English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Selasa, 19 September 2017

Jelang Pertemuan The Fed, Bursa Asia Menguat



Rifanfinancindo - Sebagian besar bursa saham di kawasan Asia bergerak menguat pada pembukaan perdagangan Selasa pekan ini. Investor mencari petunjuk jelang pertemuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) yang berlangsung Selasa hingga Rabu waktu setempat.

Mengutip CNBC, Selasa (19/9/2017), indeks Nikkei Jepang naik 1,27 setelah sebelumnya libur nasional. Indeks Kospi melemah 0,03 persen di awal perdagangan. Saham-saham di sektor teknologi menjadi beban gerak indeks di Korea Selatan ini.

Sedangkan S&P/ASX 200 Australia menguat 0,28 persen. Indeks keuangan memimpin penguatan di awal perdagangan dengan naik 0,62 persen.

Investor sedang mencermati atau mencari petunjuk jelang rapat Bank Sentral AS. Sebagian besar analis memperkirakan bahwa the Fed akan membiarkan suku bunga tidak akan berubah melihat berbagai data-data ekonomi yang telah keluar.

Kebijakan yang sedang ditunggu adalah rencana the Fed untuk mengurang kepemilikan akan surat utang secara bertahap yang saat ini nilainya mencapai US$ 2,7 triliun.

"Spekulasi seputar pertemuan the Fed mendorong kenaikan dolar AS. Pelaku pasar saat ini sedang mengamati apakah mereka akan melepas aset yang dimiliki atau tidak," jelas ekonom senior ANZ, Felicity Emmett.

Di AS sendiri, Wall Street bergerak menguat. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 63,01 poin atau 0,28 persen menjadi 22.331,35. S&P 500 menguat 3,64 poin atau 0,15 persen menjadi 2.503,87. Sedangkan Nasdaq Composite menambahkan 6,17 poin atau 0,1 persen menjadi 6.454,64.

S&P 500 mampu menguat meskipun lima dari 11 sektor pembentuk indeks tersebut melemah.

Meningkatnya imbah hasil surat utang pemerintah AS mendorong penguatan saham-saham di sektor keuangan. Alasannya, peningkatan suku bunga cenderung mengangkat keuntungan industri perbankan. Rifanfinancindo.




Baca Juga :



Sumber : Liputan 6

Senin, 18 September 2017

Menunggu Sinyal dari Bank Sentral AS, Bursa Asia Menguat






Rifan Financindo - Bursa Asia menguat pada pembukaan perdagangan Senin pekan ini. Investor sedang menunggu petunjuk kebijakan yang akan dijalankan oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) pada pekan ini.

Mengutip CNBC, Senin (18/9/2017), Indeks Kospi Korea Selatan naik 0,46 persen di awal perdagangan. Saham di sektor teknologi menjadi pendorong penguatan. Saham Samsung naik 1,07 persen dan saham SK Hynix naik 2,72 persen.

Di Australia, indeks S&P/ASX 200 juga naik 0,55 persen. Sektor keuangan menjadi mendorong penguatan dengan naik 0,97 persen. Sektor energi dan utilitas juga berada di zona hijau.

Sedangkan bursa saham Jepang tutup karena hari libur nasional.

Komite Bank Sentral AS akan bertemu pada kepan ini pada Kamis waktu setempat. Dalam pertemuan tersebut akan membahas mengenai kebijakan moneter yang memang ditunggu oleh pelaku pasar.

Sebenarnya pasar tidak menunggu rencana kenaikan suku bunga karena kebijakan tersebut sudah diantisipasi sejak lama. Pasar menunggu mengenai rincian lebih lanjut usai kenaikan suku bunga tersebut.

"Data-data ekonomi masih dikonfirmasi. Investor belum masih melihat kebijakan yang akan diambil oleh the Fed," jelas kepala analis Asia Pasifik OANDA Stephen Innes.

Pada pekan lalu, Wall Street mencetak rekor dengan indeks S&P 500 melampaui 2.500 poin terpicu kenaikan saham telekomunikasi dan teknologi yang menguat kembali usai dua hari melemah.

Indeks S & P 500 kembali mencapai posisi 2.500, usai sekitar empat bulan ditutup di atas 2.400. Ini membuat indeks ini menguat hampir 12 persen di 2017.

"Orang-orang khawatir kehilangan karena pasar terus melaju. Mereka pikir mungkin akhirnya perlu melompat masuk. Perilaku investor ritel lebih penting dari sebelumnya," ujar Phil Blancato, Kepala Ladenburg Thalmann Asset Management di New York. Rifan Financindo.




