PT Rifan Financindo - Konsep dasar pasar komoditas berjangka bermula dari upaya para pelaku pasar untuk mengatasi masalah yang muncul akibat fluktuasi harga dengan membentuk kontrak dimana harga tertentu disepakati kini dan produk akan dikirim beberapa waktu mendatang. Zaman sekarang, transaksi di pasar komoditas berjangka bisa dilakukan secara online. Namun ternyata, pasar berjangka sudah muncul sejak masa lampau sebelum ada kemajuan teknologi seperti sekarang ini. Untuk itu, artikel ini akan membahas tentang sejarah dan pelaku pasar komoditas berjangka.
1. Latar Belakang Munculnya Pasar Komoditas Berjangka
Konsep pasar komoditas berjangka sebenarnya hampir serupa dengan apa yang sudah dilakukan pada jaman dahulu di pasar komoditas Romawi dan Yunani. Jenis komoditas tersebut biasanya berupa pasokan biji-bijian
dari negara di Afrika utara dan Mesir. Produk-produk ini berguna untuk memenuhi kebutuhan yang terus berkembang dari Romawi kuno.
Permasalahan dan situasi yang seringkali dihadapi oleh pelaku pasar di Athena dan Romawi tersebut adalah kebutuhan akan manajemen harga, risiko pengiriman, transparansi dan informasi terbaru terkait harga di pasar. Dalam hal ini, kontrak biasanya digunakan oleh individual trader untuk menetapkan harga komoditas yang akan dikirim di masa mendatang sebagai manajemen risiko mereka dan memastikan kelancaran operasional.
Pasar Komoditas Berjangka
Pasar komoditas berjangka yang pertama kali dibentuk secara formal adalah Dojima Rice Exchange. Pasar yang terletak di negara Jepang ini didirikan pada tahun 1730. Kontrak berjangka saat itu ditandatangani antar individual trader terlebih dahulu. Karenanya, ada beberapa masalah.
Masalah utamanya adalah tentang kepercayaan dalam sistem secara keseluruhan. Apabila harga meningkat secara substansial, penjual akan terdorong untuk menjual komoditasnya di pasar terbuka daripada ke individu yang ada di dalam kontrak dengan harga tetap yang relatif rendah.
Demikian juga jika harga menurun secara substansial, akan lebih baik bagi pembeli untuk membeli komoditas dari pasar terbuka daripada harus memenuhi perjanjian di dalam kontrak dan melakukan transaksi komoditas di harga tetap yang cenderung lebih tinggi. Di samping itu, masalah lain saat itu adalah tidak adanya pihak ketiga yang bisa memastikan bahwa syarat dan ketentuan pada kontrak sudah dipenuhi atau belum oleh kedua belah pihak.
2. Pasar Komoditas Berjangka Di Chicago
Kota Chicago muncul sebagai salah satu pusat utama bagi petani biji gandum di tahun 1840. Akan tetapi, selama musim panen yang berhasil, harga komoditas tersebut akan turun. Sebaliknya, apabila panen gagal, harga akan merangkak naik. Dengan alasan tersebut, terbentuklah Chicago Board of Trade (CBOT) dimana untuk kontrak berjangkanya dibuat pada tanggal 13 Maret tahun 1851.
Sedangkan pada tahun 1865, CBOT memberlakukan kontrak berjangka untuk beberapa komoditas seperti jagung, gandum, dan oat. Kontrak tersebut merincikan kuantitas dan kualitas komoditas yang akan dikirim dan membiarkan harga ditentukan oleh pasar.
Hal itu dapat membantu untuk mengetahui tingkat produksi sebenarnya yang akan diperdagangkan di pasar dari ribuan petani pada waktu tertentu dalam satu tahun. Selain itu, kontrak berjangka juga bisa membantu
dalam mengembangkan silo sebagai tempat penyimpanan dimana komoditas dapat tersimpan dengan aman dan dijual pada kemudian hari. Cara tersebut menghindarkan dari fluktuasi harga yang tidak wajar sebelumnya.
