English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Selasa, 30 April 2019

Buruknya Data Manufaktur China Semakin Lemahkan Harga Minyak di Asia




Rifanfinancindo - Harga minyak mentah  yang diperdagangkan pada sesi Asia hari Selasa (30/04) turun  di tengah ekspektasi kenaikan output dari Amerika Serikat dan produsen OPEC serta kekhawatiran penurunan permintaan setelah China melaporkan kinerja manufakturnya masih kontraksi.

Harga minyak mentah berjangka Brent atau harga acuan minyak internasional berada di $71,88 per barel  yang  turun 26 sen, atau 0,36 persen dari penutupan sesi Amerika beberapa saat lalu. Demikian juga harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 12 sen atau 0,19 persen berada di $63,38 per barel.

Baru saja kantor statistik China atau NBS umumkan data kinerja manufaktur turun secara tak terduga menjadi 50,1 pada bulan April 2019 dari level tertinggi lima bulan 50,5 pada Maret. Laporan tersebut menunjukkan bahwa output dan pesanan baru naik pada kecepatan yang lebih rendah, sementara level pembelian sedikit berubah dari bulan sebelumnya.  Data ini memberikan sentimen kekhawatiran pasar akan permintaan pasokan global.


Baca Juga :
Harga minyak melonjak sekitar 40 persen antara Januari dan April, terangkat oleh pemotongan pasokan yang dipimpin oleh produsen Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang didominasi Timur Tengah serta sanksi AS terhadap produsen Iran dan Venezuela.

Tetapi harga anjlok parah akhir pekan lalu setelah Presiden AS Donald Trump secara terbuka menekan OPEC dan pemimpin de-faktonya Arab Saudi untuk meningkatkan produksi guna memenuhi kekurangan pasokan yang disebabkan oleh pengetatan sanksi Iran.

Sebelumnya diberitakan produksi minyak Iran akan turun menjadi 1,9 juta barel per hari pada semester kedua 2019 dari 3,6 juta barel per hari pada kuartal ketiga 2018  karena sanksi AS diperketat.

Ada banyak pertimbangan investor dari ekspektasi lembaga-lembaga top dunia yang menyebutkan  output dari OPEC dan juga Amerika Serikat akan naik. Karena pernah diberitakan ekspor AS melebihi 3 juta barel per hari (bph) untuk pertama kalinya pada awal 2019 di tengah lonjakan produksi lebih dari 2 juta bph selama tahun lalu, ke rekor lebih dari 12 juta barel per hari.

Untuk perdagangan selanjutnya, analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga minyak WTI selanjutnya akan menemui posisi  posisi support di 62.63 – 61.84.  Namun jika terjadi pergerakan sebaliknya akan mendaki  ke resisten 63.80 – 64.45. Rifanfinancindo.


Sumber : Vibiznews

Senin, 29 April 2019

Dolar AS Masih Terpukul Meski Data Ekonomi AS Kuat

 
 
Rifan Financindo - Masuki perdagangan forex sesi Asia hari Senin (29/04) posisi dolar AS masih sangat terpukul oleh sentimen pelemahan perdagangan akhir pekan lalu, meskipun rilis data pertumbuhan ekonomi AS melompat cukup tinggi dari periode sebelumnya. Terpantau setelah dibuka lebih rendah bergerak ragu-ragu dengan trend yang bearish.

Indeks dolar yang menunjukkan kekuatan mata uang dolar AS terhadap beberapa rival mata uang utama sedang turun sekitar 0,03 persen menjadi 97.98 setelah dibuka pada posisi 98.03 dari penutupan akhir pekan lalu pada posisi 98.04.

Baca Juga :

Dolar anjlok cukup signifikan pada hari Jumat, menghentikan kenaikan tiga hari berturut-turut  setelah laporan pertumbuhan kuartal pertama AS yang kuat secara keseluruhan , namun dibayangi oleh data inflasi yang lemah. PDB Q1-2019 meningkat 3,2% y/y dari  2,2% persen sebelumnya.

Manisnya data PDB tersebut tidak membuat dolar menikmatinya, namun sentimen pasar sedang tertuju pada angka  indeks harga konsumsi pengeluaran pribadi inti, yang merupakan ukuran inflasi acuan Federal Reserve. Dimana data tersebut  meningkat hanya pada tingkat 1,3% berbanding 1,8% pada kuartal sebelumnya.’

Untuk pergerakan hari ini tidak banyak katalis penggerak dari rival-rivalnya, data dari kalender ekonomi yang penting diperhatikan pada sesi Amerika yaitu data core PCE index dan personal spending secara bulanan.

