PT. Rifan Financindo Berjangka, Tokyo - Sebagian besar saham-saham di kawasan Asia Pasifik (bursa Asia) menguat setelah Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (the Fed) Janet Yellen mengatakan bahwa masih ada kesempatan untuk menaikkan suku bunga di tahun ini.
Mengutip Bloomberg, Kamis (5/11/2015), Indeks MSCI Asia Pasifik, yang merupakan indeks patokan regional, naik 0,1 persen menjadi 134,92 pada pukul 09.09 waktu Tokyo Jepang. Indeks Topix Jepang juga menguat 0,9 persen.
Indeks Kospi Korea Selatan turun 0,3 persen. Indeks S&P/ASX 200 Australia merosot 1,1 persen dan Indeks S&P/NZX 50 Selandia Baru turun 0,2 persen. Pasar saham China dan Hong Kong belum dibuka.
"Sentimen akan kenaikan suku bunga kembali masuk ke Asia setelah komentar dari Yellen," jelas Kepala Ekonom ANZ Bank New Zealand Ltd, Wellington, Selandia Baru, Cameron Bagrie.
Ia melanjutkan, komentar dari the Fed tersebut membuat pelaku pasar kembali menata ulang portofolio mereka setelah sebelumnya sempat juga melakukan hal yang sama.
Sejak pertengahan bulan lalu, setelah the Fed melakukan sidang, pelaku pasar mengambil kesimpulan bahwa Bank Sentral AS tidak akan menaikkan suku bunga di tahun ini. Paling cepat kenaikan suku bunga akan dilakukan di awal tahun depan.
Namun kemudian, dalam sidang di depan konggres AS, Janet Yellen menyatakan bahwa data-data ekonomi AS telah berjalan sesuai dengan rencana. Angka tenaga kerja terus menguat dan inflasi hampir menyentuh 2 persen. Yellen mengatakan bahwa terbuka kemungkinan bahwa bunga akan naik di Desember.
Hal tersebut membuat pelaku apsar sedikit goyah dan kembali menata ulang komposisi kepemilikan sahamnya untuk mengantisipasi yang akan terjadi ke depannya.
Pada perdagangan kemarin, bursa Asia juga menguat karena pelaku pasar melihat bahwa ada tanda-tanda perekonomian China tak terus merosot.
"Kami melihat memang masih ada beberapa ketidakpastian atas suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS). Namun di luar itu kekhawatiran akan penurunan perekonoman China sudah mulai mereda," jelas Kepala Analis CMC Markets Plc, Sydney, Australia, Michael McCarthy.
Ia melanjutkan, dalam beberapa kebijakan terakhir sudah terlihat bahwa usaha dari otoritas China untuk menghentikan perlambatan ekonomi di negara tersebut. Hal tersebut dipandang sebagai sebuah usaha yang positif oleh pelaku pasar. (Gdn/Ndw)
Sumber : Liputan 6