Pada tahun 1898, produk-produk lain seperti telur, mentega, kentang, dan bawang merah juga dimasukkan ke dalam sistem perdagangan berjangka (Chicago Butter and Egg Board). Pasar ini kemudian berganti nama
menjadi Chicago Mercantile Exchange (CME) pada tahun 1919. Sementara itu, pada tahun 1970 beberapa produk finansial lain juga ditambahkan.
Salah satu alasan utama naiknya popularitas pasar berjangka selama kuartal terakhir abad ke-20 adalah karena perubahan pada mekanisme kurs mata uang dalam sistem perekonomian dunia pasca perjanjian Bretton Woods dan berkembangnya mekanisme pasar bebas dalam menentukan nilai tukar.
Kondisi itu menyebabkan para produsen dan konsumen menghadapi fluktuasi pada kurs mata uang masing-masing. Setelah itu, hedging menjadi penting sekali untuk memastikan kelancaran operasional. Sehingga, pasar berjangka menyediakan mekanisme yang tepat untuk mengendalikan risiko dan imbal hasil.
3. Pasar Komoditas Berjangka Bermunculan Di Berbagai Negara
Pada saat yang bersamaan, pasar serupa juga mulai tumbuh di beberapa negara lain. Kontrak berjangka di New York untuk pertama kalinya diperdagangkan pada tahun 1850. Sedangkan di tahun 1870, terdapat sebuah standar tertentu untuk kontrak berjangka pada New York Cotton Exchange. Beberapa tahun kemudian yaitu pada tahun 1882, New Orleans Cotton Exchange mulai menggunakan kontrak berjangka. Perkembangan serupa juga terlihat di kota London, Amsterdam, Brussels dan lain-lain, termasuk di Indonesia. Dengan kecanggihan internet dan teknologi, trading menjadi sesuatu yang lebih umum.
Selain itu, CME juga meluncurkan trading platform elektronik bernama CME Globex. EUREX Exchange dibentuk pada tahun 1998 ketika pasar derivatif Jerman, Deutsche Terminborse (DTB) dan Swiss Options serta Financial Futures Exchange (SOFFEX) juga muncul. Bursa-bursa tersebut merupakan bursa pertama yang hanya menawarkan trading elektronik.
Secara global kini terdapat lebih dari 100 bursa, mulai dari raksasa CME Group hingga Sibex Exchange di Rumania dan Mercantile Exchange di Madagaskar. Kontrak berjangka yang awalnya bermula dari produk-produk pertanian, kini menjelma menjadi kontrak atas instrumen keuangan. Di samping itu, sebagian besar perdagangan dilakukan lewat bursa seperti EUREX yang sepenuhnya sudah beralih ke platform elektronik.
4. Pro Dan Kontra Adanya Pasar Komoditas Berjangka
Di samping pertumbuhan yang luar biasa pada bursa berjangka tersebut, beberapa orang masih keberatan terkait dengan sistem perdagangan dalam bursa. Alasannya adalah perdagangan dalam bursa berjangka
dianggap mirip dengan judi. Padahal, seperti yang sudah diketahui bahwa perjudian utamanya bergantung pada keberuntungan dan peluang dari pemainnya. Sedangkan trading berjangka di bursa ini membutuhkan penelitian, analisis data, perencanaan, kedisiplinan dalam trading dan manajemen dan masih banyak lagi.
Selain itu, bursa berjangka juga menyediakan peluang kepada produsen dan konsumen yang ingin melindungi diri dari risiko fluktuasi harga dan faktor eksternal. Bahkan, bursa berjangka juga bisa memberikan peluang bagi spekulator yang sudah melakukan penelitian serta perencanaan matang untuk mencari profit dari trading mereka.
