KAPAL pariwisata yang melintasi Sungai Seine dan
kumpulan turis yang berfoto dengan latar belakang sungai tersebut adalah
pemandangan sehari-hari yang bisa dijumpai di kawasan ini. Selain
menjadi ikon pariwisata kota Paris, Sungai Seine juga menjadi sumber air
bersih bagi penduduk kota Paris.
Seine bukan sekadar ikon kepariwisataan Kota Paris. Sungai ini merupakan inspirasi bagi seniman dan penyuplai kebutuhan energi serta konsumsi bagi penduduk kota dunia tersebut.
Siang itu para penumpang perahu wisata dengan sabar menunggu terbukanya pintu air raksasa Kanal Saint-Martin. Para penumpang wisata air Paris tersebut mesti menunggu agar permukaan air yang ada di antara dua pintu air yang berwarna hijau tua tersebut selevel dengan permukaan air yang ada di bawah perahu mereka.
Masih di kanal yang sama, para calon penonton film di Cinema Gaumont yang terletak persis di bibir kanal, tampak dengan sabar mengantre di pintu loket. Tidak jauh dari gedung film Gaumont tersebut, puluhan wajah yang lain tampak santai menikmati udara segar Kanal Saint-Martin sambil menikmati kopi di bangku kafe-kafe yang tersebar di kanal tersebut.
Kanal Saint-Martin yang memiliki panjang 4,5 km dan bermuara di Sungai Seine tersebut adalah noktah kecil dari domain aktivitas sosial, ekonomi, dan budaya yang tidak terpisahkan dari Sungai Seine. Sungai ini telah menempatkan dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari ragam kebutuhan warga Kota Paris.
Seine yang hingga abad ke-19 akhir sampai awal abad ke-20 masih menjadi beban bagi Pemerintah Kota Paris karena banjir, penyakit, dan saluran limbah yang buruk, telah mentransformasikan dirinya menjadi penyangga kehidupan warga Kota Paris, termasuk dianugerahi UNESCO sebagai salah satu cagar budaya dunia.
Jika mereka melakukan site seeing dari arah timur menuju arah barat Sungai Seine, akan tampak puluhan situs yang terletak di kanan-kiri lembah Sungai Seine. Di lembah kiri sungai akan tampak berturut-turut la Grand Bibliotheque, Institut de Paris, Musee d’Orsay, hingga Menara Eiffel. Sementara, di sayap kanan sungai berdiri dengan megah bangunan yang lain dari Bercy, Hotel de Ville, Musee du Louvre, hingga Jardin Trocadero.
Sungai Siene bukan sekadar sebagai entitas kepariwisataan. Lebih dari itu, sungai ini telah menjadi oase para seniman Prancis, termasuk para pematung, pelukis, dan pembuat film, bahkan bagi stasiun televisi. Sungai Siene sering muncul sebagai latar dalam karya seni kontemporer Prancis.
Sungai Seine juga memerankan dirinya sebagai penyangga kebutuhan energi dan konsumsi air bersih warga Paris dan sekitarnya. Sebagian kebutuhan air untuk pembangkit listrik tenaga nuklir dan panas diambil dari sungai ini.
Demikian pula dengan kebutuhan air bersih. Sebagian warga Paris pun mengonsumsi air bersih hasil pengolahan air yang berasal dari Sungai Seine, di pusat-pusat penampungan dan pengolahan air sungai yang tersebar di Kota Paris. Sungai Seine juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari usaha pembenahan Kota Paris yang sudah dirintis sejak 200 tahun lalu.
Seine yang merupakan sungai terpanjang kedua di Prancis setelah Sungai Loire, yang pada awalnya hanya memenuhi fungsi tradisionalnya, yaitu sebagai sarana transportasi air dan kanal pembuangan pun, ditata dan diperdayakan secara multiguna. Pemerintah Prancis mengimplementasikan potensi kekayaan alam ini untuk kemakmuran warganya. Seandainya saja Sungai Ciliwung di Jakarta bisa bertransformasi hingga menjadi sejajar dengan Sungai Seine.
Seine dan Paris: Riwayatmu Dulu
Hingga pertengahan abad ke-18, Paris masih menjadi langganan banjir karena luapan Sungai Seine yang melintasi kota parfum tersebut. Dalam catatan sejarah Kota Paris, banjir hebat yang pernah melanda di kota tersebut terjadi pada tahun 1740 dan pada tahun 1801-1802.
Lebih dari itu, selokan yang berbau busuk merupakan pemandangan sehari-hari di Kota Paris. Akibatnya pada tahun 1830, di Kota Paris muncul epidemi kolera yang mengerikan. Pekerjaan besar terkait dengan masalah di atas, diawali oleh Napoleon Bonaparte dengan membangun tanggul di Dermaga d’Orsay, yang membentang dari Pont (jembatan) Royal hingga Concorde. Pekerjaan besar tanpa jeda ini dirampungkan pada 1806. Pembangunan tanggul baru dilanjutkan setelah jeda 2 tahun, yaitu pada Maret 1808-1812.
Akhirnya hasil kerja hampir 10 tahun tersebut menghasilkan tanggul sepanjang 3 km yang membentang dari Jembatan Royal hingga Dermaga Montebello. Pekerjaan besar yang lain dilanjutkan oleh kemenakan Napoleon Bonaparte yang menyandang gelar Napoleon III. Dia menugaskan Baron Haussmann, seorang ahli perkotaan Prancis untuk melakukan restorasi total Kota Paris.
Tidak tanggung-tanggung, untuk memenuhi ambisi tersebut, Haussmann melakukan pekerjaan raksasa dengan membongkar hampir 50% permukiman penduduk, termasuk menggusur rumah seniman besar Victor Hugo. Tapi terbukti, kini Paris bertransformasi menjadi kota yang indah.
