English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Kamis, 01 Februari 2018

Ikuti Wall Street, Bursa Asia Menguat



Rifan Financindo - Bursa saham Asia menguat pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Penguatan bursa Asia itu memangkas kerugian sejak awal pekan ini. Akan tetapi, imbal hasil obligasi dan suku bunga Amerika Serikat (AS) dapat meredam optimisme investor terhadap prospek ekonomi global.

Bank sentral AS atau the Federal Reserve memutuskan mempertahankan suku bunga juga mempengaruhi laju bursa saham Asia. Dari hasil pertemuan bank sentral AS itu juga memberikan sinyal kalau kenaikan suku bunga secara bertahap tetap dilanjutkan pada 2018.

Baca juga :

Indeks saham MSCI Asia Pasifik pun naik 0,1 persen pada awal perdagangan. Penguatan indeks saham acuan ini terjadi usai melemah 1,4 persen sejak Selasa. Indeks saham Jepang Nikkei pun menguat 0,5 persen.

"AS memangkas pajak dan membelanjakan US$ 1,5 triliun untuk infrastruktur ketika ekonomi kuat. Ini akan sedikit ragu jika ekonomi overheat," ujar Norihiro Fujito, Senior Invesment Strategist Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (1/2/2018).

Adapun imbal hasil surat utang atau obligasi AS bertenor 10 tahun naik menjadi 2,75 persen. Kenaikan imbal hasil itu usai bank sentral AS gelar pertemuan pada awal 2018. Diperkirakan kemungkinan suku bunga bank sentral AS naik menjadi empat kali.

Sentimen the Federal Reserve tersebut berdampak ke bursa saham AS atau wall street. Wall street hanya naik tipis dengan indeks saham Dow Jones menguat 0,28 persen.

Di pasar uang, euro ditransaksikan di kisaran US$ 1.2415. Dolar AS terhadap yen berada di kisaran 109,23. Di pasar komoditas, harga minyak menguat usai melemah pada awal pekan ini. Penguatan harga minyak ditopang permintaan bahan bakar. Harga minyak Amerika Serikat naik 0,3 persen menjadi US$ 64,94 per barel. Rifan Financindo.

Sumber : Liputan 6

Rabu, 31 Januari 2018

Bursa Asia Dibuka Melemah, tapi Tak Sedalam Wall Street

Wanita-Wanita Cantik Berkimono Hiasi Pembukaan Bursa Saham Tokyo 
PT Rifan Financindo - Bursa Asia dibuka melemah pada perdagangan saham Rabu pekan ini. Namun pelemahan ini tidak sebesar yang dibukukan oleh bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street.

Mengutip CNBC, Rabu (31/1/2018), Indeks Nikkei 225 Jepang turun tipis 0,04 persen karena pelemahan saham-saham dari produsen mobil. Saham keuangan dan juga manufaktur juga tertekan.

Sedangkan untuk sektor teknologi diperdagangkan beragam. Sony menguat 0,85 persen dan SoftBank turun 0,44 persen di awal sesi.

Baca juga :

Di Korea Selatan, Indeks Kospi dibuka mendatar. Beberapa saham di sektor teknologi diperdagangkan di wilayah positif.

Saham Samsung Electronics melonjak 3,86 persen setelah perusahaan tersebut mengumumkan laba kuartal keempat yang berada di atas ekspektasi investor.

Laba Samsung Electronics pada kuartal keempat naik 64,3 persen dibanding satu tahun lalu menjadi 15,2 triliun won.

Sahamteknologi lainnya yaitu SK Hynix naik tipis 0,14 persen. Berbeda, untuk LG Display diperdagangkan turun 0,46 persen.

Sayangnya, saham sektor keuangan dan saham sektor energi tak mampu mengikuti gerak sektor teknologi.

Di Australia, S&P/ASX 200 turun tipis 0,17 persen yang terdorong oleh pelemahan saham-saham di sektor energi karena pelemahan harga minyak.

Santos turun 1,74 persen dan Beach Energy turun 5,17 persen.

