Rifan Financindo - Harga minyak jatuh pada perdagangan Kamis terbebani oleh data penurunan cadangan minyak AS yang lebih kecil dari perkiraan dan juga karena kekhawatiran pelemahan ekonomi global.
Mengutip Reuters, Jumat (5/7/2019), harga minyak berjangka jenis Brent untuk pengiriman bulan depan turun 52 sen atau 0,81 persen menjadi USD 63,30 per barel.
Sedangkan harga minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 54 sen atau 0,92 persen menjadi USD 56,89 per barel. Volume perdagangan minyak mentah cukup sepi karena libur 4 Juli di Amerika Serikat (AS).
Baca Juga :
- PT RIFAN FINANCINDO | Sosialisasi Perdagangan Berjangka Harus Lebih Agresif: Masih Butuh Political Will Pemerintah
- PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA | Rifan Financindo Berjangka Gelar Sosialisasi Cerdas Berinvestasi
- PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA SURABAYA | PT Rifan Financindo Berjangka Buka Workshop Apa Itu Perusahaan Pialang, Masyarakat Harus Tahu
- RIFAN FINANCINDO | Kerja Sama dengan USU, Rifan Financindo Siapkan Investor Masa Depan
- PT RIFAN | Bursa Berjangka Indonesia Belum Maksimal Dilirik Investor
- RIFANFINANCINDO | Rifan Financindo Intensifkan Edukasi
- RIFAN FINANCINDO BERJANGKA | Berburu keuntungan berlimpah melalui industri perdagangan berjangka komoditi
- RIFAN | Rifan Financindo Optimistis Transaksi 500.000 Lot Tercapai
- PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA | Sharing & Diskusi Perusahaan Pialang Berjangka PT. RFB
- PT. RIFAN | PT Rifan Financindo Berjangka Optimistis PBK Tetap Tumbuh di Medan
- RIFAN BERJANGKA | Bisnis Investasi Perdagangan Berjangka Komoditi, Berpotensi tapi Perlu Kerja Keras
- PT. RIFAN FINANCINDO | JFX, KBI dan Rifan Financindo Hadirkan Pusat Belajar Futures Trading di Kampus Universitas Sriwijaya
- PT RIFANFINANCINDO | RFB Surabaya Bidik 250 Nasabah Baru hingga Akhir Tahun
- PT RFB | PT RFB Gelar Media Workshop
- PT RIFANFINANCINDO BERJANGKA | Mengenal Perdagangan Berjangka Komoditi, Begini Manfaat dan Cara Kenali Penipuan Berkedok PBK
- RFB | RFB Masih Dipercaya, Transaksi Meningkat.
Pelaku pasar sepertinya tidak tergerak oleh sentimen penahanan oleh Angkatan Laut Kerajaan Inggris terhadap sebuat kapal tangki super besar di Laut Gibraltar yang kemungkinan membawa minyak mentah dari Iran menuju Suriah.
Pelaku pasar lebih melihat mengenai stok data minyak mentah di AS dan juga mengenai perlambatan ekonomi dunia.
Berdasarkan data dari The U.S. Energy Information Administration, terjadi penurunan stok minyak mentah jika dihitung secara mingguan sebesar 1,1 juta barel. Angka ini jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan yang dilaporkan oleh the American Petroleum Institute pada awal pekan yang sebesar 5 juta barel.
"Data inventaris sama sekali tidak mendukung harga minyak untuk bisa meraih level yang lebih tinggi. Tidak hanya di bawah konsensus pada ahli tetapi juga di bawah laporan yang dibuat oleh the American Petroleum Institute," tulis Commerzbank dalam sebuah catatan kepada klien.
Ini menunjukkan bahwa permintaan dari Amerika Serikat yang merupakan konsumen terbesar minyak mentah di dunia bisa melambat di tengah-tengah perlambatan ekonomi.
Hal tersebut juga terbukti dengan data yang menunjukkan bahwa produksi pabrik-pabrik di AS mengalami penurunan pada Mei kemarin. Data produksi yang melemah di AS ini mengikuti laporan pertumbuhan bisnis di Eropa yang juga melambat pada bulan lalu.
"Mengesampingkan fluktuasi jangka pendek di sekitar data inventaris, mustahil untuk melarikan diri dari kenyataan bahwa kita berada di tengah-tengah penurunan manufaktur global," kata Stephen Innes, analis Vanguard Markets. Rifan Financindo.
Sumber : Liputan 6