English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Rabu, 22 November 2017

Bursa Asia Dibuka Naik, Sektor Teknologi Jadi Pendorong





Rifan Financindo - Bursa Asia langsung penguat pada pembukaan perdagangan Rabu pekan ini. Penguatan ini mengikuti Wall Street yang mencetak rekor pada penutupan perdagangan kemarin. Saham-saham di sektor teknologi penjadi pendorong penguatan bursa saham.


Mengutip CNBC, Rabu (22/11/2017), indeks ASX 200 Australia naik 0,4 persen didorong oleh menghijaunya sebagian besar sektor saham. Sektor energi naik 1,15 persen dan sektor bahan baku naik 0,85 persen.

Untuk sektor finansial sedikit bergejolak karena saham-saham perbankan mengalami tekanan. Saham ANZ turun 0,2 persen, Westpac turun 0,31 persen dan National Australia Bank kehilangan 0,3 persen.
Di Jepang, Nikkei 225 meguat 0,08 persen di awal perdagangan. Sementara Topix naik 0,59 persen. Untuk Korea Selatan, Kospi Naik 0,85 persen.

Sedangkan pasar mata uang, dolar AS turun terhadap sekeranjang mata uang utama dunia pada perdagangan dini hari waktu Asia. Indeks dolar AS diperdagangkan pada 93,942 pada pukul 8.17 Waktu Singapura.

Di antara mata uang Asia, yen jelang diperdagangkan pad akisaran 112,3 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan perdagangan kemarin sore.

Wall Street
Wall Street melonjak penutupan pada perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Kenaikan saham ini mendorong ketiga indeks utama mencetak rekor tertinggi yang dipimpin oleh saham-saham di sektor teknologi dan kesehatan.

Mengutip Reuters, Rabu (22/11/2017), Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 160,5 poin atau 0,69 persen menjadi 23.590,83. Untuk S&P 500 naik 16,89 poin atau 0,65 persen menjadi 2.599,03. Sedangkan Nasdaq Composite menambahkan 71,76 poin atau 1,06 persen menjadi 6.862,48.

Indeks teknologi dalm S&P 500 naik 1,2 persen dibantu oleh kenaikan saham Apple sebesar 1,9 persen. Indeks saham teknologi telah menguat 38,6 persen sepanjang tahun ini, tertinggi jika dibandingkan dengan sektor lainnya. Sedangkan indeks S&P 500 naik 16,1 persen sepanjang tahun ini.

"Kami melihat bahwa investor dalam masa dimana mereka lebih memilih untuk melakukan aksi beli jika dibandingkan dengan menjualnya," jelas analis BB&T Wealth Management, Birmingham, Alabama, Bucky Hellwig. Rifan Financindo.



Baca Juga :


Sumber : Liputan 6

Selasa, 21 November 2017

Investor Cermati Ekonomi Global Bikin Bursa Asia Naik Tipis






PT Rifan Financindo - Bursa Asia menguat tipis pada hari ini, karena investor masih mencermati bukti penguatan perekonomian global. Sementara dolar bertahan mendekati level tertinggi dalam satu minggu, saat mata uang lain seperti Euro melemah.

Melansir laman Reuters, Selasa (21/11/2017), indeks saham Asia Pasifik di luar Jepang menguat 0,15 persen.

Sementara indeks KOSPI Korea Selatan naik 0,25 persen, saham Australia naik 0,15 persen dan Nikkei Jepang menguat 1,25 persen.

Pasar ekuitas telah menikmati kenaikan pada tahun ini berkat penguatan ekonomi global. Ini terlihat pada data ekonomi di Jerman yang mendorong benchmark DAX. Jerman melaporkan penguatan data aktivitas industri.

Sebelumnya Wall Street juga menguat dipimpin saham telekomunikasi dan teknologi, dengan Dow merayap kembali ke rekor tertingginya pada dua minggu lalu.