Tak berbeda jaug, sektor keuangan diperdagangkan lebih rendah 0,18 persen dan sektor industri dasar turun 0,48 persen.

Pada perdagangan hari ini, investor saham akan mengamati pidato dari Presiden AS Donald Trump. PT Rifan Financindo.


Sumber : Liputan 6

Selasa, 30 Januari 2018

Bursa Asia Keluar dari Posisi Tertingginya


Rifanfinancindo - Bursa Asia turun dari puncak tertingginya mengekor Wall Street yang melemah terpicu aksi jual saham Apple. Sementara dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat seiring kenaikan imbal hasil obligasi mendekati level tertinggi dalam empat tahun.

Baca juga :
Melansir laman Reuters, Selasa (30/1/2018), indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang melemah 0,3 persen setelah naik ke rekor tertinggi di hari sebelumnya.

Sementara saham Australia turun 0,65 persen, KOSPI Korea Selatan melemah 0,3 persen dan Nikkei Jepang turun 0,5 persen.

Sentimen bearish di Asia mengikuti Wall Street, yang telah melaju selama tahun lalu berkat penguatan pertumbuhan ekonomi dunia yang mendorong kenaikan pendapatan perusahaan dan valuasi saham.

Namun Wall Street pada Senin turun dari puncak tertingginya, di mana indeks Dow dan S&P 500 mencatatkan persentase penurunan satu hari terbesar dalam kurun sekitar lima bulan, terbebani penurunan saham Apple.

Saham Apple (AAPL.O) turun 2,1 persen seiring berita bahwa perusahaan akan memangkas separuh produksi smartphone Intel X999 miliknya. Rencananya,  perusahaan akan melaporkan perolehan laba pada Kamis.

Dow Jones Industrial Average turun 177,23 poin atau 0,67 persen menjadi 26.439,48. Sementara indeks S&P 500 kehilangan 19,34 poin atau 0,67 persen menjadi 2.853,53 dan Nasdaq Composite melemah 39,27 poin atau 0,52 persen menjadi 7.466,51.

Dolar, hari ini menguat, keluar dari pelemahannya yang terus-menerus terjadi dalam beberapa minggu terakhir. Kondisi ini didukung imbal hasil obligasi AS yang lebih tinggi.

Indeks dolar terhadap sekeranjang enam mata uang utama berada di 89,336, setelah melambung dalam semalam dari level terendah dalam tiga tahun di posisi 88.438 pada hari Jumat ketika mata uang lain seperti euro mengalahkan greenback.

Adapun imbal hasil obligasi 10 tahun AS melonjak di atas 2,70 persen ke level tertinggi sejak April 2014. Ini setelah komentar dari pejabat Bank Sentral Eropa menambah harapan bahwa bank sentral secara global akan mengurangi stimulus karena prospek ekonomi yang membaik.

"Ini adalah kenaikan suku bunga riil, yang juga mencerminkan kenaikan ekspektasi inflasi. Oleh karena itu kenaikan tampak jinak, " kata Masahiro Ichikawa, Ahli Strategi Senior Sumitomo Mitsui Asset Management di Tokyo. Rifanfinancindo.


Sumber : Liputan 6

Senin, 29 Januari 2018

Perusahaan Rilis Pendapatan Dorong Bursa Asia Menguat





Rifan Financindo - Bursa Asia memperpanjang kenaikannya pada awal pekan ini, di tengah meningkatnya pendapatan perusahaan dan penguatan pertumbuhan ekonomi global.

Melansir laman Reuters, Senin (29/1 /2018), indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang bertambah 0,19 persen pada awal perdagangan. Ini mendekati kenaikan 12 kali berturut-turut, yang mencapai hampir 8 persen pada tahun ini.

Baca juga :

Adapun indeks Nikkei Jepang menguat 0,2 persen, meski ekspor Jepang tengah berjuang seiring penguatan Yen.

