English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Senin, 11 Desember 2017

Bursa Saham Asia Pagi Kompak Menguat, Searah Wall Street


Rifan Financindo - Pasar saham Asia menguat tipis pada perdagangan Jumat pagi (8/12) setelah bursa AS berakhir lebih tinggi pada hari Kamis sementara investor di negara Amerika itu menunggu perkembangan selanjutnya reformasi pajak. Pasar juga menunggu rilis data perdagangan dari China untuk petunjuk tentang kesehatan ekonominya.


Baca Juga :


Nikkei 225 terpantau menguat 1,12 persen, rebound setelah mencatat penurunan 2 persen di tengah minggu ini. Juga memberikan dukungan untuk kenaikan tersebut adalah yen yang menurun, diperdagangkan di atas level 113 terhadap dolar. Saham produsen mobil, teknologi dan trading house mencatat kenaikan.

Dilaporkan dari CNBC (8/12), PDB kuartal ketiga Jepang direvisi naik menjadi 2,5 persen dari perkiraan awal 1,4 persen, Reuters melaporkan. Secara triwulanan, ekonomi tumbuh 0,6 persen, dibandingkan dengan perkiraan 0,4 persen. Setelah rilis, dolar mengambil posisi 113,28 yen sesi pagi ini, di atas level penutupan hari Kamis di 113,07.

Di Selat Korea, Kospi bergerak datar karena keuntungan pada saham teknologi berat mengimbangi kerugian yang terlihat pada produsen mobil dan beberapa manufaktur. Samsung Electronics dan SK Hynix masing-masing naik 1,14 persen dan 2,11 persen. Hyundai Motor turun 2,79 persen dan Posco turun 1,95 persen.

Di Selatan, S&P/ASX 200 menanjak 0,22 persen karena sebagian besar saham terkait energi naik didukung harga minyak yang naik lebih dari 1 persen pada sesi terakhir. Oil Search naik 1,11 persen dan Beach Energy bertambah 3,61 persen, namun Santos diperdagangkan datar. Saham bank mencatat kenaikan, sementara pertambangan utama diperdagangkan di wilayah negatif.

Pasar saham China bergerak naik pada awal perdagangan. Indeks Hang Seng Hong Kong naik 0,65 persen. Di daratan, Shanghai Composite menanjak 0,17 persen dan Shenzhen Composite menguat 0,63 persen. Rifan Financindo.


Sumber : Vibiznews

Jumat, 08 Desember 2017

Bursa Saham Asia Pagi Kompak Menguat, Searah Wall Street


PT Rifan Financindo - Pasar saham Asia menguat tipis pada perdagangan Jumat pagi (8/12) setelah bursa AS berakhir lebih tinggi pada hari Kamis sementara investor di negara Amerika itu menunggu perkembangan selanjutnya reformasi pajak. Pasar juga menunggu rilis data perdagangan dari China untuk petunjuk tentang kesehatan ekonominya.

Baca Juga :

Nikkei 225 terpantau menguat 1,12 persen, rebound setelah mencatat penurunan 2 persen di tengah minggu ini. Juga memberikan dukungan untuk kenaikan tersebut adalah yen yang menurun, diperdagangkan di atas level 113 terhadap dolar. Saham produsen mobil, teknologi dan trading house mencatat kenaikan.

Dilaporkan dari CNBC (8/12), PDB kuartal ketiga Jepang direvisi naik menjadi 2,5 persen dari perkiraan awal 1,4 persen, Reuters melaporkan. Secara triwulanan, ekonomi tumbuh 0,6 persen, dibandingkan dengan perkiraan 0,4 persen. Setelah rilis, dolar mengambil posisi 113,28 yen sesi pagi ini, di atas level penutupan hari Kamis di 113,07.