Untuk perdagangan selanjutnya analyst Vibiz Research Center memperkirakan secara teknikal, indeks dolar bergerak naik menuju posisi support di 97.81 – 97.57. Namun jika bergerak sebaliknya akan bergerak naik menuju posisi resistennya di posisi 98.25 – 98.62. Rifan Financindo.


Sumber : Vibiznews

Jumat, 26 April 2019

Rupiah Kembali Tertekan, Hampir Sentuh 14.200 per Dolar AS

Nilai Tukar Rupiah Menguat Atas Dolar

PT Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali melemah pada perdagangan menjelang akhir pekan ini. Rupiah diperkirakan kembali menguat tersengat sentimen regional.

Mengutip Bloomberg, Jumat (26/4/2019), rupiah dibuka di angka 14.194 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.186 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.176 per dolar AS hingga 14.194 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 1,37 persen.

Baca Juga :
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbak Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.188 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.154 per dolar AS.

Kepala Riset Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, pelemahan ini bisa terhenti karena adanya sentimen dari regional.

"Mata uang seperti dolar Singapura, yen Jepang menguat terhadap dolar AS, yang bisa menjadi sentimen penguatan rupiah," kata Lana dikutip dari Antara.

Sejak pagi ini, mata uang beberapa negara mulai menunjukkan perlawanan terhadap dolar AS. solar Singapura menguat 0,14 persen. Begitu juga Baht Thailand yang menguat 0,16 persen.

Otoritas di Indonesia juga ditengarai tidak akan membiarkan rupiah melemah terlalu dalam. Sinyalemen itu tampak dari pernyataan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo yang pada Kamis kemarin menyebutkan nilai tukar rupiah saat ini masih dihargai terlalu murah (undervalued).

Pernyataan tersebut kerap diterjemahkan pelaku pasar sebagai terbukanya ruang penguatan rupiah dalam beberapa waktu ke depan.

Beberapa sentimen global yang akan mempengaruhi laju rupiah akhir pekan ini, di antaranya adalah menurunnya harga minyak mentah dunia. Minyak mentah jenis WTI dihargai 64,97 dolar AS per barel dan harga jenis Brent 74,35 dolar AS per barel.

Kemudian, pengumuman capaian Produk Domestik Bruto AS pada Jumat waktu setempat.

Sedangkan dari sisi domestik, Bank Sentral menyatakan akan meningkatkan kebijakan untuk melonggarkan likuiditas di pasar. Di antara kebijakan itu adalah Peningkatan ketersediaan likuiditas dan pendalaman pasar keuangan melalui penguatan strategi operasi moneter serta meningkatkan sisi pasokan di pasar Non- Deliverable Forward (NDF) Domestik. PT Rifan Financindo.


Sumber : Liputan 6

Kamis, 25 April 2019

Rupiah Rabu Melemah Lagi ke Rp14.124/USD; Dollar Global Hampir di 22 Bulan Tertingginya



Rifanfinancindo - Dalam pergerakan pasar uang Rabu siang ini (24/04), nilai tukar rupiah terhadap dollar terpantau melemah, sementara dollar AS di pasar Eropa terlihat terus menanjak setelah gain di sesi global sebelumnya. Rupiah terhadap dollar AS siang ini melemah 0,35% ke level Rp 14.124 dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelumnya di Rp 14.075.

Analis Vibiz Research Center melihat untuk hari ini perdagangan rupiah vs dollar dibuka melemah ke Rp 14.088, kemudian bergerak lemah sampai ke Rp14.125, dan terakhir siang ini WIB terpantau di posisi Rp 14.124. Melemahnya rupiah terjadi sementara dollar di pasar uang Eropa tampak kuat meneruskan gain di sesi global sebelumnya oleh kuatnya rilis data perumahan di Amerika.


Baca Juga :

Indeks dollar, yang mengukur dollar terhadap keranjang enam mata uang saingan utamanya, jelang sore WIB ini naik ke level 97,38, dibandingkan level penutupan sesi sebelumnya di 97,32.

Sementara itu, IHSG Rabu di sesi kedua, terpantau melemah 0,25% atau -16,603 poin ke level 6.446,161, sedangkan bursa saham kawasan Asia cenderung melemah meskipun bursa Wall Street mencetak rekor.

Analis Vibiz Research Center melihat dollar AS terhadap rupiah hari ini menguat, dengan dollar di pasar Eropa juga menanjak mendekati level 22 bulan tertingginya didorong kuatnya data perumahan AS. Kisaran rupiah minggu ini dalam range di rentang Rp13890 – Rp14170 terhadap dollar AS. Rifanfinancindo.


