi Global di Daiwa Securities.

Meskipun pertumbuhan global yang solid dan pendapatan perusahaan yang kuat telah mendukung saham di Asia dan pasar di banyak belahan dunia lainnya, namun investor masih mencermati pasar saham di China.

Di pasar mata uang, Dolar AS tetap di bawah tekanan setelah keluar notulen  pertemuan kebijakan terbaru Federal Reserve.

Mata uang Euro diperdagangkan pada posisi US$ 1,1846, mendekati level tertinggi satu bulan di posisi US$ 1,1862 yang terjada pada 15 November.

Sementara Dolar jatuh ke level terendah dalam dua bulan terhadap yen, ke posisi 111,07 pada Kamis dan terakhir diperdagangkan menjadi 111,33.

Dolar melemah seiring kunjungan Perdana Menteri Inggris Theresa May ke Brussels untuk membicarakan Brexit. PT Rifan Financindo.



Sumber : Liputan 6

Kamis, 23 November 2017

Dolar AS Tertekan, Bursa Asia Menguat


Rifanfinancindo - Bursa saham Asia menguat pada perdagangan saham Kamis pekan ini, seiring spekulasi bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve tidak terlalu agresif untuk menaikkan suku bunga pada 2018. Ini membuat dolar AS melemah.

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,15 persen. Indeks saham Australia turun 0,07 persen. Sementara itu, indeks saham Korea Selatan belum buka hingga ujian masuk perguruan tinggi nasional. Bursa saham Jepang Nikkei libur. Ini akan membuat volume perdagangan saham tipis di bursa saham Asia.

Di pasar uang, dolar AS cenderung tertekan terhadap yen. Tekanan terhadap dolar AS dipicu dari rilis risalah rapat the Federal Reserve yang fokus terhadap inflasi yang diperkirakan masih di bawah target dua persen.

Selain itu, pernyataan pimpinan the Federal Reserve Janet Yellen yang mengindikasikan ketidakpastian inflasi ke depan. Ini mendorong pasar menilai kenaikan suku bunga pada 2018 masih sesuai rencana. Suku bunga bank sentral AS diperkirakan naik dari 1,25 persen menjadi 1,5 persen pada Desember 2017.

Indeks dolar AS pun berada di kisaran 93,27. Euro berada di kisaran US$ 1,1817. Dolar AS berada di posisi 111,23 terhadap yen.

"Pergerakan dolar AS mengejutkan jelang Thanksgiving ketma FOMC minutes memberikan dorongan lain. Kelihatannya pejabat the Federal Reserve tidak nyaman dengan inflasi yang rendah. Investor pun bertanya-tanya apakah harus membeli banyak dolar AS," ujar Sean Callow, Analis Westpac seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (23/11/2017).

Pergerakan bursa saham Asia juga dipengaruhi oleh wall street yang bervariasi. Indeks saham Dow Jones turun 0,27 persen. Indeks saham S&P 500 susut 0,08 persen. Sedangkan indeks saham Nasdaq bertambah 0,07 persen.

Baca Juga :


Wall Street Bervariasi
Sebelumnya, Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street sedikit berubah yang didorong sektor saham jasa telekomunikasi dan energi. Penguatan sektor energi di wall street dipicu harga minyak.

Pada penutupan perdagangan saham Rabu (Kamis pagi WIB), indeks saham Dow Jones turun 52,18 poin atau 0,22 persen ke posisi 23.538,65. Indeks saham S&P 500 tergelincir 0,51 poin atau 0,02 persen ke posisi 2.598,52. Indeks saham Nasdaq bertambah 4,99 poin atau 0,07 persen ke posisi 6.867,47.

Sektor saham jasa telekomunikasi menggerakkan wall street. Ini didorong dari saham Verizon naik 2,2 persen. Saham AT&T mendaki 1,6 persen. Penguatan tersebut didorong harapan perseroan akan mendapatkan keuntungan dari kebijakan pemerintah Amerika Serikat.

Sementara itu, saham Hewlett Packard Enterprise turun 7,1 persen menjadi US$ 13,11 usai Chief Executive Hewlett Packard Meg Whitman mengumumkan pengunduran diri.