Di Selat Korea, Kospi bergerak datar karena keuntungan pada saham teknologi berat mengimbangi kerugian yang terlihat pada produsen mobil dan beberapa manufaktur. Samsung Electronics dan SK Hynix masing-masing naik 1,14 persen dan 2,11 persen. Hyundai Motor turun 2,79 persen dan Posco turun 1,95 persen.

Di Selatan, S&P/ASX 200 menanjak 0,22 persen karena sebagian besar saham terkait energi naik didukung harga minyak yang naik lebih dari 1 persen pada sesi terakhir. Oil Search naik 1,11 persen dan Beach Energy bertambah 3,61 persen, namun Santos diperdagangkan datar. Saham bank mencatat kenaikan, sementara pertambangan utama diperdagangkan di wilayah negatif.

Pasar saham China bergerak naik pada awal perdagangan. Indeks Hang Seng Hong Kong naik 0,65 persen. Di daratan, Shanghai Composite menanjak 0,17 persen dan Shenzhen Composite menguat 0,63 persen. PT Rifan Financindo.


Sumber : Viiznews

Kamis, 07 Desember 2017

Bursa Asia Melemah Tersengat Kebijakan AS


Rifanfinancindo - Bursa saham Asia masih berada di level terendah dalam dua bulan pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Hal itu dipicu harga komoditas minyak dan tembaga yang tertekan.

Ditambah sentimen kebijakan Amerika Serikat (AS)yang turut pengaruhi pasar. Pelaku pasar ingin tahu bagaimana keputusan akhir dari Undang-Undang (UU) pajak di AS.

Selain itu, pemerintah AS juga berpotensi berhenti operasi sementara jika kongres gagal untuk setujui paket belanja. Ada juga kekhawatiran akan reaksi keras di Timur Tengah usai Presiden AS Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Baca Juga :


Di bursa saham Asia, indeks saham MSCI Asia Pasicifik di luar Jepang stabil di awal perdagangan, dan dekati level terendah dalam dua bulan. Indeks saham Jepang Nikkei naik 1,2 persen usai alami penurunan terbesar.

Indeks saham MSCI global pun turun ke level terendah dalam dua minggu. Indeks saham S&P 500 alami penurunan dalam empat sesi berturut-turut.

"Saya mengatakan pasar saham alami koreksi yang sehat. Tak perlu panik," kata Hirozaku Kabeya, Kepala Riset Daiwa Securities, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (7/12/2017).

Harga komoditas turut pengaruhi bursa saham Asia. Harga minyak dunia turun ke posisi terendah dalam dua bulan usai pasokan bensin Amerika Serikat naik tajam sehingga indikasikan permintaan akan lesu. Sedangkan produksi minyak AS mencapai rekor mingguan.

Namun, di pasar Asia, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 0,25 persen menjadi US$ 56,10 per barel. Harga tembaga pun berada di level US$ 6.550 per ton tidak jauh dari level terendah dalam dua bulan di US$ 6.507.

Di pasar uang, euro berada di kisaran US$ 1.1803, usai tergelincir ke level terendah dalam dua pekan. Dolar AS melemah menjadi 112,27 per yen. Bitcoin pun melonjak ke level tertinggi baru di US$ 14.047.

Saham Microsoft Menguat, Wall Street Bervariasi
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi dengan indeks saham S&P 500 turun tipis. Wall street bervariasi tersebut didorong saham Microsoft dan teknologi lainnya menguat dapat mengimbangi sektor saham energi tertekan lantaran harga minyak tergelincir lebih dari dua persen.

Pada penutupan perdagangan saham Rabu (Kamis pagi WIB), indeks saham Dow Jones turun 39,73 poin atau 0,16 persen ke posisi 24.140,91. Indeks saham S&P 500 tergelincir 0,3 poin atau 0,01 persen ke posisi 2.629,27. Sementara itu, indeks saham Nasdaq naik tipis 14,16 poin atau 0,21 persen ke posisi 6.776,38.

