English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Senin, 11 September 2017

Dolar Menguat Bawa Bursa Asia Menghijau



Rifanfinancindo - Bursa Asia menguat terpicu kenaikan kembali Dolar Amerika Serikat (AS). Pasar juga tengah mencerna rencana kebijakan Bank Rakyat China dan Bank Sentral Eropa yang akan diumumkan pada akhir pekan.

Melansir laman CNBC, Senin (11/9/2017), indeks Nikkei 225 menguat 1,25 persen dan indeks Kospi Korea Selatan masih tertekan 0,99 persen, seiring meredanya ketegangan geopolitik di semenanjung Korea selama akhir pekan.

Sementara Down Under, S & P/ASX 200 naik 0,48 persen, dengan sub-indeks teknologi informasi dan kesehatan memimpin kenaikan.

Bursa Asia kembali melaju usai Korea Utara ternyata tak lagi meluncurkan rudalnya pada 9 September, yang disebut-sebut merupakan hari berdirinya negara tersebut. Sebelumnya, muncul spekulasi menjelang akhir pekan bahwa Korea Utara akan kembali melakukan uji coba rudal saat momen tersebut.

Di sisi lain, pasar juga tengah memantau rencana Bank sentral China yang ingin meringankan persyaratan bagi lembaga keuangan, untuk menyisihkan cadangan risiko valuta asing bagi perdagangan yuan pada 11 September, seperti mengutip Reuters.

"Persyaratan ini diberlakukan pada bulan Oktober 2015 untuk mengurangi spekulasi valuta asing. Ini menunjukkan pendekatan liberalisasi perdagangan yang lebih liberal karena PBOC menghapus beberapa mekanisme defensif yang diterapkan untuk mengurangi arus modal keluar," kata Stephen Innes, Kepala Perdagangan Asia-Pasifik OANDA, melalui catatannya.

Sementara itu, Bank Sentral Eropa menimbang opsi untuk mengurangi pembelian obligasi menjadi 20 miliar euro atau 40 miliar euro per bulan dari 60 miliar euro saat ini. Keputusan bank sentral tersebut diperkirakan akan disampaikan pada pertemuan 26 Oktober.

Dalam mata uang, indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, naik tipis 91,462 setelah merosot pada hari Jumat. Indeks dolar pada pekan ini berakhir di posisi 91,325. Analis menghubungkan melemahnya dolar terkait ketegangan geopolitik dan dampak ekonomi Badai Harvey dan Irma. Rifanfinancindo.



Baca Juga :


Sumber : Liputan 6

Jumat, 08 September 2017

Ada Sinyal Stimulus Bank Sentral Eropa, Bursa Asia Variatif


Rifan Financindo - Bursa Asia naik pada pembukaan perdagangan hari ini, Jumat (8/9/2017). Penguatan bursa Asia dipengaruhi signal rencana peluncuran kebijakan stimulus fiskal oleh Bank Sentral Eropa.

Dolar melemah terhadapo Euro menyusul Kepala Bank Sentral Eropa Mario Draghi menyatakan bahwa Oktober tahun ini pihaknya akan mulai meluncurkan program stimulus yang masif.

Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,1 persen, tapi tetap turiun 0,2 persen secara mingguan.

Kemudian indeks saham Jepang, Nikkei tergelincir 0,5 perse, kehilangan 2 persen pekan ini karena tertekan oleh penguatan yen seperti dilansir dari Reuters.

Sementara Wall Street pada penutupan perdagangan kemarin pun melemah akibat sinyal stimulus dari Bank Sentral Eropa ini. Selain itu, bencana badai Harvey pun memberikan sentimen negatif terhadap pergerakan saham AS.

Dolar tertekan oleh pernyataan Kepala Bank Sentral Eropa Mario Draghi bahwa pembuat kebijakan akan memutuskan pada musim gugur ini dan keseluruhannya akan diambil pada Oktober.

Draghi juga mengatakan bahwa ECB harus memperhitungkan pelemahan inflasi karena euro yang kuat karena bersiap untuk mengurangi rangsangannya, kata Draghi, setelah bank sentral mempertahankan suku bunga pada rekor terendah pada pertemuan kebijakan regulernya dan memastikan bahwa pembelian aset akan berlanjut, setidaknya sampai Desember. Rifan Financindo.