Baca Juga :



Sumber : Liputan 6

Jumat, 15 September 2017

Korea Utara Luncurkan Rudal, Bursa Asia Tertekan


PT Rifan Financindo - Sebagian besar bursa Asia bergerak di zona merah pada pembukaan perdagangan Jumat ini. Penyebabnya adalah Korea Utara (Korut) yang kembali meluncurkan rudal ke arah timur.

Rudal tersebut berbang di atas Jepang sebelum mendarat di timur Hokkaido sejauh 2.000 kilometer (km). Menanggapi hal tersebut Korea Selatan (Korsel) juga ikut menembakkan rudalnya ke arah laut.

Mengutip CNBC, Jumat (15/9/2017), indeks Nikkei Jepang mengabaikan kenaikan tensi ketegangan geopolitik di wilayah semenanjung Korea tersebut dengan melaju 0,24 persen.

Namun indeks Kospi Korea Selatan mendapat tekanan dan melemah 0,46 persen di awal perdagangan. Beberapa saham di sektor pertahanan seperti Korea Aerospace dan Victek naik masing-masing 1,07 persen dan 4,02 persen. Sementara saham-saham blue chip seperti Samsung Electronics dan Hyundai Motor beringsut lebih rendah.

Di Australia, indeks S&P/ASX 200 juga turun 1,14 persen.

Peluncuran rudal Korea Utara ini beberapa hari usai Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) memberlakukan sanksi baru terhadap Korut. Militer Korsel menggelar latihan di Laut Jepang dalam menanggapi peluncuran terbaru rudal Korut tersebut.

Pada Agustus lalu, Korut juga menembakkan rudal yang melintasi daratan Jepang. Tokyo menyebut langkah nekat itu sebagai ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Di AS, Wall Street bergerak variatif pada penutupan perdagangan Kamis waktu Amerika Serikat. Dow Jones mencetak rekor sementara indeks lainnya turun. Pelemahan dipicu oleh turunnya saham-saham konsumsi, teknologi dan finansial yang membebani pasar.

Dow Jones, sekeranjang 30 saham perusahaan besar di AS, mencatatkan rekor baru, naik 0,2 persen atau 45,3 poin ke level 22.203,48 menyusul reli yanng berlanjut. Perusahaan produsen obat Pzifer dan produsen pesawat terbang Boeing mendorong penguatan dari Dow Jones.

Sementara S&P 500 turun 0,1 persen atau 2,75 poin ke level 2.495,62. Kemudian Nasdq juga ditutup melemah, turun 31,11 poin atau 0,5 persen ke level 6.429,08. PT Rifan Financindo.




Baca Juga :



Sumber : Liputan 6

Kamis, 14 September 2017

Luncurkan iPhone 8, Bagaimana Gerak Saham Apple?


Rifanfinancindo - New York - Apple telah memperkenalkan produk terbarunya, iPhone 8 dan iPhone Plus, serta iPhone X. Akan tetapi, peluncuran iPhone tersebut belum berdampak positif untuk saham Apple.

Pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta), bursa saham Amerika Serikat (As) atau Wall Street menguat. Indeks saham Dow Jones naik 61,49 poin atau 0,28 persen ke posisi 22.118,86.

Indeks saham S&P 500 mendaki 8,37 poin atau 0,34 persen menjadi 2.496,48. Kemudian indeks saham Nasdaq bertambah 22,01 poin atau 0,34 persen ke posisi 6.454,28.

Pergerakan saham Apple cukup pengaruhi laju Wall Street. Saham Apple turun 0,4 persen ke level US$ 160,86 usai sentuh level tertinggi US$ 163,96. Saham produsen iPhone ini menekan laju indeks saham S&P 500.

Beberapa investor menyebutkan kekhawatiran mengenai Apple untuk menghadapi kekurangan pasokan. "Tidak ada kejutan meski pun yang mereka lakukan dengan produk itu semua cukup bagus," ujar Chief Investment Officer of Solaris Asset Management Tim Ghriskey, seperti dikutip dari laman Reuters, Rabu (13/9/2017).

Menanti Kapitalisasi Pasar Saham Apple Tembus US$ 1 Triliun
Sebelumnya saham Apple sempat reli di awal pekan. Saham Apple naik 1,8 persen. Sepanjang 2017, saham Apple naik sekitar 40 persen pada 2017. Selain Apple, saham Boeing melonjak 55 persen sehingga mendorong Wall Street.

