PT. Rifan Financindo Berjangka, New York - Harga emas tertekan pada penutupan perdagangan Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta). Investor melihat data manufaktur yang baru saja keluar menjadi salah satu alasan bagi Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau the Fed untuk menaikkan suku bunga segera.
Mengutip Wall Street Journal, Kamis (2/6/2016), harga emas berjangka untuk pengiriman Agustus yang merupakan kontrak paling aktif diperdagangkan tergelincir sekitar 0,2 persen ke angka US$ 1.214,70 per troy ounce di Divisi Comex New York Mercantile Exchange.
Harga logam mulia ini pada perdagangan sehari sebelumnya juga telah mengalami penurunan sekitar 0,1 persen. Namun juga dihitung secara jangka panjang, harga emas masih mengalami kenaikan sekitar 14 persen jika dihitung sejak awal tahun.
Data manufaktur AS yang baru saja keluar memberikan dukungan kepada rencana kenaikan suku bunga the Fed sehingga menekan harga emas. Kenaikan suku bunga the Fed akan mendongkrak imbal hasil surat utang sehingga membuat emas menjadi tidak menarik lagi.
Namun di luar data manufaktur AS, ada beberapa data lainnya yang sedang ditunggu oleh investor. Salah satunya adalah data tenaga kerja. Jika data tenaga kerja ini membaik maka semakin memantapkan rencana kenaikan suku bunga. Jika sebaliknya maka berpotensi untuk mendorong kenaikan harga emas.
"Masih ada banyak alasan untuk tetap memegang emas, tetapi memang potensi keuntungannya tidak sebesar sebelumnya," jelas David Govett, analis di Marex Spectron. Ia melanjutkan, US$ 1.200 per troy ounce akan menjadi level psikologis harga emas.
Sumber : Liputan 6