English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Selasa, 30 Januari 2018

Bursa Asia Keluar dari Posisi Tertingginya


Rifanfinancindo - Bursa Asia turun dari puncak tertingginya mengekor Wall Street yang melemah terpicu aksi jual saham Apple. Sementara dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat seiring kenaikan imbal hasil obligasi mendekati level tertinggi dalam empat tahun.

Baca juga :
Melansir laman Reuters, Selasa (30/1/2018), indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang melemah 0,3 persen setelah naik ke rekor tertinggi di hari sebelumnya.

Sementara saham Australia turun 0,65 persen, KOSPI Korea Selatan melemah 0,3 persen dan Nikkei Jepang turun 0,5 persen.

Sentimen bearish di Asia mengikuti Wall Street, yang telah melaju selama tahun lalu berkat penguatan pertumbuhan ekonomi dunia yang mendorong kenaikan pendapatan perusahaan dan valuasi saham.

Namun Wall Street pada Senin turun dari puncak tertingginya, di mana indeks Dow dan S&P 500 mencatatkan persentase penurunan satu hari terbesar dalam kurun sekitar lima bulan, terbebani penurunan saham Apple.

Saham Apple (AAPL.O) turun 2,1 persen seiring berita bahwa perusahaan akan memangkas separuh produksi smartphone Intel X999 miliknya. Rencananya,  perusahaan akan melaporkan perolehan laba pada Kamis.

Dow Jones Industrial Average turun 177,23 poin atau 0,67 persen menjadi 26.439,48. Sementara indeks S&P 500 kehilangan 19,34 poin atau 0,67 persen menjadi 2.853,53 dan Nasdaq Composite melemah 39,27 poin atau 0,52 persen menjadi 7.466,51.

Dolar, hari ini menguat, keluar dari pelemahannya yang terus-menerus terjadi dalam beberapa minggu terakhir. Kondisi ini didukung imbal hasil obligasi AS yang lebih tinggi.

Indeks dolar terhadap sekeranjang enam mata uang utama berada di 89,336, setelah melambung dalam semalam dari level terendah dalam tiga tahun di posisi 88.438 pada hari Jumat ketika mata uang lain seperti euro mengalahkan greenback.

Adapun imbal hasil obligasi 10 tahun AS melonjak di atas 2,70 persen ke level tertinggi sejak April 2014. Ini setelah komentar dari pejabat Bank Sentral Eropa menambah harapan bahwa bank sentral secara global akan mengurangi stimulus karena prospek ekonomi yang membaik.

"Ini adalah kenaikan suku bunga riil, yang juga mencerminkan kenaikan ekspektasi inflasi. Oleh karena itu kenaikan tampak jinak, " kata Masahiro Ichikawa, Ahli Strategi Senior Sumitomo Mitsui Asset Management di Tokyo. Rifanfinancindo.


Sumber : Liputan 6

Senin, 29 Januari 2018

Perusahaan Rilis Pendapatan Dorong Bursa Asia Menguat





Rifan Financindo - Bursa Asia memperpanjang kenaikannya pada awal pekan ini, di tengah meningkatnya pendapatan perusahaan dan penguatan pertumbuhan ekonomi global.

Melansir laman Reuters, Senin (29/1 /2018), indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang bertambah 0,19 persen pada awal perdagangan. Ini mendekati kenaikan 12 kali berturut-turut, yang mencapai hampir 8 persen pada tahun ini.

Baca juga :

Adapun indeks Nikkei Jepang menguat 0,2 persen, meski ekspor Jepang tengah berjuang seiring penguatan Yen.

Sementara indeks Hong Kong menjadi pemain terbaik tahun ini dengan kenaikan hampir 11 persen, diikuti Shanghai blue chip yang meraih penguatan hampir 9 persen.

Wall Street juga mulai membaik. Tercatat pada pekan lalu, Dow naik 2,08 persen, S&P menguat 2,22 persen dan Nasdaq bertambah 2,31 persen.