Sumber : Vibiznews

Rabu, 24 April 2019

Saham Inggris Diserbu Pasar, Bursa Eropa Banyak Yang Rugi



Rifan Financindo - Perdagangan bursa saham kawasan Eropa  memulai sesi Selasa (23/04) sebagian besar melemah  karena investor memantau sejumlah masalah geopolitik dan melihat ke depan untuk musim laporan pendapatan perusahaan.

Indeks Pan-European Stoxx 600 sedikit lebih rendah setelah liburan empat hari, dengan sebagian besar sektor di zona merah dengan sektor konstruksi dan material memimpin kerugian.  Indeks CAC 40 Prancis turun 0,14 persen, indeks FTSE 100 menguat 0,39 persen, dan indeks DAX Jerman sedang turun 0,13 persen.

Saham minyak dan gas melonjak lebih dari 1,4% merespon berita bahwa AS akan mengakhiri semua keringanan sanksi terhadap impor minyak Iran. Ini telah mendorong harga minyak lebih tinggi dengan komoditas mendekati tertinggi 2019.


Baca Juga :

Melihat saham lokal, saham Umicore turun lebih dari 14% pada transaksi setelah perusahaan teknologi dan daur ulang bahan-bahan Belgia menurunkan perkiraan pendapatan dan pendapatannya untuk tahun 2020.

Selain itu juga saham pengecer Prancis Casino melemah setelah mengumumkan  bahwa mereka memperluas kemitraannya dengan Amazon, memungkinkannya untuk menjual melalui platform e-commerce.

Namun untuk saham yang bergerak kuat dan positif pada awal perdagangan sore ini yaitu saham Thomas Cook melonjak sekitar 15% setelah laporan bahwa perusahaan telah didekati untuk kemungkinan pengambilalihan..

Dalam hal rilis dari kalender ekonomi setempat, akan ada angka utang pemerintah terhadap PDB untuk kawasan euro  dan juga angka kepercayaan konsumen juga di zona euro. Rifan Financindo.


Sumber : Vibiznews

Selasa, 23 April 2019

Rupiah Senin Pagi Terkoreksi ke Rp14.070/USD; Pasar Global Sedang Sepi



PT Rifan Financindo - Dalam pergerakan pasar uang awal pekan Senin pagi ini (22/04), nilai tukar rupiah terhadap dollar terpantau terkoreksi, setelah meloncat tajam paska hasil quick count, sementara dollar AS di pasar Asia terlihat agak terkoreksi setelah gain kuat di sesi global sebelumnya. Rupiah terhadap dollar AS pagi ini terkoreksi 0,19% ke level Rp 14.070 dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelumnya di Rp 14.042.

Analis Vibiz Research Center melihat untuk hari ini perdagangan rupiah vs dollar dibuka melemah ke Rp 14.045, kemudian bergerak lemah sampai ke Rp14.070, dan terakhir pagi ini WIB terpantau di posisi Rp 14.070. Melemahnya rupiah terjadi sementara dollar di pasar uang Asia dalam koreksi setelah gain di sesi global sebelumnya di tengah pasar yang tipis karena libur panjang Paskah.


Baca Juga :
Indeks dollar, yang mengukur dollar terhadap keranjang enam mata uang saingan utamanya, pagi WIB ini turun ke level 97,05, dibandingkan level penutupan sesi sebelumnya di 97,15.

Sementara itu, IHSG Senin pagi di sesi pertama, terpantau tergerus 0,94% atau 60,837 poin ke level 6.446,378, sedangkan bursa saham kawasan Asia agak variatif di tengah sejumlah pasar yang tutup libur.

Analis Vibiz Research Center melihat dollar AS terhadap rupiah hari ini menguat, dengan dollar di pasar Asia agak melemah di tengah pasar yang sepi. Kisaran rupiah minggu ini dalam range di rentang Rp13890 – Rp14170 terhadap dollar AS. PT Rifan Financindo.


Sumber : Vibiznews

Senin, 22 April 2019

Ekonomi RI Dinilai Tumbuh Stabil Meski Hanya di Kisaran 5 Persen

Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi dunia

Rifanfinancindo - Dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global, peran Pemerintah dinilai sangat penting dalam menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi negara serta menerapkan kebijakan fiskal yang counter-cyclical.

Melihat data dalam beberapa tahun terakhir,  Ekonom Bank Permata Josua Pardede turut memuji pencapaian pemerintah yang bisa memperbaiki pertumbuhan ekonomi Indonesia, meski tak didukung kondisi global yang tengah mengalami ketidakpastian.

