English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Jumat, 09 Februari 2018

Senada Wall Street, Bursa Asia Terpukul Imbal Hasil Obligasi



Rifan Financindo - Bursa Asia jatuh  jelang akhir pekan ini, senada dengan Wall Street yang mengalami penurunan di tengah kekhawatiran kenaikan imbal hasil obligasi.

Melansir laman Reuters, Jumat (9/2/2018), indeks Nikkei Jepang merosot 3 persen, menuju kerugian mingguan sebesar 8,6 persen. Sementara indeks MSCI saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,8 persen.




Baca juga :


Indeks MSCI yang mencapai rekor tertinggi pada 29 Januari, berada di jalur penurunan enam hari berturut-turut, dengan total penurunan mencapai 6 persen pada minggu ini.

Adapun saham Australia melemah 1,7 persen dan KOSPI Korea Selatan turun 2,3 persen.

"Tahap koreksi ekuitas bisa bertahan hingga Februari dan mungkin sampai bulan Maret," kata Masahiro Ichikawa, Ahli Strategi Senior Sumitomo Mitsui Asset Management di Tokyo.

Sebelumnya di Wall Street, indeks Dow anjlok 4,1 persen dan S P 500 tenggelam 3,7 persen. Dengan penurunan pada Kamis tersebut, indeks S&P 500 dan Dow tergelincir lebih dari 10 persen dari rekor tertingginya pada 26 Januari.

Bursa AS mulai goyah setelah laporan pasar tenaga kerja AS tercatat membaik memicu lonjakan imbal hasil obligasi dan kekhawatiran kenaikan inflasi yang dapat memicu kenaikan suku bunga bank sentral.

Tercatat, imbal hasil obligasi 10 tahunan AS naik 2,884 persen pada hari Kamis, tepat di bawah level tertinggi empat tahun pada Senin lalu di posisi 2,885 persen. Angka ini bertahan di level 2,8312 persen.

Imbal hasil naik setelah Bank of England mengatakan kemungkinan suku bunga perlu meningkat lebih cepat, menambah ekspektasi stimulus bank sentral akan berkurang secara global. Rifan Financindo.

Sumber : Liputan 6

Kamis, 08 Februari 2018

Lawan Tekanan Wall Street, Bursa Saham Asia Menguat







PT Rifan Financindo - Bursa saham Asia cenderung menguat pada awal perdagangan saham Kamis (8/2/2018). Penguatan tersebut tidak terpengaruh tekanan wall street karena dipengaruhi sentimen kenaikan imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS).

Pada pembukaan perdagangan bursa saham Asia, indeks Nikkei Jepang melonjak 0,64 persen. Kenaikan itu terdorong penguatan sektor saham keuangan dan otomotif. Sebut saja saham Toyota yang naik 2,94 persen, Fanuc Manufacturing menguat 2,67 persen, dan Mitsubishi UFJ Financial Group naik 1,53 persen.

Selain itu, sektor saham teknologi mayoritas naik tinggi, seperti Sony menguat 1,48 persen dan Nikon 2,09 persen. Sedangkan saham Nintendo justru tergelincir 0,71 persen. Demikian mengutip laman CNBC, Kamis pekan ini.
Baca juga :

Indeks saham Korea Selatan Kospi bergerak menguat 0,85 persen setelah berada di zona merah pada sesi penutupan perdagangan kemarin (7/2). Saham-saham teknologi memimpin, di antaranya Samsung Electronics menguat 1,48 persen.

Indeks saham Australia justru melawan tren positif bursa saham Asia. Indeks ASX 200 jatuh 0,12 persen terseret sentimen negatif di sektor energi dan material, serta terimbas dari laporan neraca keuangan Nissan Motor, Nikon, dan Manulife Financial.

Saham Rio Tinto, perusahaan tambang Inggris-Australia yang memiliki 40 persen hak partisipasi di PT Freeport Indonesia ini jeblok 2,29 persen setelah mengumumkan rekor dividen setahun sebesar US$ 5,2 miliar atau US$ 2,90 per saham.

