Rifanfinancindo - Dengan selesainya bulan kedua di tahun 2021 emas memasuki bulan kedua dalam kerugian di tahun 2021. Metal berharga kuning ini bisa turun lebih lanjut dengan “support” di level yang kritikal akan ditest.
Setelah memulai tahun yang baru pada awal 2021 disekitar $1,912, emas sempat menyentuh level terendah dalam 8 bulan di $1,714 pada hari Jumat minggu lalu – turun hampir $200 sejak memulai tahun 2021, sebelum akhirnya terkoreksi naik lagi ke $1,734.
Jika harga emas tidak bisa bertahan di $1,725 atau $1,700 pada minggu ini, aksi jual kemungkinan belum berakhir. Emas berjangka bulan April sekarang diperdagangkan di $1,734.28 turun sekitar 2.61% dalam sehari.
Pemicu utama penurunan harga emas adalah naiknya yields Treasury AS 10 tahun secara persisten yang sempat menyentuh level tertinggi dalam satu tahun di 1.6% dalam perdagangan “overnight”, selain itu penurunan harga emas disebabkan juga oleh menguatnya dollar AS yang terimbas oleh kenaikan dari yields Treasury AS.
Aksi jual yang terjadi pada hari Jumat minggu lalu juga diperkuat dengan terjadinya penjualan secara tehnikal setelah emas jatuh ke bawah MA 200.
Memulai awal minggu lalu, emas masih berada pada harga $1,817 pada hari Senin dan yields Treasury AS 10 tahun masih berada di sekitar 1.20%, namun sekarang sudah berada di 1.50%.
Kenaikan yields AS ini penting untuk diperhatikan dan dibandingkan dengan kenaikan yields di negara lain. Sementara yields di Eropa dan Jepang masih nol, kenaikan yields AS yang begitu tinggi akan membuat dollar AS menjadi lebih kuat.
Pasar sekarang menjadi lebih optimistik yang disebabkan oleh harapan akan stimulus dan pendistribusian vaksin yang lebih cepat daripada yang diperkirakan. Masalahnya adalah hal ini mengakibatkan meningkatnya kekuatiran karena uang stimulus mempercepat terjadinya inflasi dan menaikkan kurva yield menjadi lebih curam.
Sampai Federal Reserve AS bisa berhasil meyakinkan pasar bahwa mereka tidak akan menaikkan tingkat bunga lebih cepat daripada yang diperkirakan dan mungkin bahkan memberikan signal bahwa mereka akan mempertimbangkan untuk mengkontrol kurva imbal hasil, kekuatiran pasar akan tetap ada.
Sepanjang the Fed ambigu dengan mengatakan mereka mengijinkan inflasi menjadi panas, namun kurva yield yang tidak dikontrol meningkat dengan curam, investor emas akan memiliki kekuatiran bahwa the Fed tidak akan kepada janjinya untuk memberlakukan kebijakan yang ultra longgar. Inilah sebabnya emas bisa turun lebih jauh sebelum berbalik naik lagi.
Saham mulai terpukul setiap kali yields AS naik, dengan investor kuatir bahwa the Fed menilai inflasi terlalu rendah.
Sebagian investor saham keluar dari saham karena naiknya yields Treasury AS, sebagian lain dengan kekuatiran keluar karena ingin memegang uang tunai, sebagian lagi pindah ke cryptocurrencies sehingga minggu ini emas bisa turun sampai ke level $1,660.
Hanya jika Treasury Secretary AS Janet Yellen atau Gubernur the Fed Jerome Powell tampil dan mengatakan bahwa mereka akan menjaga agar yields turun ditengah ekspektasi naiknya inflasi, barulah harga emas bisa naik kembali.
Pemerintah AS sekarang ingin terus menjalankan kebijakan moneter mudah, dan lebih banyak stimulus, agar pasar saham kuat. Namun, lebih banyak stimulus yang dikeluarkan, yields akan naik lebih tinggi.
Dalam jangka Panjang, ceritanya bisa berbeda dengan ekonomi AS harus berurusan dengan dislokasi yang massif akibat banyaknya bisnis yang sempat ditutup yang membutuhkan tingkat bunga yang rendah.
Pada akhirnya secara jangka panjang, harga emas akan menjadi lebih baik, terutama dengan rekor hutang dan pasar saham dilanda sentimen “risk-off”. Begitu pasar menyadari bahwa ekonomi AS tidak begitu baik, maka barulah terjadi “rebound” di emas. Pasar akan menyadarinya kemungkinan pada kuartal kedua dan waktu itulah emas akan mulai bergerak naik lagi.
Dari kalender ekonomi AS yang harus diperhatikan pada minggu ini adalah akan berbicaranya sejumlah pejabat the Fed, termasuk Powell, pada minggu ini, yang memberikan the Fed kesempatan untuk memperlambat kenaikan yields Treasury dengan paling tidak menyatakan keprihatinan yang selama ini tidak ada.
Powell direncanakan akan berbicara pada hari Kamis mengenai ekonomi AS.
Dari data makro ekonomi, ISM PMI manufaktur untuk bulan Februari diperkirakan akan menunjukkan pertumbuhan yang terus kuat dan menjadi petunjuk terhadap NFP yang kan keluar pada hari Sabtu. Sementara PMI Jasa yang akan keluar pada hari Rabu dengan komponen employment nya juga akan diawasi sebagai ukuran dari kondisi tenaga kerja karena merupakan sektor yang paling besar di Amerika Serikat.
Laporan pekerjaan dari ADP semakin di minati karena angkanya sekarang sudah berkorelasi dengan lebih baik terhadap data employment yang resmi. Laporan ini diperkirakan akan menunjukkan bahwa sektor swasta AS menambah 125.000 pekerjaan di bulan Februari, setelah bulan yang lalu menambah 174.000 pekerjaan.
Klaim pengangguran pada hari Kamis masih diminati meskipun diadakan setelah survey NFP diadakan. Angka yang tinggi menunjukkan bahwa ekonomi masih jauh dari pulih ke normal.
Sebelum NFP keluar, Gubernur Fed Powell punya satu kesempatan lagi untuk menggerakkan pasar. Jika yields AS tetap tetap tinggi dan pasar saham terganggu, dia bisa menggunakan waktu pada saat tampil untuk meyakinkan investor bahwa bank sentral AS ada untuk membeli obligasi dan kemungkinan juga menawarkan untuk mempercepat pembelian hutang AS.
Akhirnya NFP akan keluar pada hari Jumat. Sementara investasi dan belanja telah meningkat, masih ada sekitar 10 juta orang yang menganggur. Untuk bisa mengejarnya, NFP harus mengatasi level sebelum pandemi, penambahan pekerjaan diantara 100.000 – 200.000 posisi. Pasar memperkirakan pertambahan sebanyak 110.000 pekerjaan dan tingkat pengangguran sebesar 6.4%.
“Support” terdekat menunggu di $1,725 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $1,712 dan kemudian $1,687. “Resistance” terdekat menunggu di $1,741 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $1,753 dan kemudian $1,760. Rifanfinancindo.
Sumber : Vibiznews