PT. Rifan Financindo Berjangka, New York - Harga emas membukukan penurunan terbesar dalam tiga tahun terakhir pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Penekan harga emas adalah penguatan dolar AS karena kuatnya sinyal kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS).
Mengutip Wall Street Journal, Rabu (5/10/2016), harga emas untuk pengiriman Oktober ditutup turun 3,3 persen ke level US$ 1.266,30 per troy ounce. Penurunan tersebut merupakan yang terbesar sejak 19 Desember 2013. Ini adalah harga penutupan terendah untuk emas sejak 23 Juni lalu.
Harga emas mengalami kenaikan yang cukup besar sepanjang tahun ini. Kenaikan tersebut karena Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) terus menahan rencana kenaikan suku bunga acuan yang membuat nilai tukar dolar AS melemah.
Pelemahan dolar AS ini menjadi berkah bagi emas karena harga logam mulia ini akan menjadi lebih murah bagi mereka yang bertransaksi dengan mata uang lainnya.
Namun, pada pekan ini terdapat beberapa tanda-tanda baru yang bisa menjadi pedoman bagi Bank Sentral AS untuk menaikkan suku bunga setidaknya sebelum akhir tahun ini.
Tanda-tanda baru tersebut langsung diantisipasi oleh investor dengan melakukan aksi jual logam mulia. Harga emas pun langsung tertekan cukup tinggi.
Analis Linn Group Ira Epstein menjelaskan, selama ini pelaku pasar cukup mengidolakan emas di saat perekonomian dunia belum memperlihatkan kejelasan. "Namun sepertinya beberapa saat ini investor akan menjauh dari emas dahulu," kata dia.
Dolar AS menguat setelah membaiknya data manufaktur di negara tersebut. Data yang keluar pada Senin kemarin memperlihatkan pertumbuhan yang di luar dugaan. Perbaikan data manufaktur tersebut bisa menjadi acuan bagi Bank Sentral AS untuk menaikkan suku bunga sehingga menekan harga emas. (Gdn/Ndw) PT. Rifan Financindo Berjangka.
Sumber : Liputan 6