Sementara indeks Hong Kong menjadi pemain terbaik tahun ini dengan kenaikan hampir 11 persen, diikuti Shanghai blue chip yang meraih penguatan hampir 9 persen.

Wall Street juga mulai membaik. Tercatat pada pekan lalu, Dow naik 2,08 persen, S&P menguat 2,22 persen dan Nasdaq bertambah 2,31 persen.

Pertumbuhan pendapatan kuartalan diprediksi membuat indeks S&P 500  mencapai 13,2 persen, menurut data Thomson Reuters.  Angka ini naik dari 12 persen di awal tahun. Dari 133 perusahaan yang telah memberikan laporannnya, hampir 80 persen mengalahkan perkiraan.

Adapun imbal hasil obligasi dua tahun Amerika Serikat (AS) telah meningkat ke posisi tertinggi sejak 2008. Ini bisa kembali terpengaruh kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve pada Maret. Rencananya Bank Sentral AS akan kembali menggelar pertemuan pada hari Rabu. Rifan Financindo.


Sumber : Liputan 6

Jumat, 26 Januari 2018

Pernyataan Presiden Donald Trump Bikin Bursa Asia Bervariasi



PT Rifan Financindo - Bursa Asia bervariasi pada akhir pekan ini. Pemicunya menguatnya kembali nilai tukar dolar usai melemah setelah Presiden Donald Trump mengatakan bahwa dia menginginkan mata uang Amerika Serikat (AS) kembali perkasa.

Melansir laman Reuters, Jumat (26/1/2018), indeks MSCI saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,3 persen menjadi 607,77 setelah mencapai rekor tertinggi di atas 610 pada Rabu, terbebani saham Wall Street yang melemah.




Baca juga :


Namun secara mingguan, Indeks MSCI Asia Pasifik masih naik sekitar 1,4 persen dan menuju kenaikan tujuh minggu berturut-turut.

Adapun saham Australia merosot 0,1 persen. Sementara, penguatan dolar terhadap yen mengangkat saham Jepang, mendorong Nikkei naik 0,5 persen.

Wall street menguat dengan indeks Dow Jones Industrial Average dan S&P 500 ditutup ke posisi tertinggi usai pernyataan Presiden Donald Trump yang mengatakan bahwa dirinya menginginkan penguatan dolar.

Mata uang AS ini menghapus kerugian terhadap sekeranjang mata uang utama setelah Trump mengatakan kepada CNBC, dalam sebuah wawancara di Davos, Swiss, bahwa dia ingin melihat dolar yang kuat.

Dow Jones Industrial Average naik 0,54 persen menjadi 26.392,79, merupakan penutupan tertinggi yang pernah ada. Sementara  indeks S & P berakhir 0,06 persen lebih tinggi ke 2.839,25. Namun Nasdaq turun 0,05 persen menjadi 7.411,16.

Dolar telah mengalami penurunan persentase harian terbesar dalam tujuh bulan pada Rabu. Ini setelah Menteri Keuangan AS Steven Munchin mengatakan bahwa dia menyambut baik pelemahan mata uang. Dolar yang lebih lemah cenderung menguntungkan perusahaan multinasional AS.

 "Trump memang mengatakan dia menginginkan dolar yang lebih kuat. Namun, pada saat yang sama tidak bermaksud untuk mengubah pendiriannya untuk mengejar investasi melalui kebijakan perdagangan," kata Junichi Ishikawa, Ahli strategi FX senior di IG Securities di Tokyo.

"Komentar dari pejabat tinggi AS mengenai dolar kemungkinan akan terus kurang konsistensi ke depan," kata dia. PT Rifan Financindo.

Sumber : Liputan 6

Kamis, 25 Januari 2018

Bursa Asia Dekati Level Tertinggi Imbas Dolar AS Tertekan


Rifanfinancindo - Bursa saham Asia mendekati rekor tertinggi pada perdagangan Kamis pekan ini meski kekhawatiran proteksi perdagangan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Selain itu, dolar AS tertekan usai Menteri Keuangan Steven Mnuchin menyambut baik pelemahan mata uang dolar AS tersebut. Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,15 persen. Sementara itu, indeks saham Jepang Nikkei melemah 0,8 persen seiring dolar AS tertekan terhadap yen.