Nilai kapitalisasi pasar saham Apple sekitar US$ 835 miliar. Jika saham Apple naik 20 persen, Apple akan menjadi perusahaan publik pertama senilai US$ 1 triliun.

Namun, CEO Apple Tim Cook akan mungkin menghadapi kritik jika harga iPhone versi terbaru mencapai US$ 1.000 seperti yang dikabarkan. Namun, analis menilai masyarakat akan puas dengan kehadiran iPhone terbaru.

Wall Street memperkirakan penjualan Apple pada kuartal IV akan naik lebih dari 10 persen pada tahun lalu. Laba bersih per saham naik hampir 15 persen.

Analis memperkirakan penjualan akan naik 15 persen menjadi US$ 261,6 miliar. Hal itu akan ditopang dari peningkatan penjualan iPhone seiring kenaikan permintaan untuk Apple's Mac, iPad dan Apple Watches.

"Kami berharap iPhone berikutnya memasukkan inovasi yang sangat jelas dapat di pasar dan berguna untuk massal secara global," ujar Analis Macquarie Research Benjamin Schacter. Rifanfinancindo.



Baca Juga :


Sumber : Liputan 6

Rabu, 13 September 2017

Reformasi Perpajakan AS Bantu Penguatan Bursa Asia






Rifan Financindo - Bursa Asia menguat pada pembukaan perdagangan Rabu pekan ini. Penguatan ini mengikuti kenaikan yang dibukukan oleh Wall Street usai adanya komentar mengenai reformasi perpajakan yang memudarkan kekhawatiran investor.

Mengutip CNBC, Rabu (13/9/2017), Indeks Nikkei Jepang naik 0,45 persen di awal perdagangan karena penguatan dolar AS terhadap yen Jepang. Sektor otomotif, perbankan dan teknologi mendorong kenaikan indeks acuan di Jepang tersebut.

Indeks Kospi Korea Selatan turun tipis 0,07 persen. Sedangkan indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,47 persen yang dipimpin oleh saham-saham di sektor perbankan. National Australia Bank membukukan kenaikan terbesar yaitu mencapai 1,07 persen dan disusul oleh ANZ di angka 0,9 persen.

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin pada Selasa kemarin menjelaskan bahwa reformasi pajak AS akan bisa diselesaikan sebelum akhir tahun ini. Hal tersebut memberikan angin segar kepada investor sehingga mulai memburu lagi ekuitas.

Berbagai sentimen negatif dari ketegangan geopolitik di Semenanjung Korea telah memudar sehingga membantu penguatan bursa Asia. Pada Senin kemarin Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa memberikan sanksi keras kepada Korea Utara termasuk pembatasan impor minyak.

Bursa Amerika Serikat (AS) juga membukukan kenaikan pada penutupan perdagangan Selasa. Indeks S&P 500 kembali mencetak rekor penutupan tertinggi. Pendorong penguatan S&P 500 adalah saham-saham di sektor finansial. Sayangnya, kenaikan tersebut terhambat penurunan saham Apple usai meluncurkan produk baru.

Indeks Nasdaq Composite juga mencetak rekor tertinggi meskipun saham Apple juga menekan indeks acuan di Amerika Serikat (AS) ini. Investor mulai nyaman untuk kembali mengoleksi aset-aset berisiko usai ketegangan AS dengan Korea Utara berangsur mereda dan dampak dari Badai Irma tak separah yang diperkirakan. Rifan Financindo.



Baca Juga :


Sumber : Liputan 6

Selasa, 12 September 2017

Kekhawatiran Geopolitik Mereda, Bursa Asia Melambung


PT Rifan Financindo Bursa Asia menguat pada awal perdagangan Selasa pekan ini pengikuti kenaikan yang dibukukan oleh Wall Street. Kekhawatiran akan dampak dari Badai Irma dan ketegangan di Semenanjung Korea mulai berangsur turun.

Mengutip CNBC, Selasa (12/9/2017), indeks Nikkei 225 Jepang naik 1,08 persen di awal perdagangan karena pelemahan dolar AS terhadap yen Jepang. Indeks Kospi Korea Selatan juga naik 0,34 persen. Indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,44 persen didorong oleh saham-saham di sektor keuangan yang naik 1,17 persen.

Di AS, Dow Jones Industrial Average naik 1,19 persen menjadi 22.057,37 poin. Ini merupakan kenaikan satu hari terbesar sejak Februari. Sementara indeks S&P 500 menguat 1,08 persen ke posisi 2.488,11 dan Nasdaq Composite bertambah 1,13 persen menjadi 6.432,26.