Dividen diberikan karena pendapatan perusahaan pada tahun lalu melonjak 69 persen menjadi US$ 8,63 miliar. Rio Tinto juga melaporkan pembelian kembali (buy back) saham senilai US$ 1 miliar.

Sementara di pasar uang, indeks dolar AS diperdagangkan di level 90,267. Nilai mata uang dolar AS terhadap yen Jepang turun ke posisi 109,30. Sedangkan kurs Euro merosot ke posisi 1,2265 per dolar AS.

Harga minyak dunia masih tertekan setelah menyentuh level terendahnya dalam satu bulan menyusul persediaan dan produksi minyak mentah AS meningkat pekan lalu.

Harga minyak mentah AS menurun 0,24 persen menjadi US$ 61,64 per barel, dan harga minyak mentah Brent merosot 2 persen menjadi US$ 65,51 per barel. PT Rifan Financindo.

Sumber : Liputan 6

Rabu, 07 Februari 2018

Bursa Saham Asia Kembali Perkasa Imbas Wall Street


Rifanfinancindo - Bursa saham Asia menguat pada awal perdagangan saham Rabu pekan ini. Hal itu didorong bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street berbalik arah ke zona hijau.

Analis menilai, aksi jual mulai tertahan sehingga volatilitas sedikit mereda. Akan tetapi, prospek pengetatan moneter di seluruh dunia masih menjadi tantangan bursa saham untuk jangka panjang.

Baca juga :

"Perubahan stimulus dengan cara lebih terukur masih masuk akal. Meski belum siap untuk kejutan berikutnya. Dengan tingkat kenaikan suku bunga di negara Atlantic dalam beberapa bulan mendatang, kemungkinan ada kekhawatiran lebih lanjut," tulis Analis AMP Capital, seperti dikutip dari laman Reuters, Rabu (7/2/2018).

Pada awal perdagangan di bursa saham Asia, indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,5 persen usai turun tajam. Pada perdagangan saham kemarin, indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang melemah 3,5 persen, dan penurunan terbesar sejak Agustus 2015.

Indeks saham Australia reli 1,1 persen. Indeks saham Jepang Nikkei menguat 2,9 persen.Indeks saham Korea Selatan Kospi menguat 0,62 persen yang didorong sektor saham teknologi.

Bursa saham Asia menguat ini mendapatkan sentimen positif dari wall street. Indeks saham Dow Jones naik 2,33 persen. Sementara itu, indeks saham S&P 500 menguat 1,74 persen dan indeks saham Nasdaq bertambah 2,13 persen.

Selain itu, imbal hasil surat berharga AS untuk tenor 10 tahun berada di posisi 2,65 persen, kemudian kembali naik ke posisi 2,8 persen. Dengan imbal hasil obligasi berbalik arah membuat risiko kembali muncul sehingga dapat dorong aksi jual.

Di pasar uang, dolar AS menguat terhadap yen di posisi 109,50. Euro relatif stabil di kisaran US$ 1,2377. Indeks dolar AS menguat terhadap mata uang asing lainnya dengan naik 0,13 persen ke posisi 89,67.

Harga emas turun berada di posisi US$ 1.325,90 per ounce usai sentuh level terendah US$ 1.319. Sedangkan harga minyak untuk pengiriman April naik 47 sen menjadi US$ 63,58. Harga minyak Brent melemah 40 sen ke posisi US$ 67,22 per barel. Rifanfinancindo.

Sumber : Liputan 6

Selasa, 06 Februari 2018

Bursa Asia Tergelincir Mengekor Wall Street




Rifan Financindo - Bursa Asia anjlok setelah Wall Street mengalami penurunan terbesar sejak 2011 seiring merosotnya kepercayaan investor terhadap faktor-faktor yang menjadi landasan pasar.

Melansir laman Reuters, Selasa (6/2/2018), Bursa Australia susut 2,7 persen pada awal perdagangan ke tingkat terendah sejak Oktober. Sementara indeks Nikkei Jepang melemah lebih dari 4 persen.

