English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Rabu, 08 Mei 2019

Rupiah Lanjutkan Koreksi Imbas Ancaman Trump terhadap China

Rupiah-Melemah-Tipis-Atas-Dolar
Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih lanjutkan koreksi pada perdagangan Selasa pekan ini.

Pelaku pasar masih mencermati perkembangan terbaru negosiasi perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China usai Presiden AS Donald Trump lewat akun media sosialnya mengancam akan menaikkan tarif impor produk China pada pekan ini.

Berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), Selasa (7/5/2019), rupiah melemah tipis ke posisi 14.309 per dolar AS dari periode 6 Mei 2019 di kisaran 14.309.

Baca Juga :

Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, rupiah turun terbatas 0,3 persen atau 5 poin ke posisi 14.292 per dolar AS pada pembukaan dari penutupan Senin kemarin di posisi 14.297 per dolar AS.

Pada Selasa siang, rupiah bergerak di posisi 14.308 per dolar AS. Rupiah pun bergerak di kisaran 14.292 per dolar AS-14.311 per dolar AS.

Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede menuturkan, nilai tukar rupiah masih melanjutkan pelemahan terhadap dolar AS imbas sentimen global. Salah satunya negosiasi perdagangan antara AS-China.

Cuitan Presiden AS Donald Trump pada akhir pekan lalu waktu setempat telah membuat pasar keuangan global tertekan. Hal ini juga berdampak terhadap pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa pekan ini.

"Statement Trump akan tetap berlakukan tarif terhadap produk China menjadi sentimen negatif ke pasar. Mata uang di Asia terkoreksi termasuk yuan melemah cukup signifikan, dan rupiah hingga ke posisi 14.300," ujar Josua saat dihubungi Liputan6. Rifan Financindo.


Sumber : Liputan 6

Selasa, 07 Mei 2019

IHSG Bangkit Ditopang Aksi Borong Investor Asing

Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin

PT Rifan Financindo - Usai melemah pada perdagangan saham Kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya bangkit dan dibuka menguat pada awal sesi perdagangan saham Selasa pekan ini. Kenaikan IHSG ditopang aksi ambil borong investor asing.

Pada pra pembukaan perdagangan saham, Selasa (7/5/2019), IHSG menguat 15,6 poin atau 0,25 persen ke posisi 6.271,96. IHSG makin menanjak 26,05 atau 0,42 persen menjadi 6.282.4 pada pembukaan pukul 09.00 WIB. Indeks saham LQ45 juga naik 0,54 persen ke posisi 991,001
Sebanyak 110 saham menguat sehingga mengangkat IHSG ke zona hijau. Selain itu 40 saham melemah dan 96 saham diam di tempat.

Baca Juga :

Pada awal sesi perdagangan, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.293,91 dan terendah 6.268,32.
Total frekuensi perdagangan saham 17.619 kali dengan volume perdagangan 1,3 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 375,7 miliar.

Investor asing borong Rp 6,3 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 14.314.

Sebagian besar sektor saham menguat kecuali sektor saham pertambangan yang melemah 0,32 persen, sektor perkebunan turun 0,24 persen dan sektor aneka industri tertekan 0,22 persen.
Sektor saham keuangan naik 1,02 persen dan catatkan penguatan terbesar. Disusul sektor saham industri dasar menanjak 0,95 persen dan sektor kontruksi 0,91 persen.

Saham-saham yang menguat sehingga mendorong IHSG ke zona hijau antara lain saham BMAS melonjak 14,79 persen ke posisi Rp 388 per saham, saham UNIT mendaki 9,71 persen menjadi Rp 226 per saham dan saham PKPK menanjak 7,95 persen ke posisi Rp 95 per saham.

Sedangkan saham-saham yang melemah antara lain saham GOLD turun 13,46 persen ke posisi Rp 450 per saham, saham KICI merosot 12 persen menjadi Rp 264 per saham, dan saham IBFN susut 9,09 persen ke posisi Rp 200 per saham. PT Rifan Financindo.


Sumber : Liputan 6

Senin, 06 Mei 2019

Trump Ancam Naikkan Tarif Impor Produk China, Bursa Saham AS Berjangka Anjlok

Perdagangan Saham dan Bursa

Rifanfinancindo - Aksi jual tajam akan mulai terjadi pada awal pekan ini di wall street. Hal itu seiring Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan menaikkan tarif pada barang-barang yang diimpor dari China.

Sentimen tersebut menimbulkan keraguan pada optimisme baru-baru ini kalau dua negara ekonomi terbesar dunia itu dekat dengan resolusi untuk negosiasi perdagangan.