Sektor saham energi juga memengaruhi wall street .Indeks sektor saham energi S&P 500 naik 0,6 persen. Ini didorong harga minyak naik dua persen.

Sentimen lainnya berasal dari rilis hasil pertemuan rapat bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve. Dalam risalah itu, disebutkan kalau pejabat the Federal Reserve memperkirakan suku bunga naik dalam jangka pendek. Investor saham pun tidak terkejut dengan risalah itu.

"Tidak banyak sinyal datang melalui risalah rapat the Federal Reserve," kata John Velis, Wakil Presiden Direktur State Street Global, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (23/11/2017).

Saham lainnya menggerakkan pasar yaitu saham Qualcomm naik 1,9 persen. Saham Deere and Co menguat 4,2 persen. Menjelang perayaan Thanksgiving, volume perdagangan saham cenderung tipis di wall street. Rifanfinancindo.




Sumber : Liputan 6

Rabu, 22 November 2017

Bursa Asia Dibuka Naik, Sektor Teknologi Jadi Pendorong





Rifan Financindo - Bursa Asia langsung penguat pada pembukaan perdagangan Rabu pekan ini. Penguatan ini mengikuti Wall Street yang mencetak rekor pada penutupan perdagangan kemarin. Saham-saham di sektor teknologi penjadi pendorong penguatan bursa saham.


Mengutip CNBC, Rabu (22/11/2017), indeks ASX 200 Australia naik 0,4 persen didorong oleh menghijaunya sebagian besar sektor saham. Sektor energi naik 1,15 persen dan sektor bahan baku naik 0,85 persen.

Untuk sektor finansial sedikit bergejolak karena saham-saham perbankan mengalami tekanan. Saham ANZ turun 0,2 persen, Westpac turun 0,31 persen dan National Australia Bank kehilangan 0,3 persen.
Di Jepang, Nikkei 225 meguat 0,08 persen di awal perdagangan. Sementara Topix naik 0,59 persen. Untuk Korea Selatan, Kospi Naik 0,85 persen.

Sedangkan pasar mata uang, dolar AS turun terhadap sekeranjang mata uang utama dunia pada perdagangan dini hari waktu Asia. Indeks dolar AS diperdagangkan pada 93,942 pada pukul 8.17 Waktu Singapura.

Di antara mata uang Asia, yen jelang diperdagangkan pad akisaran 112,3 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan perdagangan kemarin sore.

Wall Street
Wall Street melonjak penutupan pada perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Kenaikan saham ini mendorong ketiga indeks utama mencetak rekor tertinggi yang dipimpin oleh saham-saham di sektor teknologi dan kesehatan.

Mengutip Reuters, Rabu (22/11/2017), Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 160,5 poin atau 0,69 persen menjadi 23.590,83. Untuk S&P 500 naik 16,89 poin atau 0,65 persen menjadi 2.599,03. Sedangkan Nasdaq Composite menambahkan 71,76 poin atau 1,06 persen menjadi 6.862,48.

Indeks teknologi dalm S&P 500 naik 1,2 persen dibantu oleh kenaikan saham Apple sebesar 1,9 persen. Indeks saham teknologi telah menguat 38,6 persen sepanjang tahun ini, tertinggi jika dibandingkan dengan sektor lainnya. Sedangkan indeks S&P 500 naik 16,1 persen sepanjang tahun ini.

"Kami melihat bahwa investor dalam masa dimana mereka lebih memilih untuk melakukan aksi beli jika dibandingkan dengan menjualnya," jelas analis BB&T Wealth Management, Birmingham, Alabama, Bucky Hellwig. Rifan Financindo.



Baca Juga :


Sumber : Liputan 6

 
Disclaimer: Semua informasi yang tersedia dalam blog ini hanya bersifat informasi saja. Kami berusaha menyajikan informasi yang terbaik, akan tetapi kami tidak menjamin keakuratan dan kelengkapan dari semua informasi atau analisa yang tersedia. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari blog ini.

PT. Rifan Financindo Berjangka Surabaya
Wisma Bii Lt. 16 Jl. Pemuda 60-70 Surabaya 60271 Telp : 031-5349800(hunting), Fax : 031-5347800