English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Senin, 11 November 2013

Permintaan Pisik Menentukan Arah Emas



BagaiBagaimana pasar pisik bereaksi terhadap kejatuhan emas dibawah $1,300 per ons hari Jumat minggu lalu bisa (sedikit banyak ) menentukan arah harga metal berharga minggu ini.
Emas berjangka Desember jatuh pada hari Jumat dan ditutup pada $1,284 per /ons di divisi Comex dari New York Mercantile Exchange, turun 2.2% pada minggu lalu.
Perak Desember turun pada hari Jumat yang lalu, dan ditutup pada $21.317 per ons, turun 2.4% pada minggu lalu.
Di survey emas dari Kitco News, dari 34 partisipan, 18 merespons. Dari ini, 4 melihat harga akan naik, sementara 12 melihat harga akan turun dan 2 melihat harga akan sideways atau netral. Partisipan pasar yang dimaksud termasuk bullion dealer, bank investasi, trader berjangka dan analis tehnical Analysis.
Harga emas jatuh dibawah $1,300 setelah laporan non-farm payroll yang lebih kuat dari yang diperkirakan. Departemen Tenaga Kerja berkata 204,000 lapangan pekerjaan diciptakan di bulan Oktober, hampir dua kali lipat dari ekspektasi pasar. Jumlah angka pekerjaan di September dan Oktober di revisi naik 60.000, sementara tingkat pengangguran naik menjadi 7.3% dari 7.2%, yang tentunya merupakan bagian dari efek penutupan aktifitas dan layanan pemerintah.


Sumber : Vibiznews

Harga Emas Antam Jatuh Dibawah 480.000


Harga emas masih belum bisa menunjukkan kemilaunya hingga awal perdagangan pekan ini sehingga penjualan emas batangan Antam jadi cukup ramai dikarenakan harga emas batangan yang semakin jatuh. Pada perdagangan hari ini (11/11) Antam anjlokkan harga emas batangannya hingga Rp.4000 dari harga perdagangan terakhir namun harga buybacknya tidak mengalami perubahan harga dari perdagangan sebelumnya.
Untuk perdagangan emas  batangan pagi ini (11/11) untuk semua tempat penjualan di kawasan Jakarta harga emas batangan untuk minted bars ukuran 1 gr dijual Rp. 519.000. Sedangkan untuk harga buybacknya Antam menetapkan Rp.451.000/gram. Dan untuk minted bars ukuran 500gr Antam menjualnya Rp.479.600 per gramnya. Minted bars ukuran 100 gr dijual  Rp.480.500/gram menjadi Rp. 48.050.000, minted bars ukuran 10gr dijual hanya Rp.485.000/gr menjadi Rp.4.850.000. Dan untuk  ukuran 5 gr dijual Rp.490.000/gr menjadi Rp. 1.960.000.
Harga emas spot saat ini  terpantau di posisi $1285,20/toz dimana terus anjlok dari harga perdagangan sebelumnya dimana harga spot emas pada perdagangan tsb  turun 0,23%. Demikian juga Emas berjangka Desember di divisi Comex New York Mercantile Exchange jatuh  $19.50 berada pada $1,284,60 per ons.
Untuk mendapatkan emas batangan Antam ini dapat dibeli langsung di butik emas di kantor pusat Antam atau di unit pengolahan Pulogadung namun untuk dapat membeli emas ditempat ini harus antri dari pkl 07.00 untuk mendapatkan antrian pembeli yang setiap harinya dibatasi. Namun untuk investor di Surabaya dan Makasar harga emas batangannya lebih mahal dari harga di Jakarta.
Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memperkirakan bahwa pergerakan harga emas akan mengalami penurunan lagi. Untuk sementara harga emas berpotensi mengalami pergerakan pada kisaran 1200 – 1325 dollar per troy ons.

 Sumber : Vibiznews

Harga Minyak Menguat di Sesi Asia; Perundingan Iran-Barat Gagal!