Baca Juga :


Sumber : Liputan 6

Kamis, 07 September 2017

Bursa Asia Menguat Sambut Kesepakatan Utang AS






PT Rifan Financindo - Bursa saham Asia menguat pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Penguatan bursa saham Asia ditopang dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan kongres yang setuju memperpanjang batas waktu pembahasan plafon utang pemerintah AS hingga Desember. Ini mengurangi risiko berhentinya operasional pemerintahan.

Bursa saham Asia sebagian menguat. Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,3 persen. Indeks saham Jepang Nikkei menguat 0,6 persen. Indeks saham Korea Selatan Kospi naik 0,6 peren. Kemudian indeks saham Australia menguat 0,4 persen.

Penguatan bursa saham Asia ini juga diikuti bursa saham Amerika Serikat atau wall street. Indeks saham S&P 500 menguat 7,69 poin atau 0,31 persen. Didorong kenaikan sektor saham energi.

Presiden AS Donald Trump bersama anggota kongres baik partai Demokrat dan Republik untuk menaikkan batas utang AS dan memberikan dana pemerintah AS hingga 15 Desember. Ini menunjukkan Trump juga merangkul lawan politiknya.

"Batas akhir plafon telah diperpanjang hanya tiga bulan.A kan tetapi akan kembali menghantui pasar lagi hingga akhir tahun ini. Namun, pasar menyukai karena kita tidak perlu khawatir mengenai hal itu (batas utang dan dana pemerintah AS) untuk saat ini," ujar Masahiro Ichikawa, Analis Senior Sumitomo Mitsui Asset Management, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (7/9/2017).

Sentimen itu juga mendorong imbal hasil surat berharga AS bertenor 10 tahun naik 2,101 persen dari level terendah dalam 10 bulan di kisaran 2,054 persen. Akan tetapi ketegangan politik mengenai program nuklir Korea Utara membayangi pasar keuangan terutama di Jepang dan Korea Selatan.

Sedangkan kabar wakil ketua the Federal Reserve Stanley Fischer akan mengundurkan diri karena alasan pribadi mengingatkan investor terhadap pemerintahan AS.

Di pasar uang, dolar AS kembali menguat ke posisi 109,24 terhadap yen. Euro berada di posisi US$ 1,1925 menjelang pertemuan kebijakan moneter bank sentral Eropa.

Harga minyak Amerika Serikat turun 0,1 persen ke level US$ 49,12 per barel. Harga minyak Brent susut 0,3 persen ke posisi US$ 54,03 per barel. PT Rifan Financindo.


Baca Juga :


Sumber : Liputan 6

Rabu, 06 September 2017

Bursa Asia Tertekan Ikuti Wall Street



Rifanfinancindo Bursa saham Asia melemah pada perdagangan saham Rabu pekan ini. Tekanan bursa saham Asia ini mengikuti bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street.

Tekanan bursa saham Asia diikuti  dengan indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang melemah 0,15 persen. Indeks saham Jepang Nikkei susut 0,55 persen. Indeks saham Australia tergelincir 0,3 persen. Selain itu, indeks saham Korea Selatan Kospi melemah 0,2 persen.

Masalah geopolitik di Korea Utara seiring uji coba nuklirnya masih membayangi bursa saham global. Mengutip laman Reuters, Rabu (6/9/2017), salah satu diplomat mengatakan kalau Pyongyang siap mengirim sejumlah "kejutan" ke Amerika Serikat.

Dengan sentimen itu, bursa saham Amerika Serikat juga tertekan. Indeks saham S&P 500 bahkan catatkan penurunan terbesar.

"Risiko yang berasal dari Semenanjung Korea memiliki dampak luas terutama di Asia Timur. Namun setelah beberapa hari dampaknya mulai memudar di wilayah lain seperti pasar negara berkembang," ujar Kota Hirayama, Ekonom SMBC Nikko Securities.

Investor dari pasar berkembang cenderung mengalihkan fokusnya ke pertemuan bank sentral Eropa dan Federal Reserve's Open Market Committee (FOMC).

"Aliran dana investor asing ke pasar negara berkembang telah menunjukkan tanda-tanda mereda akhir-akhir ini. Kebijakan moneter zona Euro dan Amerika Serikat bisa menjadi sangat penting untuk mempengaruhi arus dana ivnestor asing," jelas Hirayama.

Bank sentral Eropa akan mengadakan pertemuan kebijakan pada Kamis pekan ini. Investor ingin melihat bagaimana rencana pelonggaran kebijakan moneter bank sentral Eropa. Sedangkan the Federal Reserve akan melakukan pertemuan pada 19-20 September.

