English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Jumat, 21 Juli 2017

Bursa Asia Dibuka Melemah Tipis





Rifan Financindo - Bursa Asia dibuka cenderung melemah senada dengan bursa saham Amerika Serikat, Wall Street. Pergerakan ini ditopang oleh penguatan mata uang euro terhadap dolar.

Euro menguat terhadap dolar dan berada di level tertinggi dalam 2 tahun terakhir pada perdagangan kemarin. Penguatan euro terjadi setelah Presiden Bank Sentral Eropa, Mario Draghi mengatakan tidak akan mengubah kebijakan moneternya, yaitu membeli surat utang.

Keputusan ini akan berimbas pada pengetatan kebijakan di tahun depan.

"Meski pasar tidak memberikan komentar sebagai sesuatu yang baru, pasar mata uang menyukai fakta bahwa Draghi memastikan mengenai kebijakan tapering," ujar Daisuke Uno, Kepala Strategist di Sumitomo Mitsui Bank, mengutip Reuters, Jumat (21/7/2017).

Pada awal perdagangan, euro berada di level 1,163 per dolar, menjaga penguatan 1 persen pada Kamis kemarin, dan terbesar sejak 27 Juni.

Beberapa bursa Asia pun bergerak cenderung melemah. MSCI indeks Asia Pasifik di luar Jepang turun tipis 0,1 persen saat pasar regional dibuka.

Sementara indeks Nikkei Jepang turun 0,3 persen menyusul penguatan yen terhadap dolar. Rifan Financindo.


Sumber : Liputan 6

Kamis, 20 Juli 2017

Bursa Asia Melonjak Jelang Rapat Bank Sentral Jepang dan Eropa






PT Rifan Financindo - Bursa saham Asia menguat pada perdagangan saham Kamis pekan ini seiring bursa saham Amerika Serikat (AS) kembali catatkan level tertinggi.

Penguatan bursa saham Asia ini juga menjelang pertemuan sejumlah bank sentral antara lain di Jepang dan Eropa. Pelaku pasar menanti sinyal kebijakan yang dilakukan bank sentral ke depan.

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,15 persen. Level indeks saham acuan regional ini mendekati level tertinggi sejak Desember 2007. Indeks saham Jepang Nikkei menguat 0,1 persen. Diikuti indeks saham Australia menanjak 0,3 persen dan indeks saham Korea Selatan Kospi mendaki 0,15 persen.

Selain itu, indeks saham MSCI global juga menguat pada Kamis pekan ini. Hal itu didorong penguatan wall street.

"Di Amerika Serikat, musim laporan keuangan kelihatannya sedikit mengejutkan dengan ada kenaikan," ujar Bruce McCain, Chief Investment Strategist Key Private Bank, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (20/7/2017).

Ia menambahkan, pihaknya juga melihat data ekonomi global lebih baik. Diharapkan faktor itu berdampak ke bursa saham AS dan global.

Di pasar uang, yen menguat terhadap dolar AS di kisaran 111,83. Bank sentral Jepang melakukan pertemuan dua hari, dan diharapkan memberikan gambaran jelas soal ekonomi. Bank sentral Jepang juga diperkirakan memangkas prediksi inflasi lagi. Selain itu kebijakan moneternya diperkirakan tetap.

Mata uang euro naik 0,1 persen terhadap dolar AS di kisaran US$ 1,1528. Hal itu didukung dari pernyataan pimpinan bank sentral Eropa Mario Draghi yang agresif.

"Euro telah melonjak sangat didukung harapan bank sentral Eropa terhadap kebijakan moneternya. Bank sentral Eropa harus jelas dengan panduannya ke depan," ujar Analis ThinkMarkets UK, Naeem Aslam.

Sementara itu, indeks dolar AS stabil berada di kisaran 94,762. Di pasar komoditas, harga minyak turun kurang dari 0,1 persen menjadi US$ 47,10 per barel. Harga emas menguat 0,1 persen menjadi US$ 1.241,06 per ounce. PT Rifan Financindo.




Sumber : Liputan 6


Rabu, 19 Juli 2017

Harga Emas Naik Tertolong Pelemahan Dollar AS dan Permintaan Kuat India

Image result for gold

Rifanfinancindo - Harga emas mencapai level tertinggi dua minggu pada akhir perdagangan Rabu dinihari (19/07) setelah dolar AS jatuh karena prospek yang memudar dari kenaikan suku bunga A.S. dan ekspektasi permintaan yang lebih kuat dari pasar fisik di India.