Pada Minggu malam waktu setempat, bursa saham AS dengan indeks saham Dow Jones berjangka merosot lebih dari 400 poin.


Baca Juga :
Indeks saham berjangka S&P 500 dan Nasdaq juga tergelincir. Mengutip laman CNN Money, Senin (6/5/2019), indeks saham S&P 500 susut 1,4 persen dan indeks saham Nasdaq terperosok 1,5 persen.

Indeks saham Nasdaq terdiri dari sejumlah saham teknologi akan terpukul seiring tingginya tarif terhadap produk China.

Harga minyak juga turun tajam pada Senin pagi di perdagangan Asia. Harga minyak mentah AS turun 2,83 persen menjadi USD 60,19 per barel. Sementara itu, harga minyak Brent berjangka susut 2,48 persen menjadi USD 69,09 per barel.

Lewat akun media sosial Twitter, Donald Trump menulis status kalau selama 10 bulan, China telah membayar tarif sebesar 25 persen senilai USD 50 miliar untuk teknologi dan 10 persen pada barang lainnya senilai USD 200 miliar.

Pembayaran ini sebagian tanggung jawab atas hasil ekonomi kami yang luar biasa. 10 persen akan naik hingga 25 persen pada Jumat. USD 325 miliar barang tambahan yang dikirim kepada kami oleh China tetap tidak dibayar, tetapi akan segera dengan tingkat 25 persen.

Tarif yang dibayarkan ke AS berdampak kecil pada biaya produk, sebagian besar ditanggung oleh China. Kesepakatan perdagangan dengan China berlanjut, tetapi terlalu lambat. Karena mereka berusaha untuk menegosiasikan kembali. Tidak!.

Sentimen perang dagang tersebut menjadi kekhawatiran terhadap wall street. Apalagi indeks saham acuan di wall street sentuh rekor tertinggi.

"Pergantian sentimen lebih ketat seiring pembicaraan perdagangan China-AS dan Presiden menerapkan taktik keras, seperti dapat membuat koreksi pasar saham menjadi tajam," ujar Ekonom MUFG Union Bank, Chris Rupkey, seperti dikutip dari laman CNBC, Senin pekan ini.

Ia menambahkan, selama berminggu-minggu pasar telah terbuai dengan sentimen perang dagang AS-China yang mereda dan berpikir perjanjian sudah dekat. Akan tetapi, hal itu tidak lagi.

"Ini dapat menyebabkan pasar saham melemah dan mengirim risiko eksternal ke prospek ekonomi AS yang melonjak," kata dia.

Adapun saham-saham perusahaan AS dengan penjualan besar di China dapat alami kerugian pada Senin waktu setempat termasuk Apple. Selain itu juga Caterpillar dan Boeing juga bisa mendapatkan tekanan. Ditambah produsen chip dan Wynn Resorts juga akan terkena dampaknya. Rifanfinancindo.


Sumber : Liputan 6

Jumat, 03 Mei 2019

Banyak Bursa Saham Asia Terpukul Ikuti Kejadian di Wall Street



Rifan Financindo - Sebagian besar bursa saham Asia Pasifik lebih rendah pada perdagangan  hari Jumat (03/05) setelah isyarat lemah semalam dari bursa Wall Street di tengah kekecewaan yang berkelanjutan setelah Federal Reserve mengindikasikan tidak mungkin untuk memotong suku bunga dalam waktu dekat. Selain itu, penurunan harga minyak mentah menyeret saham sektor energi.

Investor juga sedang berhati-hati dalam menantikan laporan pekerjaan bulanan Departemen Tenaga Kerja AS yang jadi fokus utama pasar global, selain itu dipengaruhi oleh volatilitas lemah oleh tutupnya bursa saham China dan Jepang.

Perdagangan saham di bursa Hong Kong sedang terjadi profit taking setelah perdagangan sebelumnya cetak untung, sehingga indeks Hang Seng melemah 0,16 persen yang mendapat tekanan kuat dari anjloknya saham kapital besar seperti saham Xiaomi, Petrochina,China Mobile dan China Tencent.

Baca Juga :

Indeks Kospi di bursa saham Korea Selatan terpangkas turun dari posisi kuat sebelumnya, yang turun 0,78 persen. Tertekan kuat oleh anjloknya saham  industri kelas berat Samsung Electronics  yang sedang turun 0,87%, namun saham rivalnya SK Hynix sedang naik moderat.