Baca juga :

Bursa AS awau wall street pun cenderung bervariasi yang didorong pendapatan perusahaan kuat. Sentimen itu juga mengimbangi kekhawatiran protesi perdagangan oleh Presiden AS Donald Trump.

Selain itu, Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross juga memberikan pernyataan perdagangan China. Otoritas Perdagangan AS sedang selidiki apakah ada kasus untuk mengambil tindakan atas pelanggaran hak kekayaan intelektual China.

"Perang dagang telah berlangsung cukup lama," ujar Ross, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (25/1/2018).

Di pasar keuangan dolar AS terguncang kekhawatiran perang dagang, kini mendapatkan kejutan lain dari komentar Menteri Keuangan AS Mnuchin yang melihat dolar AS tertekan positif untuk perdagangan AS.

"Dolar AS melemah bagus untuk kami karena berkaitan dengan perdagangan dan peluang," ujar dia.

Indeks dolar AS pun turun 0,98 persen terhadap enam mata uang utama lainnya menjadi 89,15. Angka itu terendah sejak Desember 2014. "Adalah penting Menteri Keuangan AS berbicara tentang keuntungan dari dolar AS yang lebih lemah," ujar Daisuke Uno, Analis Sumitomo Mitsui Bank.

Di pasar keuangan, euro naik ke posisi US$ 1.2415. Jelang pertemuan Bank Sentral Eropa, posisi euro di kisaran US$ 1.2393. Dolar AS tergelinCIR ke 108,965 terhadap yen.

Di pasar komoditas, harga emas melonjak ke level tertinggi dalam 1,5 tahun. Harga emas berada di posisi US$ 1.362 per ounce. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) berada di posisi US$ 65,78 per barel. Harga minyak Brent berada di posisi US$ 70,53 per barel. Rifanfinancindo.

Sumber : Liputan 6

Rabu, 24 Januari 2018

Bursa Asia Bergerak Campuran, Dolar AS Melemah



Rifan Financindo - Bursa Asia bergerak campuran pada perdagangan Rabu pekan ini. Wall Street Ditutup menguat karena investor Amerika Serikat (AS) memberikan sentimen positif kepada laporan keuangan emiten.

Mengutip CNBC, Rabu (24/1/2018), indeks Nikkei 225 Jepang tergelincir 0,42 persen setelah menyentuh level tertinggi dalam 26 tahun pada perdagangan Selasa kemarin.

Penurunan tersebut terjadi karena nilai tukar yen melemah terhadap dolar AS sehingga perusahaan yang berorientasi ekspor tertekan.

Baca juga :

Saham-saham dari produsen otomotif, sektor keuangan dan manufaktur mengalami tekanan yang cukup dalam. Namun sektor konsumsi mengalami penguatan.

Dolar AS tergelincir jauh ke 110.15 per yen karena keluarnya data perdagangan ekspor-impor. Sebelumnya dolar AS menguat ke 111,7 per yen setelah Bank Sentral Jepang mempertahankan kebijakan moneter.

Menurut Reuters, data yang dirilis pada Rabu ini menunjukkan bahwa ekspor Jepang naik 9,3 persen pada Desember lalu jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Namun angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan perkiraan analis yang ada di angka 10,1 persen. Rifan Financindo.

Sumber : Liputan 6

 
Disclaimer: Semua informasi yang tersedia dalam blog ini hanya bersifat informasi saja. Kami berusaha menyajikan informasi yang terbaik, akan tetapi kami tidak menjamin keakuratan dan kelengkapan dari semua informasi atau analisa yang tersedia. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari blog ini.

PT. Rifan Financindo Berjangka Surabaya
Wisma Bii Lt. 16 Jl. Pemuda 60-70 Surabaya 60271 Telp : 031-5349800(hunting), Fax : 031-5347800