Wall street berada di zona negatif dalam empat sesi berturut-turut pertama kali sejak Maret menunjukkan ketidakpastian investor saat Partai Republik berusaha mendamaikan versi pemangkasan tagihan pajak mereka dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Indeks saham S&P 500 bahkan naik 17 persen sepanjang 2017 dipicu pertumbuhan pendapatan perusahaan yang kuat dan optimisme Presiden AS Donald Trump akan pangkas pajak perusahaan.

"Sulit untuk berspekulasi mengenai apa yang akan dikatakan saat finalisasi undang-undang," ujar Direktur Pacer Financial Inc, Sean O'Hara, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis 7 Desember 2017.

Sentimen lain pengaruhi wall street dari pergerakan saham teknologi. Saham Microsoft, Facebook, dan induk usaha Google yaitu Alphabet mampu naik lebih dari satu persen usai pulih dari aksi jual baru-baru ini. Rifanfinancindo.


Sumber : Liputan 6

Rabu, 06 Desember 2017

Bursa Asia Dibuka Melemah, Investor Mencermati Sentimen Global




Rifan Financindo - Bursa Asia dibuka melemah pada perdagangan Rabu pekan ini. Pelemahan pasar saham di kawasan Asia ini mengikuti pelemahan yang terjadi di bursa Amerika Serikat (AS).

Mengutip CNBC, Rabu (6/12/2017), bursa Australia dibuka melemah dengan indeks acuan ASX 200 turun 0,4 persen. Sebagian besar sektor mengalami tekanan dengan sektor bahan industri melemah 1,22 persen dan energi turun 1,03 persen.

Beberapa saham pertambangan yang melemah adalah Rio Tinto turun 1,54 persen, Fortescue Metal turun 0,97 persen dan BHP kehilangan 1,48 persen.

Baca Juga :


Di Jepang, Nikkei 225 turun 0,57 persen sementara indeks Topix turun 0,51 persen. Di Korea Selatan, Kospi turun 0,12 persen.

Saham Samsung Heavy Industries anjlok usai perusahaan tersebut mengumumkan akan melepas saham kembali dengan target pengumpulan dana US$ 1,38 miliar pada Mei 2018. Rights issue tersebut untuk memperbaiki struktur keuangan perusahaan.

Di pasar mata uang, dolar AS naik terhadap sekeranjang mata uang utama lain. Indeks indeks dolar AS berada di angka 93,379. Mata uang AS ini melambung setelah tertekan hingga 92,70 pada pekan lalu.

Beberapa analis mengaitkan penguatan dolar AS ini karena Presiden AS Donald Trump mampu mendorong reformasi perpajakan di parlemen. Kemajuan pembicaraan sistem perpajakan AS ini akan berdampak kepada gerak bursa Asia juga.

Bursa AS
Di AS, Wall Street tertekan pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Pendorong pelemahan bursa saham di Amerika Serikat (AS) tersam-saham di sektor teknologi dan pelemahan saham Walt Disney Co.

Pelaku pasar tengah menilai pengaruh dari perombakan perpajakan AS yang diajukan oleh Partai Republik terhadap kinerja emiten.

Mengutip Reuters, Dow Jones Industrial Average (DJIA) kehilangan 0,45 persen dan berakhir pada 24.180,64 poin. Sementara S&P 500 berakhir turun 0,37 persen di angka 2.629,57. Sedangkan Nasdaq Composite turun 0,19 persen menjadi 6.762,21.

Pelaku pasar terus mencermati rincian dari perombakan Undang-Undang Perpajakan yang tengah dirancang oleh Partai Republik. "Pemangkasan pajak bisa mendorong kinerja dari perusahaan. Apalagi jika pemangkasannya bisa mencapai 20 persen seperti yang direncanakan," jelas analis CFRA Research Lindsey Bell.

Dalam hitungan dia, pemangkasan pajak ini bisa mendorong pendapatan dari perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam indeks S&P 500 hingga 9 persen. Rifan Financindo.