Dalam mata uang, indeks dolar ditutup mencapai posisi tertinggi dalam seminggu menjadi 94.104. Penguatan greenback didorong kenaikan imbal hasil obligasi dua tahunan AS.

"Imbal hasil dua tahun tampaknya meningkat terlalu tinggi saat ini, karena the Fed hanya akan menaikkan suku bunga, upah dan harga," kata Makoto Noji, Senior Strategis SMBC Nikko Securities.

Dolar juga menguat terpicu kegagalan Kanselir Jerman Angela Merkel untuk membentuk pemerintah koalisi tiga arah, yang bisa membawa ekonomi terbesar Eropa ini ke dalam krisis politik.


Wall Street Menguat Terdorong Saham Verizon
Wall Street ditutup menguat pada perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta), terpicu kenaikan saham Verizon yang mendorong indeks sektor telekomunikasi.

Melansir laman Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average naik 72,09 poin atau 0,31 persen menjadi 23.430,33. Sementara indeks S&P 500 menguat 3,29 poin atau 0,13 persen menjadi 2.582,14 dan Nasdaq Composite bertambah 7,92 poin atau 0,12 persen menjadi 6.790,71.

Dengan tidak adanya laporan pendapatan perusahaan besar atau rilis data ekonomi pada minggu ini, volume perdagangan diprediksi sedikit dan akan semakin tenang menjelang liburan Thanksgiving pada Kamis. Volume perdagangan secara total pada hari ini merupakan yang paling sedikit dalam sebulan.

Wall Street naik, setelah saham Verizon (VZ.N) mendorong sektor jasa telekomunikasi pada indeks S&P 500 dengan naik 1,7 persen menjadi US$ 46,20. Ini setelah perusahaan dalam catatan Wells Fargo, menyebutkan memberikan "hasil imbal hasil yang menarik."

Namun di sisi lain, saham Telecoms turun 17 persen tahun ini. "Ada kenaikan dalam saham telekomunikasi, yang merupakan kelompok terburuk sepanjang tahun ini," kata Eric Kuby, Kepala Investasi North Star Investment Management Corp di Chicago.

Adapun saham yang menguat lainnya, antara lain milik Cavium (CAVM.O) yang menyentuh rekor tertinggi di US$ 84,41. Ini setelah saingannya yang lebih besar Marvell (MRVL.O) mengatakan akan membeli perusahaan tersebut seharga sekitar US$ 6 miliar.

Saham Cavium terakhir naik 10,8 persen menjadi US$ 84,02 dan saham Marvell naik 6,4 persen menjadi US$ 21,59.

Indeks semikonduktor naik 1,2 persen dan menyentuh level tertinggi sejak puncak gelembung Y2K.

Sekitar 5,67 miliar saham berpindah tangan di bursa AS, jauh di bawah rata-rata 6,81 miliar harian selama 20 sesi terakhir dan paling ringan sejak 18 Oktober. PT Rifan Financindo.



Baca Juga :



Sumber : Liputan 6

Senin, 20 November 2017

Investor Ragu Reformasi Pajak AS, Bursa Asia Tertekan



Rifanfinancindo - Bursa saham Asia melemah pada awal pekan ini. Hal itu didorong bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street yang tertekan di tengah ketidakpastian reformasi perpajakan.

Mengutip laman Reuters, Senin (20/11/2017), indeks saham MSCI di Asia Pasifik di luar Jepang cenderung mendatar pada awal perdagangan. Indeks saham Australia tergelincir 0,2 persen. Indeks saham Jepang Nikkei turun 0,1 persen.

Pada akhir pekan lalu, indeks saham Dow Jones turun 0,4 persen. Indeks saham S&P 500 susut 0,3 persen. Indeks saham Nasdaq tergelincir 0,2 persen.

Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat mengeluarkan versi tagihan pajak yang akan memotong pajak perusahaan. Namun Senat terus memperdebatkan tagihan pajaknya. Investor pun tidak yakin kongres akan mencapai kata sepakat.