Pada perdagangan elektronik di Asia hari ini harga minyak mentah jenis Brent tampak menjadi fokus perdagangan (11/11). Harga komoditas tersebut menguat untuk dua hari berturut-turut setelah perundingan antara Iran dan enam negara Barat gagal untuk mencapai kesepakatan mengenai program nuklir di negara tersebut. Hal ini mengakibatkan kembali kelabunya harapan mengenai penghentian pertikaian yang telah terjadi selama sepuluh tahun belakangan antara Iran dan negara-negara Eropa dan AS.
Harga minyak mentah Brent mengalami kenaikan sebesar 0.6 persen sementara harga minyak mentah jenis WTI di Nymex mengalami kenaikan sebesar 0.3 persen.
Ketua Lembaga Energi Atom Internasional Yukiya Amano menjalankan peninjauan ke Teheran untuk kembali melakukan negosiasi setelah perundingan di Jenewa selesai tanpa adanya kesepakatan. Harga minyak mentah hari ini juga menguat didorong oleh rilis data ekonomi China yang akhir pekan lalu menunjukkan kondisi yang positif.
Harga minyak mentah Brent untuk kontrak Desember mengalami peningkatan sebesar 63 sen dan diperdagangkan pada posisi 105.75 dollar per barel. Minggu lalu harga minyak mentah Brent mengalami penurunan sebesar 0.8 persen.
Harga minyak mentah jenis WTI untuk kontrak pengiriman bulan Desember juga mengalami kenaikan. Harga minyak mentah tersebut menguat sebesar 27 sen dan ditransaksikan pada posisi 94.87 dollar per barel.

Sumber : Vibiznews

The Fed Bakal Kurangi Stimulus Pada Maret 2014




NEW YORK — Para analis masih bertahan dengan prediksi Federal Reserve Amerika Serikat akan memulai pengurangan stimulus (tapering) Maret 2014, bahkan setelah dirilisnya laporan positif tentang pertumbuhan angka bekerja AS bulan lalu yang berhasil melampaui ekspetasi.
Berdasarkan nilai tengah dari survei Bloomberg terhadap 32 ekonom akhir pekan lalu, the Fed diprediksi mengurangi fase pembelian obligasinya menjadi US$70 miliar pada pertemuan 18-19 Maret. Saat ini, pembelian aset bank sentral AS itu adalah US$85 miliar per bulan.
Akhir Oktober, Federal Open Market Committee (FOMC) kembali memutuskan untuk memperpanjang program stimulus dengan alasan bank sentral butuh lebih banyak bukti untuk memastikan progres pemulihan ekonomi AS.
Stephen Stanley, Kepala Ekonom Pierpont Securities LLC di Stamford, Connecticut, berpendapat laporan angka bekerja saja tidak akan cukup meyakinkan FOMC untuk mulai mengurangi program quantitative easing (QE).
“Kekuatan laporan catatan pembayaran gaji (payroll) setidaknya memantik spekulasi akan dimulai Desember. Namun, pada akhirnya masih belum punya cukup bukti untuk menarik pelatuk,” jelasnya.
Sebagian alasan mengapa the Fed terus menunda-nunda pengurangan stimulusnya, lanjut Stanley, adalah mereka terus-menerus dikecewakan oleh prospek ekonomi AS.
Departemen Tenaga Kerja AS Jumat lalu memaparkan pertumbuhan angka bekerja Oktober sejumlah 204.000 jiwa, jauh melebihi estimasi para ekonom sejumlah 120.000. Jumlah pertumbuhan angka bekerja dua bulan sebelumnya juga direvisi dengan pertambahan sejumlah 60.000.
Sementara itu, angka pengangguran justru naik menjadi 7,3% dari 7,2% atau rekor terendah dalam 5 tahun terakhir. Produk domestik bruto (PDB) kuartal III/2013 naik menjadi 2,8% dari 2,5% kuartal sebelumnya.
Bagaimanapun, Chairman the Fed Ben Bernanke masih juga ragu-ragu untuk menarik kesimpulan dari data-data ekonomi AS. “Masih ada banyak kekendoran pada pasar tenaga kerja dan data ekonomi belum cukup baik untuk dijadikan pertimbangan akurat,” ujarnya.
BANK GAGAL
Sementara itu, pada konferensi IMF di Washington akhir pekan lalu, Bernanke juga menyinggung rencana bank sentral untuk menutup bank gagal agar para investor dapat mendisiplinkan perusahaan-perusahaan yang lemah dan mencegah agar mereka tidak mengambil risiko tanpa konsekuensi.
“Ketika kami ingin membuat sistem keuangan lebih aman, kami harus melawan masalah moral hazard. Disiplin pasar hanya akan membatasi moral hazard pada level di mana para pemilik utang dan ekuitas percaya mereka harus menanggung biaya ketika terjadi guncangan,” jelasnya.
Bernanke mengatakan para pembuat kebijakan telah merancang instrumen yang disebut otoritas likuidasi untuk menutup ‘institusi finansial yang penting secara sistematis’ (systematically important financial institution/SIFI) tanpa kekacauan, sebagaimana pernah terjadi pada kasus Lehman Brothers Inc dan bailout AIG 5 tahun lalu.
“Pada masa krisis, tidak adanya proses resolusi yang memadai untuk mengatasi kegagalan sebuah SIFI akan mendorong pembuat kebijakan mengambil pilihan terburuk yaitu bailout atau membiarkan sebuah kebangkrutan yang berujung pada destabilisasi,” kata Bernanke.
Menurutnya, sebuah mekanisme resolusi untuk SIFI akan sangat penting untuk mengurangi ketidakpastian, memperkuat disiplin pasar, dan meredakan moral hazard.