Di pasar uang, dolar Amerika Serikat melemah 0,2 persen ke level 108,630 terhadap yen. Indeks dolar AS sedikit berubah terhadap sejumlah mata uang utama. Sementara itu, euro naik 0,1 persen ke posisi US$ 1,1924.

Di pasar komoditas, harga emas bergerak menguat. Emas di pasar spot naik 0,2 persen ke posisi US$ 1.341,31 per ounce. Harga minyak Amerika Serikat susut 0,15 persen ke level US$ 48,58 per barel. Rifanfinancindo.




Baca Juga :



Sumber : Liputan 6

Selasa, 05 September 2017

Uji Coba Nuklir Korea Utara Masih Tekan Bursa Asia


Rifan Financindo - Bursa Asia bergerak melemah pada pembukaan perdagangan Selasa pekan ini. Ketegangan di Semenanjung Korea membuat investor berhati-hati dalam bertransaksi.

Mengutip CNBC, Selasa (5/9/2017), Indeks Nikkei 225 Jepang turun 0,15 persen di awal perdagangan. Indeks Kospi Korea Selatan mampu menguat tipis 0,1 persen setelah pada sesi perdagangan sebelumnya ditutup turun lebih dari 1 persen.

Indeks S&P/ASX 200 Australia juga melemah 0,58 persen didorong oleh sektor energi dan utilitas. Saham dari bank-bank besar juga mengalami tekanan yang cukup dalam yang membuat sektor keuangan terjatuh 0,62 persen.

Ketegangan di Semenanjung Korea tetap menjadi fokus pelaku pasar pada perdagangan hari ini. Korea Utara pada akhir pekan lalu menguji bom hidrogen pada akhir pekan lalu.

Usai uji coba tersebut, Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS) pun bereaksi. Korea Selatan langsung menggelang latihan militer. Presiden AS Donald Trump pun juga langsung melakukan pembicaraan dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in melalui telepon.

Dalam pembicaraan tersebut tema yang diperbincangkan antara lain rencana pembelian berbagai senjata produksi AS oleh Korea Selatan dengan nilai hingga miliaran dolar AS.

Pada Senin kemarin, Korea Selatan juga mengumumkan bahwa Korea Utara berencana kembali meluncurkan rudal balistik antar benua. Korea Selatan pun bersiap-siap untuk meluncurkan sistem anti rudal.

Perdagangan kemarin
Pada perdagangan kemarin, bursa Asia juga tertekan seiring pelaku pasar mengalihkan aset investasi lebih aman usai Korea Utara melancarkan uji coba bom. Faktor itu juga mendorong, harga emas, yen dan imbal hasil surat berharga menguat.

Penurunan bursa saham terbesar dialami bursa saham Korea Selatan. Sementara itu, bursa saham Jepang dan Australia juga tertekan.

Di pasar uang, yen dan swiss franc catatkan penguatan terbesar di antara mata uang utama lainnya usai Korea Utara menyatakan sukses melakukan uji coba bom. Rifan Financindo.



Baca Juga :


Sumber : Liputan 6

Senin, 04 September 2017

IHSG Melemah Ikuti Bursa Asia






PT Rifan Financindo - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah di awal pekan ini. Pelemahan laju IHSG ikuti bursa saham Asia yang tertekan.

Pada pra pembukaan perdagangan saham, Senin (4/9/2017), IHSG tergelincir 5,84 poin atau 0,10 persen ke level 5.858,21. Sementara itu, pembukaan pukul 09.00 WIB, IHSG melemah terbatas 4,47 poin atau 0,08 persen ke level 5.859,5. Indeks saham LQ45 susut 0,24 persen. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan.

Ada sebanyak 69 saham melemah sehingga mendorong IHSG ke zona merah. Sedangkan 82 saham menguat. 87 saham lainnya diam di tempat. IHSG sempat berada di level tertinggi 5.861,60 dan terendah 5.849,34.

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 10.762 kali dengan volume perdagangan saham 314 juta saham. Nilai transaksi harian saham Rp 207 miliar.

Investor asing melakukan aksi jual Rp 17,89 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat berada di posisi Rp 13.335.

Secara sektoral, sebagian besar sektor saham tertekan kecuali sektor tambang naik 0,65 persen dan sektor saham pertanian mendaki 0,13 persen.

Sektor saham industri dasar susut 0,49 persen, dan alami penurunan terbesar. Disusul sektor saham keuangan merosot 0,43 persen dan sektor shaam manufaktur tergelincir 0,31 persen.