Pertumbuhan pendapatan kuartalan diprediksi membuat indeks S&P 500  mencapai 13,2 persen, menurut data Thomson Reuters.  Angka ini naik dari 12 persen di awal tahun. Dari 133 perusahaan yang telah memberikan laporannnya, hampir 80 persen mengalahkan perkiraan.

Adapun imbal hasil obligasi dua tahun Amerika Serikat (AS) telah meningkat ke posisi tertinggi sejak 2008. Ini bisa kembali terpengaruh kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve pada Maret. Rencananya Bank Sentral AS akan kembali menggelar pertemuan pada hari Rabu. Rifan Financindo.


Sumber : Liputan 6

Jumat, 26 Januari 2018

Pernyataan Presiden Donald Trump Bikin Bursa Asia Bervariasi



PT Rifan Financindo - Bursa Asia bervariasi pada akhir pekan ini. Pemicunya menguatnya kembali nilai tukar dolar usai melemah setelah Presiden Donald Trump mengatakan bahwa dia menginginkan mata uang Amerika Serikat (AS) kembali perkasa.

Melansir laman Reuters, Jumat (26/1/2018), indeks MSCI saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,3 persen menjadi 607,77 setelah mencapai rekor tertinggi di atas 610 pada Rabu, terbebani saham Wall Street yang melemah.




Baca juga :


Namun secara mingguan, Indeks MSCI Asia Pasifik masih naik sekitar 1,4 persen dan menuju kenaikan tujuh minggu berturut-turut.

Adapun saham Australia merosot 0,1 persen. Sementara, penguatan dolar terhadap yen mengangkat saham Jepang, mendorong Nikkei naik 0,5 persen.

Wall street menguat dengan indeks Dow Jones Industrial Average dan S&P 500 ditutup ke posisi tertinggi usai pernyataan Presiden Donald Trump yang mengatakan bahwa dirinya menginginkan penguatan dolar.

Mata uang AS ini menghapus kerugian terhadap sekeranjang mata uang utama setelah Trump mengatakan kepada CNBC, dalam sebuah wawancara di Davos, Swiss, bahwa dia ingin melihat dolar yang kuat.

Dow Jones Industrial Average naik 0,54 persen menjadi 26.392,79, merupakan penutupan tertinggi yang pernah ada. Sementara  indeks S & P berakhir 0,06 persen lebih tinggi ke 2.839,25. Namun Nasdaq turun 0,05 persen menjadi 7.411,16.

Dolar telah mengalami penurunan persentase harian terbesar dalam tujuh bulan pada Rabu. Ini setelah Menteri Keuangan AS Steven Munchin mengatakan bahwa dia menyambut baik pelemahan mata uang. Dolar yang lebih lemah cenderung menguntungkan perusahaan multinasional AS.

 "Trump memang mengatakan dia menginginkan dolar yang lebih kuat. Namun, pada saat yang sama tidak bermaksud untuk mengubah pendiriannya untuk mengejar investasi melalui kebijakan perdagangan," kata Junichi Ishikawa, Ahli strategi FX senior di IG Securities di Tokyo.

"Komentar dari pejabat tinggi AS mengenai dolar kemungkinan akan terus kurang konsistensi ke depan," kata dia. PT Rifan Financindo.

Sumber : Liputan 6

Kamis, 25 Januari 2018

Bursa Asia Dekati Level Tertinggi Imbas Dolar AS Tertekan


Rifanfinancindo - Bursa saham Asia mendekati rekor tertinggi pada perdagangan Kamis pekan ini meski kekhawatiran proteksi perdagangan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Selain itu, dolar AS tertekan usai Menteri Keuangan Steven Mnuchin menyambut baik pelemahan mata uang dolar AS tersebut. Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,15 persen. Sementara itu, indeks saham Jepang Nikkei melemah 0,8 persen seiring dolar AS tertekan terhadap yen.

Baca juga :

Bursa AS awau wall street pun cenderung bervariasi yang didorong pendapatan perusahaan kuat. Sentimen itu juga mengimbangi kekhawatiran protesi perdagangan oleh Presiden AS Donald Trump.

Selain itu, Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross juga memberikan pernyataan perdagangan China. Otoritas Perdagangan AS sedang selidiki apakah ada kasus untuk mengambil tindakan atas pelanggaran hak kekayaan intelektual China.