Penguatan Wall Street ini karena dampak dari Badai Irma tidak sebesar yang diperkirakan. Badai tersebut telah melewati Florida dan membuat 6 juta rumah diterjang banjir. Namun kehancuran yang diakibatkan lebih kecil jika dibanding prediksi.

Di luar Badai Irma, pendorong penguatan bursa Asia adalah ketegangan geopolitik yang mereda setelah Korea Utara ternyata tak meluncurkan rudalnya perayaan hari berdiri negaranya.

Pada Senin kemarin, Dewan Keamanan (DK) PBB memberlakukan sanksi baru terhadap Korea Utara. Terdapat beberapa sasaran utama dalam sanksi tersebut yaitu menutup akses untuk impor minyak, melarang ekspor tekstil, mengakhiri kontrak kerja tenaga kerja Korut di luar negeri.

Selain itu, DK PBB juga menghentikan bisnis Korut dengan negara lain, dan memberi sanksi kepada beberapa pejabat Korut.

Meningkatnya kepercayaan global ini mendorong penguatan dolar AS. The dollar index, indeks yang mengukur nilai tukar dolar AS terhadap beberapa mata uang negara lain menguat ke 91,920 pada ukul 8.20 waktu Singapura, setelah sebelumnya sempat menyentuh level terendah di 91,011 pada Jumat lalu. PT Rifan Financindo.



Baca Juga :


Sumber : Liputan 6

Senin, 11 September 2017

Dolar Menguat Bawa Bursa Asia Menghijau



Rifanfinancindo - Bursa Asia menguat terpicu kenaikan kembali Dolar Amerika Serikat (AS). Pasar juga tengah mencerna rencana kebijakan Bank Rakyat China dan Bank Sentral Eropa yang akan diumumkan pada akhir pekan.

Melansir laman CNBC, Senin (11/9/2017), indeks Nikkei 225 menguat 1,25 persen dan indeks Kospi Korea Selatan masih tertekan 0,99 persen, seiring meredanya ketegangan geopolitik di semenanjung Korea selama akhir pekan.

Sementara Down Under, S & P/ASX 200 naik 0,48 persen, dengan sub-indeks teknologi informasi dan kesehatan memimpin kenaikan.

Bursa Asia kembali melaju usai Korea Utara ternyata tak lagi meluncurkan rudalnya pada 9 September, yang disebut-sebut merupakan hari berdirinya negara tersebut. Sebelumnya, muncul spekulasi menjelang akhir pekan bahwa Korea Utara akan kembali melakukan uji coba rudal saat momen tersebut.

Di sisi lain, pasar juga tengah memantau rencana Bank sentral China yang ingin meringankan persyaratan bagi lembaga keuangan, untuk menyisihkan cadangan risiko valuta asing bagi perdagangan yuan pada 11 September, seperti mengutip Reuters.

"Persyaratan ini diberlakukan pada bulan Oktober 2015 untuk mengurangi spekulasi valuta asing. Ini menunjukkan pendekatan liberalisasi perdagangan yang lebih liberal karena PBOC menghapus beberapa mekanisme defensif yang diterapkan untuk mengurangi arus modal keluar," kata Stephen Innes, Kepala Perdagangan Asia-Pasifik OANDA, melalui catatannya.

Sementara itu, Bank Sentral Eropa menimbang opsi untuk mengurangi pembelian obligasi menjadi 20 miliar euro atau 40 miliar euro per bulan dari 60 miliar euro saat ini. Keputusan bank sentral tersebut diperkirakan akan disampaikan pada pertemuan 26 Oktober.

Dalam mata uang, indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, naik tipis 91,462 setelah merosot pada hari Jumat. Indeks dolar pada pekan ini berakhir di posisi 91,325. Analis menghubungkan melemahnya dolar terkait ketegangan geopolitik dan dampak ekonomi Badai Harvey dan Irma. Rifanfinancindo.



Baca Juga :


Sumber : Liputan 6

 
Disclaimer: Semua informasi yang tersedia dalam blog ini hanya bersifat informasi saja. Kami berusaha menyajikan informasi yang terbaik, akan tetapi kami tidak menjamin keakuratan dan kelengkapan dari semua informasi atau analisa yang tersedia. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari blog ini.

PT. Rifan Financindo Berjangka Surabaya
Wisma Bii Lt. 16 Jl. Pemuda 60-70 Surabaya 60271 Telp : 031-5349800(hunting), Fax : 031-5347800