Sementara itu, di pasar uang, dolar Amerika Serikat (AS) naik 0,1 persen ke posisi 112,14 terhadap yen. Indeks dolar AS naik 0,3 persen terhadap sejumlah mata uang utama. Indeks dolar AS ke posisi 93,94. Sedangkan euro turun 0,4 persen menjadi US$ 1,1744.

Di pasar komoditas, harga emas di pasar spot turun 0,1 persen menjadi US$ 1.292,70 per ounce usai melonjak ke level tertinggi dalam satu bulan. Harga minyak Brent tergelincir 21 sen atau 0,3 persen menjadi US$ 62,51 per barel. Harga minyak Amerika Serikat (AS) naik enam sen atau 0,1 persen menjadi US$ 56,61 per barel.

Sentimen lainnya yang akan pengaruhi bursa saham Asia yaitu perundingan di antara empat partai Jerman berusaha membentuk pemerintah koalisi menyusul sebuah pemilihan yang melemahkan Kanselir Angela Merkel usai partai Demokrat Liberal pro bisnis (FDP) ditarik keluar dengan alasan perbedaan yang tidak dapat didamaikan.

Keputusan oleh FDP berarti Merkel akan berusaha membentuk pemerintah minoritas, dan pemilihan baru akan diadakan.

"Ini bukan kejutan total, dan perubahan politik semacam ini tidak akan menggagalkan ekonomi Jerman," ujar Masafumi Yamamoto, Analis Mizuho Securities.

"Kami melihat reaksi semacam ini di sesi perdagangan di Asia, tetapi kita melihat bagaimana Eropa akan bereaksi terhadap berita itu nanti," tambah dia.

Bursa Asia Menguat pada Pekan Lalu
Sebelumnya Bursa Asia menguat seiring kenaikan penghasilan perusahaan di Amerika Serikat (AS) dan langkah maju Kongres mengenai reformasi pajak yang membuat investor optimis.

Melansir laman Reuters, Jumat 17 November 2017, indeks MSCI saham Asia-Pasifik di luar Jepang naik 0,1 persen. Sementara Nikkei Jepang naik 0,9 persen.

"Pasar dalam beberapa hari terakhir tapi sepertinya kita baru saja mengalami koreksi yang sehat. Karena Bank Sentral Eropa dan Bank Sentral Jepang masih memompa likuiditas, pasar aset dunia akan terdukung," kata Masahiro Ichikawa, Ahli Strategi Senior Sumitomo Mitsui Asset Management.

Pasar saham Asia merespons rebound bursa saham Amerika Serikat pada Kamis. Wall Street menguat terdorong kenaikan pendapatan Wal-Mart dan Cisco. Saham kedua perusahaan ini mencapai posisi tertingginya dalam beberapa tahun.

Dow Jones Industrial Average naik 187,08 poin atau 0,8 persen menjadi 23,458.36.

Sementara indeks S&P 500.SPX menguat 21,02 poin atau 0,82 persen menjadi 2.585,64. Indeks S & P dan Dow mencatat kenaikan persentase harian terbesar mereka dalam lebih dari dua bulan.

Sementara itu, nilai tukar Dolar menguat dan euro turun tipis ke posisi US$ 1,1769. Mata uang ini tergelincir dari posisi puncak dalam satu bulan di US$ 1,1862, yang sempat disentuh pada Rabu.

Dolar menguat terhadap Yen ke posisi 113,09. Ini memperpanjang rebound dari posisi Rabu sebesar 112,47, level terendah dalam hampir sebulan. Rifanfinancindo.




Baca Juga :


Sumber : Liputan 6

Jumat, 17 November 2017

Bursa Asia Menguat Jelang Akhir Pekan






Rifan Financindo - Bursa Asia menguat seiring kenaikan penghasilan perusahaan di Amerika Serikat (AS) dan langkah maju Kongres mengenai reformasi pajak yang membuat investor optimis.