Saham-saham yang catatkan penguatan terbesar antara lain saham CMPP mendaki 24,74 persen ke posisi Rp 474 per saham, saham PGLI menanjak 11,11 persen ke level Rp 170 per saham, dan saham PSBA melonjak 5,71 persen ke level Rp 222 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham BBYB susut 7,89 persen ke level Rp 350 per saham, saham IIKP tergelincir 6,32 persen ke posisi Rp 356 per saham, dan saham FIRE merosot 6,06 persen ke level Rp 1.550 per saham.

Pada awal pekan ini, sebagian bursa saham Asia melemah. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 0,43 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi susut 0,60 persen, indeks saham Jepang Nikkei turun 0,89 persen, dan alami penurunan terbesar.

Selain itu, indeks saham Singapura merosot 0,43 persen. Indeks saham Shanghai naik 0,25 persen dan indeks saham Taiwan mendaki 0,06 persen.

Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang naik pada awal pekan ini. Rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS) akan pengaruhi laju IHSG.

Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya menuturkan, rilis data ekonomi diperkirakan stabil. Ini dapat mendorong tingkat kepercayaan investor ke pasar modal Indonesia sebagai tujuan investasi yang menjanjikan.

"IHSG berpotensi menguat di kisaran 5.823-5.945," ujar William dalam ulasannya, Senin 4 September 2017.

Sementara itu, Analis PT Reliance Securities Lanjar Nafi menuturkan, IHSG berpeluang naik di kisaran 5.825-5.890. PT Rifan Financindo.

Baca Juga :



Sumber : Liputan 6

Kamis, 31 Agustus 2017

Bursa Asia Naik Terdorong Revisi Pertumbuhan Ekonomi AS



Rifanfinancindo - Bursa saham Asia menguat pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Hal itu didorong kepercayaan diri investor seiring data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang optimistis. Kepercayaan investor ini di tengah ketegangan usai Korea Utara luncurkan rudal.

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik tipis 0,1 persen. Sepanjang Agustus 2017, indeks saham acuan regional tersebut sudah menguat 0,6 persen. Penguatan indeks saham MSCI Asia Pasifik didorong indeks saham Jepang Nikkei menguat 0,6 persen, menuju ke level terbaiknya dalam dua minggu ini.

Indeks saham Jepang Topix mendaki 0,5 persen. Indeks saham Australia menguat 0,3 persen. Sementara itu, indeks saham Korea Selatan Kospi sedikit berubah.

Penguatan bursa saham Asia tersebut didorong dari bursa saham AS atau wall street menguat pada perdagangan Rabu waktu setempat. Hal itu lantaran ekonomi AS yang direvisi naik tiga persen pada kuartal II 2017. Pertumbuhan ekonomi didorong belanja konsumen dan investasi bisnis yang kuat.

Data ekonomi AS itu membantu mengalihkan pasar dari ketegangan di semenanjung Korea dan mengangkat dolar AS. Di pasar uang, indeks dolar AS turun tipis ke level 92,92. Dolar AS melambung ke 110,43 per yen. Sedangkan euro melemah ke level US$ 1,189. Penurunan euro ini terbebani oleh spekulasi bank sentral Eropa.

"Pertemuan bank sentral Eropa akan dimulai pekan depan, dan ada peningkatan risiko intervensi verbal dari Mario Draghi," ujar Analis Deutsche Bank George Saravelos seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (31/8/2017).

Di pasar komoditas, harga minyak naik seiring banjir dan kerusakan dari Badai Harvey. Hal ini mengingat seperempat kapasitas kilang AS tutup sehingga membatasi permintaan minyak mentah.

Sedangkan harga emas dalam kondisi terkendali di kisaran US$ 1.308,01 per ounce. Kenaikan dolar AS cukup menekan harga emas pada perdagangan sebelumnya. Rifanfinancindo.




Baca Juga :



Sumber : Liputan 6

 
Disclaimer: Semua informasi yang tersedia dalam blog ini hanya bersifat informasi saja. Kami berusaha menyajikan informasi yang terbaik, akan tetapi kami tidak menjamin keakuratan dan kelengkapan dari semua informasi atau analisa yang tersedia. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari blog ini.

PT. Rifan Financindo Berjangka Surabaya
Wisma Bii Lt. 16 Jl. Pemuda 60-70 Surabaya 60271 Telp : 031-5349800(hunting), Fax : 031-5347800