Penutup
Terlepas dari pro-kontra yang melingkupi pasar komoditas berjangka, kehadirannya dapat mempermudah proses dalam menemukan harga komoditas, melindungi pembeli dari fluktuasi harga yang tidak jelas, dan membantu kelancaran operasional produsen. Apalagi kini pasar komoditas berjangka termasuk salah satu bagian integral dalam struktur ekonomi dunia dan dibutuhkan oleh para penjual maupun pembeli komoditas di seluruh dunia. PT Rifan Financindo.
Sumber : Seputar Forex
1. Latar Belakang Munculnya Pasar Komoditas Berjangka
Konsep pasar komoditas berjangka sebenarnya hampir serupa dengan apa yang sudah dilakukan pada jaman dahulu di pasar komoditas Romawi dan Yunani. Jenis komoditas tersebut biasanya berupa pasokan biji-bijian
dari negara di Afrika utara dan Mesir. Produk-produk ini berguna untuk memenuhi kebutuhan yang terus berkembang dari Romawi kuno.
Permasalahan dan situasi yang seringkali dihadapi oleh pelaku pasar di Athena dan Romawi tersebut adalah kebutuhan akan manajemen harga, risiko pengiriman, transparansi dan informasi terbaru terkait harga di pasar. Dalam hal ini, kontrak biasanya digunakan oleh individual trader untuk menetapkan harga komoditas yang akan dikirim di masa mendatang sebagai manajemen risiko mereka dan memastikan kelancaran operasional.
Pasar Komoditas Berjangka
Pasar komoditas berjangka yang pertama kali dibentuk secara formal adalah Dojima Rice Exchange. Pasar yang terletak di negara Jepang ini didirikan pada tahun 1730. Kontrak berjangka saat itu ditandatangani antar individual trader terlebih dahulu. Karenanya, ada beberapa masalah.
Masalah utamanya adalah tentang kepercayaan dalam sistem secara keseluruhan. Apabila harga meningkat secara substansial, penjual akan terdorong untuk menjual komoditasnya di pasar terbuka daripada ke individu yang ada di dalam kontrak dengan harga tetap yang relatif rendah.
Demikian juga jika harga menurun secara substansial, akan lebih baik bagi pembeli untuk membeli komoditas dari pasar terbuka daripada harus memenuhi perjanjian di dalam kontrak dan melakukan transaksi komoditas di harga tetap yang cenderung lebih tinggi. Di samping itu, masalah lain saat itu adalah tidak adanya pihak ketiga yang bisa memastikan bahwa syarat dan ketentuan pada kontrak sudah dipenuhi atau belum oleh kedua belah pihak.
2. Pasar Komoditas Berjangka Di Chicago
Kota Chicago muncul sebagai salah satu pusat utama bagi petani biji gandum di tahun 1840. Akan tetapi, selama musim panen yang berhasil, harga komoditas tersebut akan turun. Sebaliknya, apabila panen gagal, harga akan merangkak naik. Dengan alasan tersebut, terbentuklah Chicago Board of Trade (CBOT) dimana untuk kontrak berjangkanya dibuat pada tanggal 13 Maret tahun 1851.
Sedangkan pada tahun 1865, CBOT memberlakukan kontrak berjangka untuk beberapa komoditas seperti jagung, gandum, dan oat. Kontrak tersebut merincikan kuantitas dan kualitas komoditas yang akan dikirim dan membiarkan harga ditentukan oleh pasar.
Hal itu dapat membantu untuk mengetahui tingkat produksi sebenarnya yang akan diperdagangkan di pasar dari ribuan petani pada waktu tertentu dalam satu tahun. Selain itu, kontrak berjangka juga bisa membantu
dalam mengembangkan silo sebagai tempat penyimpanan dimana komoditas dapat tersimpan dengan aman dan dijual pada kemudian hari. Cara tersebut menghindarkan dari fluktuasi harga yang tidak wajar sebelumnya.
Pada tahun 1898, produk-produk lain seperti telur, mentega, kentang, dan bawang merah juga dimasukkan ke dalam sistem perdagangan berjangka (Chicago Butter and Egg Board). Pasar ini kemudian berganti nama
menjadi Chicago Mercantile Exchange (CME) pada tahun 1919. Sementara itu, pada tahun 1970 beberapa produk finansial lain juga ditambahkan.