"Perang dagang telah berlangsung cukup lama," ujar Ross, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (25/1/2018).

Di pasar keuangan dolar AS terguncang kekhawatiran perang dagang, kini mendapatkan kejutan lain dari komentar Menteri Keuangan AS Mnuchin yang melihat dolar AS tertekan positif untuk perdagangan AS.

"Dolar AS melemah bagus untuk kami karena berkaitan dengan perdagangan dan peluang," ujar dia.

Indeks dolar AS pun turun 0,98 persen terhadap enam mata uang utama lainnya menjadi 89,15. Angka itu terendah sejak Desember 2014. "Adalah penting Menteri Keuangan AS berbicara tentang keuntungan dari dolar AS yang lebih lemah," ujar Daisuke Uno, Analis Sumitomo Mitsui Bank.

Di pasar keuangan, euro naik ke posisi US$ 1.2415. Jelang pertemuan Bank Sentral Eropa, posisi euro di kisaran US$ 1.2393. Dolar AS tergelinCIR ke 108,965 terhadap yen.

Di pasar komoditas, harga emas melonjak ke level tertinggi dalam 1,5 tahun. Harga emas berada di posisi US$ 1.362 per ounce. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) berada di posisi US$ 65,78 per barel. Harga minyak Brent berada di posisi US$ 70,53 per barel. Rifanfinancindo.

Sumber : Liputan 6

Rabu, 24 Januari 2018

Bursa Asia Bergerak Campuran, Dolar AS Melemah



Rifan Financindo - Bursa Asia bergerak campuran pada perdagangan Rabu pekan ini. Wall Street Ditutup menguat karena investor Amerika Serikat (AS) memberikan sentimen positif kepada laporan keuangan emiten.

Mengutip CNBC, Rabu (24/1/2018), indeks Nikkei 225 Jepang tergelincir 0,42 persen setelah menyentuh level tertinggi dalam 26 tahun pada perdagangan Selasa kemarin.

Penurunan tersebut terjadi karena nilai tukar yen melemah terhadap dolar AS sehingga perusahaan yang berorientasi ekspor tertekan.

Baca juga :

Saham-saham dari produsen otomotif, sektor keuangan dan manufaktur mengalami tekanan yang cukup dalam. Namun sektor konsumsi mengalami penguatan.

Dolar AS tergelincir jauh ke 110.15 per yen karena keluarnya data perdagangan ekspor-impor. Sebelumnya dolar AS menguat ke 111,7 per yen setelah Bank Sentral Jepang mempertahankan kebijakan moneter.

Menurut Reuters, data yang dirilis pada Rabu ini menunjukkan bahwa ekspor Jepang naik 9,3 persen pada Desember lalu jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Namun angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan perkiraan analis yang ada di angka 10,1 persen. Rifan Financindo.

Sumber : Liputan 6

Selasa, 23 Januari 2018

Shutdown Pemerintahan AS Berakhir, Bursa Asia Menguat


PT Rifan Financindo - Bursa Asia menguat setelah senator Amerika Serikat (AS) mencapai kesepakatan untuk mengakhiri penutupan pemerintah yang sempat berlangsung selama tiga hari. Ini juga mengirim indeks utama Wall Street ke rekor tertinggi dan menguatkan dolar.

Anggota parlemen AS mengeluarkan sebuah tindakan jangka pendek pada hari Senin untuk mendanai pemerintah federal sampai 8 Februari.

Baca juga :

Melansir laman Reuters, Selasa (23/1/2018), indeks MSCI saham Asia-Pasifik di luar Jepang naik 0,2 persen menuju puncak rekor baru.

Saham Australia naik 0,7 persen dan KOSPI Korea Selatan bertambah 0,5 persen. Nikkei Jepang lebih tinggi 0,45 persen.

Pasar ekuitas dunia telah merosot selama setahun terakhir, didukung peningkatan yang disinkronkan dengan pertumbuhan ekonomi global serta perolehan keuntungan perusahaan dan valuasi saham.