Harga emas spot LLG naik 0,83 persen pada $ 1,244.10 per ons, dan mencapai level tertinggi sejak 3 Juli.

Harga emas berjangka A.S. naik $ 8,20 untuk berakhir di $ 1,241.90 per ons.

Dollar AS merosot ke level terendah 10 bulan terhadap sekeranjang mata uang, membuat logam berdenominasi dolar lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, yang dapat mendorong permintaan.

Data dari konsultasi GFMS menunjukkan bahwa impor emas India naik ke sekitar 75 ton pada bulan Juni dari 22,7 ton tahun lalu. Untuk paruh pertama tahun ini, impor naik menjadi 514 ton, naik 161 persen dari tahun sebelumnya. Analis GFMS mengatakan lonjakan tersebut disebabkan oleh konsumen India yang membeli jatah kenaikan pajak barang dan jasa di bulan Juli naik menjadi 3 persen dari 1,2 persen.

Dollar AS juga tertekan sulitnya upaya Presiden AS Donald Trump untuk memberikan RUU kesehatan baru di pasar yang khawatir dengan laju pertumbuhan ekonomi Amerika.

Kepemilikan SPDR Gold Trust, emas terbesar di dunia yang diperdagangkan di bursa ETF, turun menjadi 827,07 ton pada hari Senin, turun dari 828,84 ton pada hari Jumat.

Sementara harga perak naik 1,34 persen menjadi $ 16,286 per ons setelah menyentuh level tertinggi dua minggu di $ 16,23.

Platinum naik 0,27 persen menjadi $ 924,00. Palladium dicampur pada $ 862,80.

Analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga emas bergerak lemah dengan penguatan bursa Wall Street. Harga emas diperkirakan bergerak dalam kisaran Support $ 1,242.00-$ 1,240.00, namun jika harga bergerak naik akan menembusa kisaran Resistance $ 1,246.00-$ 1,248.00. Rifanfinancindo.


Sumber : Vibiznews

Selasa, 18 Juli 2017

Bursa Asia Tertekan Pasar China



Rifan Financindo - Bursa Asia melemah pada pembukaan perdagangan hari ini usai terjadinya mini-crash di pasar China yang dianggap Black Monday.

Melansir laman CNBC, Selasa (18/7/2017), indeks acuan Jepang Nikkei turun 0,31 persen dan Kospi Korea Selatan turun 0,1 persen pada awal perdagangan.

Sementara S&P/ASX 200 sebesar 0,36 persen, dengan keuntungan moderat yang mengimbangi kerugian pada sub-indeks lainnya. Sub-indeks keuangan turun hingga 0,93 persen.

Pasar terus mencerna perkiraan PDB kuartal kedua China yang lebih baik yang dirilis pada Senin. Tingkat pertumbuhan Cina mencapai 6,9 persen dibandingkan dengan perkiraan 6,8 persen, menurut jajak pendapat Reuters.

Meski demikian, pasar daratan tersandung pada Senin kendati data pertumbuhan ekonomi mencatatkan kinerja yang positif, dengan analis menghubungkan sentimen pasar ke pertemuan kebijakan keuangan pada akhir pekan.

The Shanghai Composite mengakhiri sesi dengan turun 1,42 persen dan Shenzhen Composite turun 4,278 persen.

Data yang kuat diharapkan memberikan dukungan untuk pasar komoditas ke depan, menurut Ekonom ANZ Lavinia Specchia dalam sebuah catatannya. "Industri logam menjadi penerima utama, namun data ekonomi positif menjadi gambaran seluruh industri," tambah Specchia.

Wall street sebelumnya ditutup mendatar terpicu keuntungan pada utilitas dan saham konsumen yang mengimbangi penurunan saham perusahaan perawatan kesehatan.

Melansir laman Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average turun 8,02 poin, atau 0,04 persen ke posisi 21.629.72. Sementara indeks S & P 500 kehilangan 0,13 poin, atau 0,01 persen menjadi 2.459,14 dan Nasdaq Composite bertambah 1,97 poin, atau 0,03 persen ke level 6.314,43 poin.

Pasar dipengaruhi saham sektor kesehatan pada indeks S&P 500 yang tergelincir. Sebagian terbebani keputusan Senat Amerika Serikat (AS) untuk mempertimbangkan penundaan undang-undang kesehatan.