Bursa Asia tampaknya mengikuti Bursa saham Amerika Serikat (AS). Wall Street yang anjlok pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta), dengan indeks Dow turun hampir 1.600 poin selama sesi tersebut.

Baca juga :


Ini merupakan penurunan intraday terbesar dalam sejarah, seiring langkah investor yang bergulat dengan kenaikan imbal hasil obligasi dan inflasi yang berpotensi menguat.

Patokan indeks S & P 500 dan Dow mengalami penurunan persentase terbesar sejak Agustus 2011.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 1.175,21 poin atau 4,6 persen menjadi 24.345,75. Sementara indeks S&P 500 kehilangan 113,19 poin atau 4,10 persen menjadi 2.648,94 dan Nasdaq Composite turun 273,42 poin atau 3,78 persen menjadi 6.967,53.

"Sejak musim gugur yang lalu, investor bertaruh pada kondisi ekonomi goldilocks ekspansi ekonomi yang solid, meningkatkan pendapatan perusahaan dan inflasi yang stabil. Tapi kondisi ini sepertinya sudah berubah," kata Norihiro Fujito, Ahli Strategi Investasi Senior Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities.

Indeks S & P 500 berakhir turun 7,8 persen dari rekor tertinggi pada 26 Januari, sementara Dow turun 8,5 persen dari waktu itu.

Sektor keuangan, kesehatan, dan sektor industri mencatat penurunan terbesar. Penurunan menyebar luas karena semua kelompok utama pada indeks utama S&P utama turun setidaknya 1,7 persen. Semua 30 komponen industri Dow blue-chip berakhir negatif.

Dengan penurunan yang terjadi kali ini, indeks S & P 500 menghapus kenaikannya selama 2018 dan justru sekarang turun 0,9 persen pada 2018. Rifan Financindo.


Sumber : Liputan 6

Senin, 05 Februari 2018

Bursa Asia Tertekan, Nikkei Turun 2 Persen



PT Rifan Financindo - Bursa Asia dibuka melemah pada perdagangan di awal pekan ini. Pelemahan ini menyusul kejatuhan bursa saham Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Jumat lalu.

Mengutip CNBC, Senin 5/2/2018), indeks acuan Australia ASX 200 turun 1,31 persen menjadi 6.041,40 di awal perdagangan. Sebagian besar sektor pembentuk indeks berada di zona merah. Sektor keuangan turun 1,07 persen dan sektor energi tertekan 2,14 persen.

Baca juga :


Saham-saham di sektor perbankan mengalami tekanan yang cukup tinggi. Saham ANZ melemah 1,2 persen, Commonwealth Bank tertekan 0,89 persen, Westpac turun 1,23 persen dan National Australia Bank terjatuh 1,12 persen.

Tak berbeda jauh dengan saham-saham di sektor pertambangan. Saham Rio Tinto turun 2,36 persen, Fortescue turun 1,4 persen dan BHP Billiton turun 2,69 persen.

"Pelemahan di AS menjadi menekan bursa saham di seluruh dunia," jelas analis i AMP Capital,Oliver.

Di Jepang, Nikkei 225 turun 2,06 persen pada awal perdagangan, sementara indeks acuan saham Topix turun 1,71 persen. Indeks Kospi Korea Selatan turun 1,66 persen. PT Rifan Financindo.

Sumber : Liputan 6

Jumat, 02 Februari 2018

Bursa Asia Tertekan Seiring Kenaikan Imbal Hasil Obligasi AS




Rifanfinancindo - Bursa Asia mengalami tekanan pada pembukaan perdagangan Jumat pekan ini. Wall Street ditutup campuran dan imbal hasil surat utang pemerintah Amerika Serikat (AS) meningkat.

Mengutip CNBC, Jumat (2/2/2018), Nikkei 225 Jepang turun 0,75 persen. Saham-saham teknologi masih menjadi pemberat gerak Nikkei. Saham SoftBank turun 0,95 persen.