Melansir laman Reuters, Jumat (17/11/2017), indeks MSCI saham Asia-Pasifik di luar Jepang naik 0,1 persen. Sementara Nikkei Jepang naik 0,9 persen.

"Pasar dalam beberapa hari terakhir tapi sepertinya kita baru saja mengalami koreksi yang sehat. Karena Bank Sentral Eropa dan Bank Sentral Jepang masih memompa likuiditas, pasar aset dunia akan terdukung," kata Masahiro Ichikawa, Ahli Strategi Senior Sumitomo Mitsui Asset Management.
Pasar saham Asia merespons rebound bursa saham Amerika Serikat pada Kamis.  Wall Street menguat terdorong kenaikan pendapatan Wal-Mart dan Cisco. Saham kedua perusahaan ini mencapai posisi tertingginya dalam beberapa tahun.

Dow Jones Industrial Average naik 187,08 poin atau 0,8 persen menjadi 23,458.36.
Sementara indeks S&P 500.SPX menguat 21,02 poin atau 0,82 persen menjadi 2.585,64. Indeks S & P dan Dow mencatat kenaikan persentase harian terbesar mereka dalam lebih dari dua bulan.

Sementara itu, nilai tukar Dolar menguat dan euro turun tipis ke posisi US$ 1,1769. Mata uang ini tergelincir dari posisi puncak dalam satu bulan di US$ 1,1862, yang sempat disentuh pada Rabu.
Dolar menguat terhadap Yen ke posisi 113,09. Ini memperpanjang rebound dari posisi Rabu sebesar 112,47, level terendah dalam hampir sebulan.

Saham Wal-Mart dan Cisco Bawa Wall Street Menguat
Wall Street menguat terdorong kenaikan pendapatan Wal-Mart dan Cisco. Saham kedua perusahaan ini mencapai posisi tertingginya dalam beberapa tahun.

Melansir laman Reuters, Dow Jones Industrial Average naik 187,08 poin atau 0,8 persen menjadi 23,458.36.

Sementara indeks S&P 500.SPX menguat 21,02 poin atau 0,82 persen menjadi 2.585,64. Indeks S & P dan Dow mencatat kenaikan persentase harian terbesar mereka dalam lebih dari dua bulan. Adapun indeks Nasdaq Composite .menambah 87,08 poin atau 1,3 persen menjadi 6.793,29.

Saham Wal-Mart (WMT.N) melonjak 11 persen ke rekor tertingginya di US$ 99,68 setelah melaporkan pertumbuhan pendapatan terkuatnya sejak 2009 dan kenaikan penjualan online melonjak. Saham perusahaan ini berakhir naik 10,9 persen menjadi US$ 99,62.

Sementara saham Cisco (CSCO.O) menyentuh level US$ 36,67, tertinggi sejak Februari 2001, sehari setelah laba kuartalan perusahaan keluar. Saham Cisco ditutup naik 5,2 persen menjadi US$ 35,88.
"Muncul kabar baik di perusahaan-perusahaan lama," kata Brian Battle, Direktur Perdagangan Trust Capital Partners di Chicago, menyebut alasan alasan kenaikan Wall Street.

Selain Wall-Mart dan Cisco, Saham Barnes & Noble (BKS.N) juga melonjak 7,6 persen menjadi US$ 7,10 terkait pelarangan buku bonafide. Saham Folger JM Smucker (SJM.N) naik 9,5 persen menjadi US$ 116,65 karena penjualan dan keuntungannya melampaui perkiraan analis.

Sayang, Saham Viacom (VIAB.O) harus mengalah turun 3,7 persen menjadi US$ 23,69 setelah pemilik MTV mengatakan bahwa pihaknya memperkirakan penurunan pendapatan.
Di sisi lain, Partai Republik bisa kehilangan tidak lebih dari dua suara Senat dan setidaknya dua senator GOP telah menentang versi RUU Senat yang baru. "Rencana pajak itu bukan kepastian, tapi itu sudah terjadi," Battle menambahkan.