"Saya pikir kita harus melihat beberapa hal terkait kesehatan sebelum Anda dapat membuat taruhan pada industri itu," kata Erick Ormsby, CEO Alcosta Capital Management di San Ramon, California. Rifan Financindo.


Sumber : Liputan 6

Senin, 17 Juli 2017

Menanti Data Ekonomi China, Bursa Asia Menguat



PT Rifan Financindo - Bursa saham Asia menguat pada awal pekan ini seiring pelaku pasar menanti rilis data produk domestik bruto atau PDB China pada kuartal II 2017. Selain itu, bursa saham Amerika Serikat (AS) menguat pada akhir pekan lalu berimbas ke bursa Asia.

Pada perdagangan saham Senin (17/7/2017), indeks saham MSCI Asia Pacifik di luar Jepang naik 0,2 persen pada awal perdagangan. Indeks saham Korea Selatan Kospi naik 0,5 persen. Sedangkan indeks saham Australia turun 0,1 persen.

Rilis data ekonomi China menjadi perhatian pelaku pasar. Ekonom mengharapkan ekonomi China tumbuh 6,8 persen. Pertumbuhan ekonomi ini diperkirakan melambat dari kuartal sebelumnya 6,9 persen.

Bila ekonomi China naik secara mengejutkan berdampak dongkrak saham dan harga komoditas secara global. Sebaliknya jika data ekonomi China melemah berdampak ke yuan. Sepanjang tahun ini, yuan sudah naik dua persen terhadap dolar Amerika Serikat.

Selain itu, bursa saham AS menguat pada akhir pekan berimbas positif ke bursa saham Asia. Penguatan bursa AS didorong terjadi usai harga konsumen tidak berubah pada Juni dan data penjualan ritel turun.

Sementara itu, berdasarkan survei, peluang suku bunga bank sentral AS naik pada Desember turun menjadi 43,1 persen usai data ekonomi keluar. Dari pasar uang, indeks dolar AS berada di level terendah dalam 10 bulan. Indeks dolar AS berada di posisi 95,10.

"Rilis data ekonomi AS pada Jumat pekan lalu mendorong aksi jual dolar AS," ujar Stephen Innes, Senior Trader OANDA, seperti dikutip dari laman Reuters, Senin pekan ini.

Ia menambahkan, kemungkinan suku bunga bank sentral AS naik kurang dari 50 persen membuat pelaku pasar sudah mengantisipasi. Selain itu, tidak ada pernyataan pejabat bank sentral AS sebelum 26 Juli. "Dolar AS dapat bergejolak," kata dia.

Dolar AS cenderung stabil terhadap yen. Tercatat dolar AS berada di kisaran 112,45 terhadap yen usai turun 0,7 persen pada pekan lalu. Pelemahan dolar AS mendorong penguatan dolar Australia dan dolar Kanada. Sedangkan euro bergerak di kisaran US$ 1,1474.

Di pasar komoditas, harga minyak Amerika Serikat naik 0,1 persen ke level US$ 46,61 pada awal perdagangan. Harga minyak Brent mendaki 0,15 persen ke level US$ 49. Harga emas berada di kisaran US$ 1.230,70 per ounce. PT Rifan Financindo .


Sumber : Liputan 6

Jumat, 14 Juli 2017

Bursa Asia Bergerak Positif


Rifanfinancindo - Bursa global mencatat rekor tertinggi pada Jumat di pekan ini, dengan ekuitas Asia naik untuk sesi kelima. Ini terjadi di tengah sinyal Federal Reserve akan menjalankan kebijakan pengetatan moneter dan harapan laporan pendapatan perusahaan menguat yang bisa mengangkat aset berisiko.

Melansir laman Reuters, Jumat (14/7/2017), indeks MSCI World Index 1,6 persen lebih tinggi. Sementara indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang terangkat 0,25 persen ke level tertingginya dalam dua tahun. Dengan besaran kenaikan mencapai 3,2 persen untuk minggu ini.

Adapun indeks Jepang Nikkei naik 0,2 persen, dengan peningkatan mingguan sebesar 1,05 persen. Di Asia, pasar mengharapkan perusahaan melaporkan pendapatan yang kuat.