Di kawasan Pasifik perdagangan saham masih mixed, dimana bursa saham Australia alami rebound  sedang bursa saham New Zealand alami profit taking. Indeks ASX200 menguat  0,17 persen yang banyak ditopang  oleh kuatnya saham perbankan. Sedangkan di perdagangan bursa saham New Zealand, indeks NZX 50 melemah 0,24 persen yang mendapat tekanan kuat dari anjloknya saham perbankan seperti saham ANZ dan AMP.

Untuk perdagangan bursa saham Indonesia di bursa Jakarta alami profit taking pasca libur may day, kini indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok 1,36 persen ke posisi 6287.57. Tekanan kuat indeks dipicu oleh anjloknya saham-saham unggulan sektor industri dasar  dan properti. Rifan Financindo.


Sumber : Vibiznews

Kamis, 02 Mei 2019

GBP/USD Mendekati 1.3100 Ditengah Data AS Yang Lemah & Berita Brexit Yang Positip




PT Rifan Financindo - Menurut laporan dari ISM, output manufaktur AS pada bulan April bertumbuh kurang daripada yang diperkirakan. Hal ini menambah tekanan terhadap matauang Amerika Serikat ini. Pembicaraan lintas partai di Inggris dilaporkan kali ini positip, setelah tidak ada kemajuan sebegitu lamanya. Hal ini membawa secercah sinar harapan bagi kenaikan Poundsterling.

“Greenback” terus terbebani oleh data belakangan ini, yang menunjukkan inflasi AS yang dengan stabil melambat, dan kecenderungan jual tetap tidak tertahankan setelah rilis data dari Chicago PMI yang mengecewakan, dimana turun ke 52.6 pada bulan April dan menandakan level terendahnya sejak bulan Januari 2017. Angka ini juga mengecewakan dalam hal lebih rendah daripada yang diperkirakan sebesar 55.0 dan juga lebih rendah daripada sebelumnya sebesar 55.3. Hal ini terus menambah tekanan terhadap “greenback” yang melanjutkan penurunannya.

Baca Juga :

AS beroperasi secara normal dan memulai hari kemarin dengan merilis survey ADP bulan April yang menunjukkan bahwa sektor swasta menambahkan 275.000 posisi pekerjaan yang baru, jauh lebih baik daripada yang diperkirakan sebesar 180.000, sementara angka bulan Maret yang direvisi naik saja hanya 151.000 dibandingkan dengan sebelumnya yang diperkirakan 129.000.

Namun angka yang positip ini tidak berhasil untuk mencegah penurunan dolar AS. Bahkan rilis dari Conference Board’s US consumer confidence index yang melompat ke 129.2 pada bulan April dan data pending home sales gagal untuk memberikan kelegaan terhadap dolar AS, ataupun merintangi pasangan matauang GBP/USD untuk tetap naik.

Pasangan matauang ini sekarang terlihat telah memasuki fase konsolidasi “bullish” dan terlihat “oscillating” di dalam rentang perdagangan yang sempit, hanya sedikit dibawah pertengahan 1.3000 an dengan partisipan pasar sekarang melihat kedepan ke data makro penting yang diskedulkan keluar pada awal bulan yang baru.

Secara tehnikal, kenaikan dari pasangan matauang GBP/USD ini akan berhadapan dengan “resistance” terdekat di 1.3095 yang apabila berhasil ditembus akan bertemu dengan “resistance” berikutnya di 1.3134 dan kemudian 1.3203. Sebaliknya apabila turun maka akan berhadapan dengan “support” terdekat di 1.3025 yang apabila berhasil dilewati akan bertemu dengan “support” berikutnya di 1.2995 dan akhirnya di 1.2925. PT Rifan Financindo.


Sumber : Vibiznews

Selasa, 30 April 2019

Buruknya Data Manufaktur China Semakin Lemahkan Harga Minyak di Asia




Rifanfinancindo - Harga minyak mentah  yang diperdagangkan pada sesi Asia hari Selasa (30/04) turun  di tengah ekspektasi kenaikan output dari Amerika Serikat dan produsen OPEC serta kekhawatiran penurunan permintaan setelah China melaporkan kinerja manufakturnya masih kontraksi.

Harga minyak mentah berjangka Brent atau harga acuan minyak internasional berada di $71,88 per barel  yang  turun 26 sen, atau 0,36 persen dari penutupan sesi Amerika beberapa saat lalu. Demikian juga harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 12 sen atau 0,19 persen berada di $63,38 per barel.