Sekitar 6,31 miliar saham berpindah tangan. Itu adalah sesi volume paling lemah dalam tiga minggu terakhir. Rifan Financindo.



Baca Juga :


Sumber : Liputan 6

Kamis, 16 November 2017

Wall Street Melemah Bebani Bursa Asia



PT Rifan Financindo - Bursa saham Asia melemah terbatas pada perdagangan saham Kamis pekan ini usai bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street yang melemah.

Pelemahan bursa Asia ini terjadi di tengah data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang baik dan kurva imbal hasil surat berharga AS berada di level terendah dalam satu dekade. Sentimen lainnya yang mempengaruhi pasar yaitu kekhawatiran terhadap prospek pemangkasan pajak AS.

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik tipis 0,1 persen pada awal perdagangan. Sementara itu, indeks saham Australia sedikit melemah. Indeks saham Jepang Nikkei cenderung mendatar. Demikian mengutip laman Reuters, Kamis (16/11/2017).

Bursa saham AS atau wall street juga bebani bursa Asia pada perdagangan Kamis pekan ini. Wall street melemah seiring sektor saham energi S&P 500 yang tertekan. Indeks saham Dow Jones turun 0,59 persen, indeks saham S&P 500 tergelincir 0,55 persen. Sedangkan indeks saham Nasdaq susut 0,47 persen.

Penurunan wall street terjadi meski sebagian data ekonomi AS membaik. Ini ditunjukkan dari inflasi AS menguat dan penjualan ritel mengalahkan perkiraan pelaku pasar. Ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi AS positif. Namun data ekonomi AS membaik mendorong risiko kalau the Federal Reserve atau bank sentral AS akan menaikkan suku bunga pada Desember dan tahun depan.

Di pasar uang, indeks dolar AS naik tipis 0,04 persen ke posisi 93,84. Euro melemah 0,08 persen ke posisi US$ 1.1784. Di pasar komoditas, harga emas naik 0,01 persen ke posisi US$ 1.278,87.

Sedangkan harga minyak berada di bawah tekanan usai pemerintah Amerika Serikat (AS) melaporkan kenaikan stok minyak mentah dan bensin yang tak terduga. Di perdagangan Asia, harga minyak AS turun empat sen menjadi US$ 55,29 per barel. Harga minyak Brent berada di posisi US$ 61,87.

Sektor Energi Dorong Wall Street Tertekan

Sebelumnya Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah seiring sektor saham energi tertekan selama empat sesi. Hal itu didorong harga minyak dunia. Sementara itu, sektor saham teknologi yang catatkan performa terbaik pada 2017, membebani IHSG.

Pada penutupan perdagangan saham Rabu (Kamis pagi WIB), indeks saham Dow Jones melemah 95,91 poin atau 0,41 persen ke posisi 23.313,56. Indeks saham S&P 500 susut 8,41 poin atau 0,33 persen ke posisi 2.570,46. Indeks saham Nasdaq melemah 16,51 poin atau 0,24 persen ke posisi 6.721,37.

Pergerakan wall street dipengaruhi harga minyak. Selama empat sesi, harga minyak turun lantaran data menunjukkan kenaikan pasokan minyak dan bensin. Indeks sektor saham energi S&P 500 melemah empat persen, dan mencatatkan pelemahan paling tajam dalam tujuh bulan.

"Harga minyak sudah menguat dan sentuh level tinggi, pergerakan harga minyak ini berdampak besar untuk saham energi," ujar Peter Jankovskis, co-chief investment officer OakBrook Investments LLC, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis 16 November 2017.