Seine bukan sekadar ikon kepariwisataan Kota Paris. Sungai ini merupakan inspirasi bagi seniman dan penyuplai kebutuhan energi serta konsumsi bagi penduduk kota dunia tersebut.
Siang itu para penumpang perahu wisata dengan sabar menunggu terbukanya pintu air raksasa Kanal Saint-Martin. Para penumpang wisata air Paris tersebut mesti menunggu agar permukaan air yang ada di antara dua pintu air yang berwarna hijau tua tersebut selevel dengan permukaan air yang ada di bawah perahu mereka.
Masih di kanal yang sama, para calon penonton film di Cinema Gaumont yang terletak persis di bibir kanal, tampak dengan sabar mengantre di pintu loket. Tidak jauh dari gedung film Gaumont tersebut, puluhan wajah yang lain tampak santai menikmati udara segar Kanal Saint-Martin sambil menikmati kopi di bangku kafe-kafe yang tersebar di kanal tersebut.
Kanal Saint-Martin yang memiliki panjang 4,5 km dan bermuara di Sungai Seine tersebut adalah noktah kecil dari domain aktivitas sosial, ekonomi, dan budaya yang tidak terpisahkan dari Sungai Seine. Sungai ini telah menempatkan dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari ragam kebutuhan warga Kota Paris.
Seine yang hingga abad ke-19 akhir sampai awal abad ke-20 masih menjadi beban bagi Pemerintah Kota Paris karena banjir, penyakit, dan saluran limbah yang buruk, telah mentransformasikan dirinya menjadi penyangga kehidupan warga Kota Paris, termasuk dianugerahi UNESCO sebagai salah satu cagar budaya dunia.
Jika mereka melakukan site seeing dari arah timur menuju arah barat Sungai Seine, akan tampak puluhan situs yang terletak di kanan-kiri lembah Sungai Seine. Di lembah kiri sungai akan tampak berturut-turut la Grand Bibliotheque, Institut de Paris, Musee d’Orsay, hingga Menara Eiffel. Sementara, di sayap kanan sungai berdiri dengan megah bangunan yang lain dari Bercy, Hotel de Ville, Musee du Louvre, hingga Jardin Trocadero.
Sungai Siene bukan sekadar sebagai entitas kepariwisataan. Lebih dari itu, sungai ini telah menjadi oase para seniman Prancis, termasuk para pematung, pelukis, dan pembuat film, bahkan bagi stasiun televisi. Sungai Siene sering muncul sebagai latar dalam karya seni kontemporer Prancis.
Sungai Seine juga memerankan dirinya sebagai penyangga kebutuhan energi dan konsumsi air bersih warga Paris dan sekitarnya. Sebagian kebutuhan air untuk pembangkit listrik tenaga nuklir dan panas diambil dari sungai ini.
Demikian pula dengan kebutuhan air bersih. Sebagian warga Paris pun mengonsumsi air bersih hasil pengolahan air yang berasal dari Sungai Seine, di pusat-pusat penampungan dan pengolahan air sungai yang tersebar di Kota Paris. Sungai Seine juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari usaha pembenahan Kota Paris yang sudah dirintis sejak 200 tahun lalu.
Seine yang merupakan sungai terpanjang kedua di Prancis setelah Sungai Loire, yang pada awalnya hanya memenuhi fungsi tradisionalnya, yaitu sebagai sarana transportasi air dan kanal pembuangan pun, ditata dan diperdayakan secara multiguna. Pemerintah Prancis mengimplementasikan potensi kekayaan alam ini untuk kemakmuran warganya. Seandainya saja Sungai Ciliwung di Jakarta bisa bertransformasi hingga menjadi sejajar dengan Sungai Seine.
Seine dan Paris: Riwayatmu Dulu
Hingga pertengahan abad ke-18, Paris masih menjadi langganan banjir karena luapan Sungai Seine yang melintasi kota parfum tersebut. Dalam catatan sejarah Kota Paris, banjir hebat yang pernah melanda di kota tersebut terjadi pada tahun 1740 dan pada tahun 1801-1802.
Lebih dari itu, selokan yang berbau busuk merupakan pemandangan sehari-hari di Kota Paris. Akibatnya pada tahun 1830, di Kota Paris muncul epidemi kolera yang mengerikan. Pekerjaan besar terkait dengan masalah di atas, diawali oleh Napoleon Bonaparte dengan membangun tanggul di Dermaga d’Orsay, yang membentang dari Pont (jembatan) Royal hingga Concorde. Pekerjaan besar tanpa jeda ini dirampungkan pada 1806. Pembangunan tanggul baru dilanjutkan setelah jeda 2 tahun, yaitu pada Maret 1808-1812.
Akhirnya hasil kerja hampir 10 tahun tersebut menghasilkan tanggul sepanjang 3 km yang membentang dari Jembatan Royal hingga Dermaga Montebello. Pekerjaan besar yang lain dilanjutkan oleh kemenakan Napoleon Bonaparte yang menyandang gelar Napoleon III. Dia menugaskan Baron Haussmann, seorang ahli perkotaan Prancis untuk melakukan restorasi total Kota Paris.
Tidak tanggung-tanggung, untuk memenuhi ambisi tersebut, Haussmann melakukan pekerjaan raksasa dengan membongkar hampir 50% permukiman penduduk, termasuk menggusur rumah seniman besar Victor Hugo. Tapi terbukti, kini Paris bertransformasi menjadi kota yang indah.
Sumber : Okezone
0 komentar :
Posting Komentar