Sumber : Liputan 6

Selasa, 05 Desember 2017

Inflasi November Diprediksi Melonjak


PT Rifan Financindo - Laju inflasi November 2017 diproyeksikan berada pada rentang 0,13-0,15 persen. Perkiraan tersebut melonjak dibanding realisasi inflasi bulan sebelumnya yang hanya 0,01 persen akibat kenaikan harga kebutuhan pokok, terutama bahan pangan menjelang Natal dan Tahun Baru.


Baca Juga :

"Inflasi November ini diprediksi lebih tinggi dari Oktober 2017, yaitu di angka 0,13-0,15 persen (month to month/mom)," kata Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef),

Beberapa faktor penyebab proyeksi inflasi tinggi di November ini karena adanya kenaikan harga kebutuhan pokok untuk mengantisipasi kebutuhan libur Natal dan Tahun Baru.

"Ada dorongan inflasi dari bahan makanan," ucap Bhima.

Menurutnya, kondisi cuaca juga mempengaruhi produksi tanaman pangan, khususnya tanaman yang tidak tahan lama, seperti cabai merah. Hingga Desember, curah hujan diramalkan tetap tinggi sehingga akan mempengaruhi pasokan bahan pangan, dan pada akhirnya mengerek harga.

Faktor lainnya, Bhima menjelaskan, tekanan inflasi di bulan kesebelas ini juga datang dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi terimbas kenaikan harga minyak mentah dunia.
"Selain itu, inflasi November 2017 pun ikut dipengaruhi kenaikan harga transportasi menjelang libur panjang," tutur Bhima.

Dia berharap pemerintah dapat menjaga stabilitas harga pangan mengingat ada kecenderungan kenaikan inflasi musiman jelang libur Natal dan Tahun Baru. Bhima memperkirakan, inflasi sampai akhir tahun ini berada di kisaran 3,7-3,9 persen.

"Yang perlu diwaspadai adalah inflasi kelompok makanan jadi dan rokok, serta pelemahan rupiah karena memberi tekanan pada harga barang konsumsi yang diimpor, khususnya makanan dan pakaian jadi," Bhima berharap.

Inflasi Oktober
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Oktober 2017 sebesar 0,01 persen. Adapun inflasi tahun kalender sebesar 2,67 persen, dan inflasi tahun ke tahun mencapai 3,58 persen.

"Inflasi di Oktober jauh lebih rendah dibandingkan Oktober 2016 yang sebesar 0,14 persen‎. Tetapi ini lebih tinggi Oktober 2015 yang mengalami deflasi -0,08 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, Rabu (1/11/2017).

Dia mengatakan, penyumbang inflasi antara lain makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,28 persen dengan andil 0,05 persen.

Kemudian perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,18 persen dengan andil 0,04 persen. Sementara bahan makanan terjadi deflasi 0,45 persen dengan andil -0,09 persen.
Dia menuturkan, dari 82 kota IHK, tercatat 44 kota tercatat inflasi, dan 38 kota deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Tual sebesar 1,05 persen.

Sedangkan inflasi terendah berada di Surakarya dan Cilegon sebesar 0,01 persen. Sementara untuk deflasi tertinggi terjadi di Palu sebesar -1,31 persen dan deflasi terendah di Palopo sebesar -0,01 persen.

"Untuk inflasi Oktober 2017, di 82 kota secara umum banyak komoditas yang mengalami penurunan tapi ada yang mengalami kenaikan," tandas dia. PT Rifan Financindo.


Sumber : Liputan 6

Senin, 04 Desember 2017

Bursa Asia Masih Terseret Sentimen dari Wall Street




Rifanfinancindo - Bursa Asia bergerak campuran pada pembukaan perdagangan Senin pekan ini. Pelaku pasar masih mencermati sentimen dari bursa saham Amerika Serikat (AS) pada Jumat lalu yang tertekan karena masalah kolusi antara Presiden AS Donald Trump dan Rusia.