Saham Exxon turun satu persen menjadi US$ 81,49. Sementara itu, saham Schlumberger tergelincir dua persen menjadi US$ 61,55 usai sentuh level terendah sejak Januari 2016 di kisaran US$ 61,11. Harga minyak Brent dan West Texas Intermediate (WTI) kompak melemah usai sentuh level tertinggi dalam 2,5 tahun. PT Rifan Financindo.




Baca Juga :




Sumber : Liputan 6

Rabu, 15 November 2017

Bursa Asia Merosot Imbas Harga Minyak Tergelincir


Rifanfinancindo - Bursa saham Asia melemah pada perdagangan saham Rabu pekan ini usai harga minyak dunia dan wall street tertekan.

Indeks saham MSCI Asia Pasific di luar Jepang turun 0,16 persen. Indeks saham Australia melemah 0,48 persen. Diikuti indeks saham Jepang Nikkei susut 0,8 persen. Indeks saham Korea Selatan Kospi melemah 0,5 persen.

"Pelemahan bursa saham Amerika Serikat didorong saham energi berdampak ke sektor energi dan industri. Ini juga terjadi usai selama beberapa bulan menikmati tanpa gangguan, sekarang kita melihat koreksi di pasar saham negara berkembang," ujar Masahiro Ichikawa, Senior Strategist Sumitomo Mitsui Asset Management seperti dikutip dari laman Reuters, Rabu (15/11/2017).

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street tertekan berdampak ke bursa Asia. Ini didorong penurunan harga minyak dan saham General Electric yang tertekan. Sentimen itu berdampak ke bursa Asia.
Di pasar uang, euro sedikit berubah ke posisi US$ 1,1793 usai menguat 1,1 persen. Hal itu lantaran dipengaruhi rilis data ekonomi Jerman. Produk domestik bruto (PDB) Jerman naik 0,8 persen pada kuartal III 2017. Angka ini lebih tinggi dari survei Reuters sekitar 0,6 persen.
Indeks dolar AS pun melemah terhadap enam mata uang utama lainnya. Indeks dolar AS turun 0,7 persen. Dolar AS berada di kisaran 113,42 terhadap yen. Kini pelaku pasar fokus terhadap dolar AS. Rilis data inflasi AS akan menjadi katalis untuk pergerakan dolar AS.
Di pasar komoditas, harga minyak AS turun 1,15 persen menjadi US$ 55,06 per barel. Perkiraan kenaikan produksi minyak AS dan permintaan minyak akan melemah berdasarkan laporan dari the International Energy Agency (IEA) membayangi pergerakan harga minyak.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Saham GE Bikin Wall Street Merosot
Sebelumnya Wall Street melemah pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) karena tekanan dari saham General Electric (GE). Selain itu, pendorong pelemahan bursa saham di Amerika Serikat (AS) juga karena sentimen perlambatan ekonomi global dan rencana reformasi perpajakan AS.

Mengutip CNBC, Rabu 15 November 2017, Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 30,23 poin dan ditutup di level 23.409,47 karena pelemahan saham General Electric yang telah terjadi selama dua hari berturut-turut.

Saham GE turun 5,9 persen ke level terendah sejak 2011 pada perdagangan Selasa dan telah terjun lebih dari 12 persen dalam dua hari terakhir. Perusahaan telah mengumumkan rencana restrukturisasi besar-besaran dan mengurangi dividen hingga 50 persen.

CEO GE John Flannery menjelaskan kepada NCBC bahwa ia tidak terkejut dengan reaksi investor karena memang perusahaan telah mengecewakan investor.

Pelemahan bursa saham di AS juga ditekan karena data ekonomi yang mengecewakan dari China sehingga menimbulkan kekhawatiran pelaku pasar mengenai ekonomi global.

S&P 500 melemah 0,2 persen menjadi 2.578,87 yang ditekan oleh saham-saham di sektor energi karena penurunan harga minyak. Sedangkan Nasdaq menguat 0,3 persen dan ditutup di level 6.737,87. Rifanfinancindo.