Sebelumnya, Wall Street mencatatkan kenaikan tipis pada penutupan perdagangan Kamis. Kenaikan ditopang peningkatan keuangan terhadap laporan keuntungan dari beberapa bank besar AS.

Kenaikan Wall Street juga membuat Dow Jones mencatatkan rekor kenaikan terbaru. Indeks finansial menjadi performer terbaik di antara 11 indeks S&P, dengan menutup 0,61 persen.

Dow Jones Industrial Average naik 20,95 poin atau 0,1 persen ke level 21.533, kemudian S&P 500 mendapatkan 4,61 poin atau 0,19 persen ke level 2.447,86. Sementara Nasdaq Composite Indeks menambahkan 13,27 poin atau 0,21 persen ke level 6.274,44.

Sementara nilai tukar terangkat 0,1 persen terhadap yen di posisi 113,4. Indeks Dolar yang melacak greenback terhadap sekeranjang mata uang lainnya, naik 0,1 persen menjadi 95.828, di jalur penurunan mingguan 0,2 persen.

"Yellen memberikan beberapa harapan untuk dolar dan pernyataannya terkait perbaikan dalam perekonomian, tetapi pada akhir hari investor masih skeptis tentang apa yang terjadi, " kata Kathy Lien, Direktur BK Asset Management di New York.

Nilai tukar dolar terdukung data yang menunjukkan jumlah orang Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran turun pada pekan lalu untuk pertama kalinya dalam satu bulan.

Investor masih menunggu laporan sejumlah indikator ekonomi, termasuk inflasi, penjualan ritel dan produksi industri untuk Juni. Rifanfinancindo.


Sumber : Liputan 6

Kamis, 13 Juli 2017

Bursa Asia Menguat Tersengat Pernyataan The Fed






Rifan Financindo - Bursa saham Asia naik ke level tertinggi dalam dua tahun. Hal ini seiring investor mempertanyakan pengetatan kebijakan di Amerika Serikat (AS) oleh the Federal Reserve (The Fed).

Sebelumnya, pernyataan pimpinan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve Janet Yellen akan menaikkan suku bunga secara bertahap telah mendorong wall street cetak rekor.

Indeks saham Dow Jones naik 0,57 persen. Sementara itu, indeks saham S&P 500 menguat 0,73 persen. Indeks saham Nasdaq mendaki 1,1 persen.

Namun pelaku pasar lega lantaran Janet Yellen tidak terlalu agresif di depan kongres. Pada perdagangan saham Kamis, (13/7/2017), indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,45 persen ke level tertinggi sejak pertengahan 2015. Indeks saham Jepang Nikkei menguat 0,4 persen dan indeks saham Australia melonjak 1 persen.

Selain itu, bursa saham Asia juga dipengaruhi oleh penurunan imbal hasil surat utang lantaran Yellen juga waspada terhadap inflasi. Kenaikan suku bunga juga diperkirakan tidak terlalu tinggi.

"Pasar memang merasakan tingkat kecemasan lebih tinggi atas inflasi. Menurut kami, ini tidak mungkin menghalangi kenaikan tahun ini lagi," ujar Ekonom WestSac Elliot Clarke, seperti dikutip dari laman Reuters.

Ia memprediksi, the Federal Reserve akan kembali menaikkan suku bunga pada 2018. Pasar meragukan pengetatan kebijakan moneter the Federal Reserve ke depan. Diperkirakan suku bunga the Federal Reserve kembali naik pada Desember, dengan kemungkinan 50:50.

Di pasar uang, dolar Kanada catatkan persentase terbesar sejak Maret 2016. Euro menguat ke level US$ 1.1418. Dolar AS berada di level 113,32 yen. Sedangkan di pasar komoditas, harga minyak Brent turun 13 sen menjadi US$ 47,61 per barel. Harga minyak mentah Amerika Serikat susut 10 sen menjadi US$ 45,39. Rifan Financindo.


Sumber : Liputan 6

 
Disclaimer: Semua informasi yang tersedia dalam blog ini hanya bersifat informasi saja. Kami berusaha menyajikan informasi yang terbaik, akan tetapi kami tidak menjamin keakuratan dan kelengkapan dari semua informasi atau analisa yang tersedia. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari blog ini.

PT. Rifan Financindo Berjangka Surabaya
Wisma Bii Lt. 16 Jl. Pemuda 60-70 Surabaya 60271 Telp : 031-5349800(hunting), Fax : 031-5347800