Mengutip CNBC, Senin (4/12/2017), indeks ASX 200 Australia diperdagangkan mendatar pada jam pertama. Sektor keuangan mengalami tekanan 0,6 persen karena kerugian dari saham-saham ban-bank besar.

Baca Juga :


Saham ANZ turun 0,73 persen, Commonwealth Bank turun 0,57 persen, Westpac turun 1,17 persen dan National Australia Bank turun 0,51 persen.

Sedangkan di Jepang, indeks Nikkei 225 melemah 0,13 persen di awal perdagangan. Sedangkan Topix diperdagangkan mendatar. Di Korea Selatan, Indeks Kospi naik 0,41 persen.

Di AS, ABC News melaporkan pada Jumat kemarin bahwa Michael Flynn, penasihat keamanan nasional Gedung Putih, akan bersaksi bahwa dia diarahkan untuk melakukan kontak dengan orang-orang Rusia selama kampanye kepresidenan pada 2016.

Flynn mengaku bersalah berbohong kepada FBI mengenai kontak pasca pemilihannya dengan Duta Besar Rusia untuk AS. Laporan tersebut mendorong pelemahan Wall Street secara besar-besaran.
Namun ABC kemudian mengoreksi berita tersebut dan mengatakan bahwa sumbernya telah mengklarifikasi hal tersebut dan menjelaskan bahwa pertemuan antara Flynn dan Duta Besar Rusia untuk AS untuk memerangi kelompok ekstremis Negara Islam.

Penutupan Wall Street Jumat lalu
Wall Street jatuh pada penutupan perdagangan Jumat atau Sabtu pagi waktu Jakarta. Pendorong pelemahan bursa saham di Amerika Serikat (AS) ini karena adanya penyelidikan terhadap dugaan keterlibatan Rusia dalam pemilihan Presiden AS.

Namun tekanan di Wall Street mampu diredam sedikit dengan adanya kemajuan pembicaraan Undang-Undang Pajak di Kongres AS.

Mengutip Reuters, Sabtu (2/12/2017), Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 40,76 poin atau 0,17 persen menjadi 24.231,59. Untuk S&P 500 kehilangan 5,36 poin atau 0,20 persen menjadi 2.642,22. Sedangkan Nasdaq Composite turun 26,39 poin atau 0,38 persen menjadi 6.847,59.

Indeks acuan utama di Wall Street langsung tertekan setelaj ABC News melaporkan bahwa mantan Penasihat Keamanan Nasional Michael Flynn siap bersaksi sebelum menjabat sebagai presiden, Donald Trump telah melakukan kontak dengan beberapa orang Rusia.

Indeks acuan S&P 500 langsung turun 1,6 persen usai keluarnya laporan tersebut. Flynn mengaku bersalah pada Jumat pagi karena berbohong kepad FBI mengenai kontak dengan duta besar Rusia tersebut.

Namun, pelemahan harga saham tersrbut mampu ditahan di akhir perdagangan setelah Partai Republik AS megatakan bahwa mereka memiliki cukup dukungan untuk melewati rencana perombakan pajak AS.

Adanya berita mengenai tanda-tanda kemajuan mengenai reformasi perpajakan AS sangat diganti oleh investor karena hal tersebut merupakan janji kampanye Presiden Donald Trump yang dipastikan akan memberikan angin segar kepada pasar modal.

"Kasus Michael Flynn memberikan tekanan yang cukup dalam ke Wall Street namun adanya kemajuan di reformasi pajak memberikan angin segar," jelas analis TD Ameritrade di Chicago, J.J. Kinahan. Rifanfinancindo.


Sumber : Liputan 6

Kamis, 30 November 2017

Saham Teknologi Turut Seret Bursa Asia Turun


Rifan Financindo - Bursa Asia jatuh terbebani anjloknya saham perusahaan teknologi. Beberapa orang menganggap ini sebagai koreksi usai pasar saham melaju tinggi, namun beberapa justru percaya ini menjadi tanda adanya aksi berlebihan yang mendorong sektor ini.