Baca juga :

Di Korea Selatan, Indeks Kospi turun 0,96 persen juga terdorong oleh pelemahan saham-saham teknologi. Samsung Electronics kehilangan 2,73 persen dan SK Hynix turun 1,61 persen.

Sedangkan di Australia, Indeks S&P/ASX 200 mampu bertahan dan naik 0,2 persen. Sektor tambang dan energi menjadi pendorong penguatan indeks saham tersebut.

Di AS, Dow Jones Industrial Average menguat 37,32 poin atau 0,14 persen menjadi 26.186,71. Sementara indeks S&P 500 turun 1,83 poin atau 0,06 persen menjadi 2.821,98 dan Nasdaq Composite melemah 25,62 poin atau 0,35 persen menjadi 7.385,86.

Ini merupakan minggu yang sulit bagi Wall Street. Sebagian besar laporan pendapatan perusahaan yang menguat terdampak kenaikan imbal hasil obligasi, seiring langkah bank sentral dunia keluar dari kebijakan moneter yang mudah.

Tercatat, indeks S&P 500 berada di jalur penurunan mingguan pertama dalam lima pekan. Rifanfinancindo.

Sumber : Liputan 6

Kamis, 01 Februari 2018

Ikuti Wall Street, Bursa Asia Menguat



Rifan Financindo - Bursa saham Asia menguat pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Penguatan bursa Asia itu memangkas kerugian sejak awal pekan ini. Akan tetapi, imbal hasil obligasi dan suku bunga Amerika Serikat (AS) dapat meredam optimisme investor terhadap prospek ekonomi global.

Bank sentral AS atau the Federal Reserve memutuskan mempertahankan suku bunga juga mempengaruhi laju bursa saham Asia. Dari hasil pertemuan bank sentral AS itu juga memberikan sinyal kalau kenaikan suku bunga secara bertahap tetap dilanjutkan pada 2018.

Baca juga :

Indeks saham MSCI Asia Pasifik pun naik 0,1 persen pada awal perdagangan. Penguatan indeks saham acuan ini terjadi usai melemah 1,4 persen sejak Selasa. Indeks saham Jepang Nikkei pun menguat 0,5 persen.

"AS memangkas pajak dan membelanjakan US$ 1,5 triliun untuk infrastruktur ketika ekonomi kuat. Ini akan sedikit ragu jika ekonomi overheat," ujar Norihiro Fujito, Senior Invesment Strategist Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (1/2/2018).

Adapun imbal hasil surat utang atau obligasi AS bertenor 10 tahun naik menjadi 2,75 persen. Kenaikan imbal hasil itu usai bank sentral AS gelar pertemuan pada awal 2018. Diperkirakan kemungkinan suku bunga bank sentral AS naik menjadi empat kali.

Sentimen the Federal Reserve tersebut berdampak ke bursa saham AS atau wall street. Wall street hanya naik tipis dengan indeks saham Dow Jones menguat 0,28 persen.

Di pasar uang, euro ditransaksikan di kisaran US$ 1.2415. Dolar AS terhadap yen berada di kisaran 109,23. Di pasar komoditas, harga minyak menguat usai melemah pada awal pekan ini. Penguatan harga minyak ditopang permintaan bahan bakar. Harga minyak Amerika Serikat naik 0,3 persen menjadi US$ 64,94 per barel. Rifan Financindo.

Sumber : Liputan 6

 
Disclaimer: Semua informasi yang tersedia dalam blog ini hanya bersifat informasi saja. Kami berusaha menyajikan informasi yang terbaik, akan tetapi kami tidak menjamin keakuratan dan kelengkapan dari semua informasi atau analisa yang tersedia. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari blog ini.

PT. Rifan Financindo Berjangka Surabaya
Wisma Bii Lt. 16 Jl. Pemuda 60-70 Surabaya 60271 Telp : 031-5349800(hunting), Fax : 031-5347800