"Mempertimbangkan tren perekonomian global yang masih diliputi ketidakpastian dan tren perlambatan di beberapa negara di dunia, pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif lebih baik. Stabil dan cukup tinggi di kisaran 5,4 persen dalam 8 tahun terakhir ini," terangnya kepada Liputan6.com, Minggu (21/4/2019).

Baca Juga :

Sebagai catatan, Josua menyampaikan, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2018 lalu tercatat 5,17 persen. Itu merupakan pertumbuhan ekonomi tertinggi ketiga setelah India yang tercatat 7,33 persen, dan Tiongkok yang mengalami perlambatan menjadi 6,6 persen.

Catatan lainnya, ia coba membandingkan kondisi perekonomian Tanah Air saat sebelum terjadi krisis 1998. Saat itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat tumbuh hingga sekitar 6,8 persen pada periode 1968-1997.

Menurutnya, penurunan laju pertumbuhan ekonomi dari periode sebelum dan setelah krisis ekonomi bisa terjadi lantaran dipengaruhi oleh struktur ekonomi yang beralih dari sektor manufaktur menjadi perekonomian yang mengandalkan komoditas.

"Kondisi deindustrialisasi mendorong penurunan output potensial Indonesia menjadi sekitar 5 persen," ujar Josua.

Reformasi Struktural
Meskipun kondisi output gap pasca krisis masih negatif, ia menilai, tren yang menyempit dalam 5 tahun terakhir menunjukkan bahwa reformasi struktural seperti kemudahan berusaha dan investasi mendorong peningkatan andil investasi dalam struktur perekonomian Indonesia. Serta kebijakan untuk mendorong konsumsi rumah tangga melalui bantuan sosial dan transfer ke daerah.

"Kedepannya, untuk meningkatkan output potensial Indonesia, dalam jangka pendek pemerintah perlu mendorong pengendalian inflasi melalui bauran kebijakan fiskal dan moneter," imbuh dia.

"Selain itu, dalam jangka menengah dan panjang, implementasi langkah kebijakan mendorong reformasi struktural perlu dilanjutkan secara berkesinambungan untuk mendorong kontribusi faktor produksi, baik dari sisi tenaga kerja, kapital, serta produktivitas," tandasnya.

Industri Diharapkan Tumbuh Minimal 5 Persen Tahun Ini
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berharap investasi dan kegiatan ekonomi kembali bergeliat usai pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) pada 17 April 2019. Dengan demikian, bisa mendorong pertumbuhan industri lebih tinggi di tahun ini.

Sekretaris Jenderal Kemenperin Haris Munandar mengatakan, pada tahun ini, pertumbuhan industri ditargetkan minimal berada di atas 5 persen. Bahkan diharapkan bisa kembali di atas pertumbuhan ekonomi nasional.

"Kita sih berharap bisa lebih tinggi dari ekonomi. Tetapi kita masih lihat, karena sekarang (2018) kan ekonomi (tumbuh) 5,17 persen, sedangkan industri 4,97 persen," ujar dia di saat berbincang dengan Liputan6 di Jakarta, Sabtu (20/4/2019).

Dengan kondisi yang diharapkan lebih kondusif setelah pelaksanaan pesta demokrasi, Haris menilai bisa mendorong investasi dan kegiatan ekonomi yang selama ini tertunda karena menunggu situasi pasca Pemilu.

"Kita mengharapkan situasi makin membaik, kalau kita lihat penanaman modal asing (PMA) sudah semakin bagus. Kita harapkan setelah Pemilu terjadi peningkatan dari sisi investasi dan pergerakan ekonomi lain yang mendorong pertumbuhan industri lebih tinggi," kata dia.

?Namun, Haris juga menyadari jika pada tahun ini masih banyak tantangan yang mempengaruhi ekonomi dan investasi di Indonesia, seperti pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan menurun. Oleh sebab itu, Kemenperin tidak memasang target yang terlalu tinggi untuk pertumbuhan industri di 2019 ini.

"Cuma banyak faktor (tantangan). Tetapi paling tidak kita harapkan (pertumbuhan industri) bisa di atas 5 persen," tandas dia.Rifanfinancindo.


Sumber : Liputan 6

 
Disclaimer: Semua informasi yang tersedia dalam blog ini hanya bersifat informasi saja. Kami berusaha menyajikan informasi yang terbaik, akan tetapi kami tidak menjamin keakuratan dan kelengkapan dari semua informasi atau analisa yang tersedia. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari blog ini.

PT. Rifan Financindo Berjangka Surabaya
Wisma Bii Lt. 16 Jl. Pemuda 60-70 Surabaya 60271 Telp : 031-5349800(hunting), Fax : 031-5347800