Melansir laman Reuters, Kamis (30/11/2017), indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang turun 0,5 persen. Dengan saham Samsung Electronics melemah 3 persen, level terendah dalam dua bulan.

Baca Juga :

Adapun indeks Nikkei Jepang turun 0,3 persen, dipimpin penurunan saham Sony, Murata dan saham teknologi lainnya. Anjloknya saham perusahaan teknologi di Asia, juga imbas dari perusahaan teknologi di Amerika Serikat (AS).

Tercatat, Nasdaq Composite turun 1,27 persen karena investor beralih ke sektor keuangan dan sektor lainnya. Nasdaq turun saat indeks  S&P 500 mendatar dan Dow Jones Industrial Average menguat 0,44 persen.

Di Amerika, sama teknologi yang anjlok antara lain milik Amazon.com (AMZN.O), Apple (AAPL.O), alfabet induk Google (GOOGL.O) dan Facebook (FB.O) yang turun antara 2 persen dan 4 persen. Tertinggi, saham Netflix (NFLX.O) turun 5,5 persen.

Penurunan ini diprediksi akibat kekhawatiran terhadap laporan Morgan Stanley pada awal pekan ini, bahwa permintaan memori flash NAND, komponen kunci dalam berbagai produk berteknologi tinggi, mungkin telah mencapai puncaknya.

Beberapa pelaku pasar mengatakan, koreksi saham teknologi itu tidak mengherankan mengingat kuatnya laju kinerja mereka tahun ini. Indeks Nasdaq masih naik 26,8 persen sepanjang tahun ini, lebih dari 9 persen poin di atas kenaikan indeks S&P.

"Koreksi skala ini telah terjadi berkali-kali di masa lalu. Melihat prospek solid dari banyak perusahaan teknologi yang tinggi dan nilai valuasi yang layak, saya tidak berpikir ini saatnya untuk khawatir," kata Mutsumi Kagawa, Kepala Strategi Global  Rakuten Securities.

Mata Uang dan Imbal Hasil Obligasi
Di sisi lain, imbal hasil obligasi AS serta dolar kembali terdorong, seiring laporan pertumbuhan PDB AS di kuartal ketiga yang direvisi naik menjadi 3,3 persen dari perkiraan awal 3,0 persen.
Itu adalah pertumbuhan tercepat dalam tiga tahun, meskipun para ekonom mencatat bahwa persediaan, barang yang harus dijual, menyumbang hampir seperempat dari pertumbuhan PDB.

Terkait pajak, Senat AS tengah menuju kesepakatan undang-undang pajak yang merupakan prioritas tertinggi di Gedung Putih, yang akan ditetapkan melalui pemungutan suara di akhir pekan ini.
Tapi tetap tidak jelas apakah RUU tersebut memiliki cukup dukungan dari Partai Republik untuk menjadi undang-undang.

Imbal hasil obligasi 10 tahun naik menjadi 2,388 persen, mendekati level tertinggi bulan ini sebesar 2,414 persen.

Mata uang Euro diperdagangkan pada US$ 1,1851, cukup stabil di awal perdagangan. Angka ini turun usai mencapai level tertinggi dalam dua bulan di posisi US$ 1,1961 pada hari Senin.
Dolar juga menguat menjadi 112,00 yen, dari titik terendah sepuluh minggu 110,85 yen. Rifan Financindo.

Sumber : Liputan 6

 
Disclaimer: Semua informasi yang tersedia dalam blog ini hanya bersifat informasi saja. Kami berusaha menyajikan informasi yang terbaik, akan tetapi kami tidak menjamin keakuratan dan kelengkapan dari semua informasi atau analisa yang tersedia. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari blog ini.

PT. Rifan Financindo Berjangka Surabaya
Wisma Bii Lt. 16 Jl. Pemuda 60-70 Surabaya 60271 Telp : 031-5349800(hunting), Fax : 031-5347800