Bursa Asia seperi Wall Street yang melaju ke rekor tertinggi setelah kesepakatan untuk mengakhiri kebuntuan pemerintahan di Washington terjadi.

Investor di Asia diprediksi akan beralih memantau keputusan kebijakan moneter Bank of Japan ke depan.

"Konsensusnya adalah bahwa BOJ akan tetap mematuhi kebijakan. Jadi fokusnya adalah pada konferensi pers pasca-pertemuan Gubernur (Haruhiko) Kuroda dan bagaimana dia menanggapi pertanyaan tentang BOJ karena memilih untuk memangkas jumlah JGB jangka panjang yang dibeli awal bulan ini," ujar Masahiro Ichikawa, Ahli Strategi Senior Sumitomo Mitsui Manajemen Aset di Tokyo.

BOJ menyebabkan riak di pasar pada awal Januari, dengan sedikit mengurangi jumlah obligasi berjangka panjang (JGB) pemerintah Jepang  yang dibeli dari pasar pada operasi pembelian hutang regulernya. PT Rifan Financindo.

Sumber : Liputan 6

Senin, 22 Januari 2018

Investor Cermati Perkembangan AS, Bursa Asia Tertekan



Rifanfinancindo - Bursa saham Asia melemah pada perdagangan saham awal pekan ini seiring pelaku pasar memperhatikan perkembangan politik Amerika Serikat (AS). Apalagi usai pemerintah AS tutup mulai pekan lalu.

Pada awal pekan ini, indeks saham Jepang Nikkei bergerak mendatar di awal perdagangan. Sejumlah sektor pengaruhi laju indeks saham Nikkei. Saham masuk sektor otomotif cenderung bervariasi dengan saham Toyota turun 0,66 persen.

Sementara itu, Mitsubishi Motors naik 1,04 persen. Sektor saham teknologi bergerak menguat dengan saham Sony naik 1,09 persen dan Softbank Group menanjak 0,71 persen.

Baca juga :

Indeks saham Korea Selatan Kospi tergelincir 0,54 persen. Hal itu dibebani saham Samsung Electronics yang merosot 2,11 persen di awal perdagangan. Saham teknologi lainnya yaitu saham SK Hynix turun 1,77 persen dan saham LG Display merosot 0,49 persen.

Selain itu, sektor saham manufaktur, keuangan dan ritel cenderung tertekan. Saham Posco melemah 2,72 persen dan saham Lotte Shopping susut 0,43 persen.

Bursa saham Australia turun 0,07 persen di awal sesi perdagangan. Sektor saham keuangan susut 0,51 persen sehingga menekan indeks saham. Sedangkan saham Commonwealth Bank melemah 1,1 persen.

Di pasar uang, dolar AS ditransaksikan di kisaran 110,70 terhadap yen. Indeks dolar AS berada di kisaran 90,52 terhadap enam mata uang utama lainnya. Euro pun menguat usai partai Sosial Demokrat Jerman setuju koalisi dengan konselr Angela Merkel.

Adapun pemerintah AS tutup atau shutdown menjadi perhatian investor pada pekan ini di bursa saham Asia. Layanan publik AS tutup pada hari kedua. Meski demikian, ada kemajuan mengingat anggota partai Republik bersatu untuk mengakhiri kebuntuan dengan mengajak pemecahan masalah bersama dengan partai Demokrat.

"Penutupan pemerintah AS tampaknya akan mendominasi perhatian pasar pada pekan ini. Kemungkinan akan banyak hasilkan kebisingan, namun tidak akan menekan," tulis laporan ANZ, seperti dikutip dari laman CNBC, Senin (22/1/2018). Rifanfinancindo.


Sumber : Liputan 6

 
Disclaimer: Semua informasi yang tersedia dalam blog ini hanya bersifat informasi saja. Kami berusaha menyajikan informasi yang terbaik, akan tetapi kami tidak menjamin keakuratan dan kelengkapan dari semua informasi atau analisa yang tersedia. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari blog ini.

PT. Rifan Financindo Berjangka Surabaya
Wisma Bii Lt. 16 Jl. Pemuda 60-70 Surabaya 60271 Telp : 031-5349800(hunting), Fax : 031-5347800