Baca Juga :



Sumber : Liputan 6

Selasa, 14 November 2017

Bursa Asia Melemah Menanti Rilis Data Ekonomi China


Rifan Financindo - Bursa Asia melemah seiring langkah investor yang masih menanti perkembangan reformasi pajak di Amerika Serikat (AS). Investor juga fokus pada data ekonomi China.

Melansir laman Reuters, Selasa (14/11/2017), indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang turun 0,25 persen setelah membukukan penurunan di dua sesi, sementara Australia turun 0,9 persen.

Adapun indeks Nikkei Jepang turun 0,1 persen yang melanjutkan penurunan dalam empat sesinya.

Bursa Asia dipengaruhi investor yang masih menunggu tanda-tanda adanya kompromi mengenai kebijakan perpajakan AS, setelah Senat dari Partai Republik mengumumkan rencana pemotongan pajak perusahaan baru berlaku setahun kemudian, mundur dari rencana Dewan Perwakilan Rakyat.

Di Asia, hal yang menjadi sorotan utama adalah rilis data output industri China, penjualan ritel dan investasi perkotaan. Sementara Amerika Serikat merilis angka penjualan ritel.

Di pasar mata uang, sebagian besar masih stabil dengan nilai tukar Dolar hampir tidak berubah. Terhadap Yen, Dolar berada di posisi 94,495. Euro menguat 0,03 persen menjadi US$ 1,1668.

Adapun mata uang Pound Sterling berada di posisi US$ 1,3113, setelah jatuh sejauh US$ 1,3063 di tengah kekhawatiran Perdana Menteri Inggris Theresa May akan kehilangan pegangan pada kekuasaannya.

Pembayaran Dividen Naik Bawa Wall Street Menguat
Wall Street menguat pada penutupan perdagangan Senin, terpicu penurunan tajam saham General Electric. Namun penurunan ini masih bisa diimbangi kenaikan pembayaran dividen pada beberapa sektor seperti konsumen dan utilitas.

Dow Jones Industrial Average naik 17,49 poin atau 0,07 persen menjadi 23.439,7. Sementara indeks S&P 500 menguat 2,54 poin atau 0,10 persen menjadi 2.584,84 dan Nasdaq Composite bertambah 6,66 poin atau 0,1 persen menjadi 6.757,60.

General Electric (GE.N) menurunkan pemberian dividen sebesar 50 persen dan mengurangi perkiraan keuntungannya. Ini seiring langkah perusahaan yang mengumumkan sebuah rencana mempersempit fokus usaha pada penerbangan, listrik dan perawatan kesehatan.

 Tercatat, saham konglomerat industri ini turun 7,2 persen menjadi US$ 19,02 setelah menyentuh level terendah dalam lima tahun di posisi US$ 18,75.

"Orang-orang di GE mungkin ingin mencari tempat yang lebih baik untuk menyimpan uang mereka," kata Kim Forrest, Analis Riset Ekuitas Senior di Fort Pitt Capital Group di Pittsburgh.

Namun di sisi lain, sektor Utilitas dan consumer berada di antara sektor-sektor dengan hasil dividen tertinggi pada indeks S P 500. Ini juga merupakan sektor dengan persentase persentase terbesar pada penutupan perdagangan di awal pekan ini. Rifan Financindo.



Baca Juga :


Sumber : Liputan 6

 
Disclaimer: Semua informasi yang tersedia dalam blog ini hanya bersifat informasi saja. Kami berusaha menyajikan informasi yang terbaik, akan tetapi kami tidak menjamin keakuratan dan kelengkapan dari semua informasi atau analisa yang tersedia. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari blog ini.

PT. Rifan Financindo Berjangka Surabaya
Wisma Bii Lt. 16 Jl. Pemuda 60-70 Surabaya 60271 Telp : 031-5349800(hunting), Fax : 031-5347800