Salah satu alasan utama naiknya popularitas pasar berjangka selama kuartal terakhir abad ke-20 adalah karena perubahan pada mekanisme kurs mata uang dalam sistem perekonomian dunia pasca perjanjian Bretton Woods dan berkembangnya mekanisme pasar bebas dalam menentukan nilai tukar.
Kondisi itu menyebabkan para produsen dan konsumen menghadapi fluktuasi pada kurs mata uang masing-masing. Setelah itu, hedging menjadi penting sekali untuk memastikan kelancaran operasional. Sehingga, pasar berjangka menyediakan mekanisme yang tepat untuk mengendalikan risiko dan imbal hasil.
3. Pasar Komoditas Berjangka Bermunculan Di Berbagai Negara
Pada saat yang bersamaan, pasar serupa juga mulai tumbuh di beberapa negara lain. Kontrak berjangka di New York untuk pertama kalinya diperdagangkan pada tahun 1850. Sedangkan di tahun 1870, terdapat sebuah standar tertentu untuk kontrak berjangka pada New York Cotton Exchange. Beberapa tahun kemudian yaitu pada tahun 1882, New Orleans Cotton Exchange mulai menggunakan kontrak berjangka. Perkembangan serupa juga terlihat di kota London, Amsterdam, Brussels dan lain-lain, termasuk di Indonesia. Dengan kecanggihan internet dan teknologi, trading menjadi sesuatu yang lebih umum.
Selain itu, CME juga meluncurkan trading platform elektronik bernama CME Globex. EUREX Exchange dibentuk pada tahun 1998 ketika pasar derivatif Jerman, Deutsche Terminborse (DTB) dan Swiss Options serta Financial Futures Exchange (SOFFEX) juga muncul. Bursa-bursa tersebut merupakan bursa pertama yang hanya menawarkan trading elektronik.
Secara global kini terdapat lebih dari 100 bursa, mulai dari raksasa CME Group hingga Sibex Exchange di Rumania dan Mercantile Exchange di Madagaskar. Kontrak berjangka yang awalnya bermula dari produk-produk pertanian, kini menjelma menjadi kontrak atas instrumen keuangan. Di samping itu, sebagian besar perdagangan dilakukan lewat bursa seperti EUREX yang sepenuhnya sudah beralih ke platform elektronik.
4. Pro Dan Kontra Adanya Pasar Komoditas Berjangka
Di samping pertumbuhan yang luar biasa pada bursa berjangka tersebut, beberapa orang masih keberatan terkait dengan sistem perdagangan dalam bursa. Alasannya adalah perdagangan dalam bursa berjangka
dianggap mirip dengan judi. Padahal, seperti yang sudah diketahui bahwa perjudian utamanya bergantung pada keberuntungan dan peluang dari pemainnya. Sedangkan trading berjangka di bursa ini membutuhkan penelitian, analisis data, perencanaan, kedisiplinan dalam trading dan manajemen dan masih banyak lagi.
Selain itu, bursa berjangka juga menyediakan peluang kepada produsen dan konsumen yang ingin melindungi diri dari risiko fluktuasi harga dan faktor eksternal. Bahkan, bursa berjangka juga bisa memberikan peluang bagi spekulator yang sudah melakukan penelitian serta perencanaan matang untuk mencari profit dari trading mereka.
Penutup
Terlepas dari pro-kontra yang melingkupi pasar komoditas berjangka, kehadirannya dapat mempermudah proses dalam menemukan harga komoditas, melindungi pembeli dari fluktuasi harga yang tidak jelas, dan membantu kelancaran operasional produsen. Apalagi kini pasar komoditas berjangka termasuk salah satu bagian integral dalam struktur ekonomi dunia dan dibutuhkan oleh para penjual maupun pembeli komoditas di seluruh dunia. PT Rifan Financindo.
Sumber : Seputar Forex