Baru saja kantor statistik China atau NBS umumkan data kinerja manufaktur turun secara tak terduga menjadi 50,1 pada bulan April 2019 dari level tertinggi lima bulan 50,5 pada Maret. Laporan tersebut menunjukkan bahwa output dan pesanan baru naik pada kecepatan yang lebih rendah, sementara level pembelian sedikit berubah dari bulan sebelumnya.  Data ini memberikan sentimen kekhawatiran pasar akan permintaan pasokan global.


Baca Juga :
Harga minyak melonjak sekitar 40 persen antara Januari dan April, terangkat oleh pemotongan pasokan yang dipimpin oleh produsen Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang didominasi Timur Tengah serta sanksi AS terhadap produsen Iran dan Venezuela.

Tetapi harga anjlok parah akhir pekan lalu setelah Presiden AS Donald Trump secara terbuka menekan OPEC dan pemimpin de-faktonya Arab Saudi untuk meningkatkan produksi guna memenuhi kekurangan pasokan yang disebabkan oleh pengetatan sanksi Iran.

Sebelumnya diberitakan produksi minyak Iran akan turun menjadi 1,9 juta barel per hari pada semester kedua 2019 dari 3,6 juta barel per hari pada kuartal ketiga 2018  karena sanksi AS diperketat.

Ada banyak pertimbangan investor dari ekspektasi lembaga-lembaga top dunia yang menyebutkan  output dari OPEC dan juga Amerika Serikat akan naik. Karena pernah diberitakan ekspor AS melebihi 3 juta barel per hari (bph) untuk pertama kalinya pada awal 2019 di tengah lonjakan produksi lebih dari 2 juta bph selama tahun lalu, ke rekor lebih dari 12 juta barel per hari.

Untuk perdagangan selanjutnya, analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga minyak WTI selanjutnya akan menemui posisi  posisi support di 62.63 – 61.84.  Namun jika terjadi pergerakan sebaliknya akan mendaki  ke resisten 63.80 – 64.45. Rifanfinancindo.


Sumber : Vibiznews

Senin, 29 April 2019

Dolar AS Masih Terpukul Meski Data Ekonomi AS Kuat

 
 
Rifan Financindo - Masuki perdagangan forex sesi Asia hari Senin (29/04) posisi dolar AS masih sangat terpukul oleh sentimen pelemahan perdagangan akhir pekan lalu, meskipun rilis data pertumbuhan ekonomi AS melompat cukup tinggi dari periode sebelumnya. Terpantau setelah dibuka lebih rendah bergerak ragu-ragu dengan trend yang bearish.

Indeks dolar yang menunjukkan kekuatan mata uang dolar AS terhadap beberapa rival mata uang utama sedang turun sekitar 0,03 persen menjadi 97.98 setelah dibuka pada posisi 98.03 dari penutupan akhir pekan lalu pada posisi 98.04.

Baca Juga :

Dolar anjlok cukup signifikan pada hari Jumat, menghentikan kenaikan tiga hari berturut-turut  setelah laporan pertumbuhan kuartal pertama AS yang kuat secara keseluruhan , namun dibayangi oleh data inflasi yang lemah. PDB Q1-2019 meningkat 3,2% y/y dari  2,2% persen sebelumnya.

Manisnya data PDB tersebut tidak membuat dolar menikmatinya, namun sentimen pasar sedang tertuju pada angka  indeks harga konsumsi pengeluaran pribadi inti, yang merupakan ukuran inflasi acuan Federal Reserve. Dimana data tersebut  meningkat hanya pada tingkat 1,3% berbanding 1,8% pada kuartal sebelumnya.’

Untuk pergerakan hari ini tidak banyak katalis penggerak dari rival-rivalnya, data dari kalender ekonomi yang penting diperhatikan pada sesi Amerika yaitu data core PCE index dan personal spending secara bulanan.

Untuk perdagangan selanjutnya analyst Vibiz Research Center memperkirakan secara teknikal, indeks dolar bergerak naik menuju posisi support di 97.81 – 97.57. Namun jika bergerak sebaliknya akan bergerak naik menuju posisi resistennya di posisi 98.25 – 98.62. Rifan Financindo.


Sumber : Vibiznews

 
Disclaimer: Semua informasi yang tersedia dalam blog ini hanya bersifat informasi saja. Kami berusaha menyajikan informasi yang terbaik, akan tetapi kami tidak menjamin keakuratan dan kelengkapan dari semua informasi atau analisa yang tersedia. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari blog ini.

PT. Rifan Financindo Berjangka Surabaya
Wisma Bii Lt. 16 Jl. Pemuda 60-70 Surabaya 60271 Telp : 031-5349800(hunting), Fax : 031-5347800