Sumber : Bisnis

Analis: Tapering AS Tak Bakal Desember

 

NEW YORK— Para analis masih bertahan dengan prediksi Federal Reserve Amerika Serikat akan memulai pengurangan stimulus (tapering) Maret 2014, bahkan setelah dirilisnya laporan positif tentang pertumbuhan angka bekerja AS bulan lalu yang berhasil melampaui ekspektasi.
Berdasarkan nilai tengah dari survei Bloomberg terhadap 32 ekonom akhir pekan lalu, the Fed diprediksi mengurangi fase pembelian obligasinya menjadi US$70 miliar pada pertemuan 18-19 Maret.
Saat ini, pembelian aset bank sentral AS itu adalah US$85 miliar per bulan. Akhir Oktober, Federal Open Market Committee (FOMC) kembali memutuskan
untuk memperpanjang program stimulus dengan alasan bank sentral butuh lebih banyak bukti untuk memastikan progres pemulihan ekonomi AS.
Stephen Stanley, Kepala Ekonom Pierpont Securities LLC di Stamford, Connecticut, berpendapat laporan angka bekerja saja tidak akan cukup meyakinkan
FOMC untuk mulai mengurangi program quantitative easing (QE).
“Kekuatan laporan catatan pembayaran gaji (payroll) setidaknya memantik spekulasi  akan dimulai Desember. Namun, pada akhirnya masih belum punya cukup bukti untuk menarik pelatuk,” jelasnya.
Sebagian alasan mengapa the Fed terus menunda-nunda pengurangan stimulusnya, lanjut Stanley, adalah mereka terus menerus dikecewakan oleh prospek ekonomi
AS.
Departemen Tenaga Kerja AS Jumat lalu memaparkan pertumbuhan angka bekerja per Oktober sejumlah 204.000 jiwa, jauh melebihi estimasi para ekonom
sejumlah 120.000. Jumlah pertumbuhan angka bekerja 2 bulan sebelumnya juga direvisi dengan pertambahan sejumlah 60.000.
BANK GAGAL
Sementara itu, pada konferensi IMF di Washington akhir pekan lalu, Bernanke juga menyinggung rencana bank sentral untuk menutup bank gagal agar para investor dapat mendisiplinkan perusahaan-perusahaan yang lemah dan mencegah agar mereka tidak mengambil risiko tanpa konsekuensi.
“Ketika kami ingin membuat suatu sistem keuangan lebih aman, kami harus melawan masalah moral hazard. Disiplin pasar hanya akan membatasi moral hazard
pada level di mana para pemilik utang dan ekuitas percaya mereka harus menanggung biaya ketika terjadi guncangan,” jelasnya.

Sumber :  Bisnis

Tertekan, harga emas terbenam di bawah US$ 1.300


SINGAPURA. Harga kontrak emas dunia mencatatkan penurunan untuk hari ketiga pada hari ini (11/11). Data yang dihimpun Bloomberg menunjukkan, pagi tadi, harga kontrak emas untuk pengantaran cepat turun sebesar 0,4% menjadi US$ 1.283,28 per troy ounce. Pada pukul 09.07 waktu Singapura, kontrak yang sama diperdagangkan di posisi US$ 1.284,93 per troy ounce.

Pada 8 November lalu, harga emas turun ke posisi US$ 1.281,18 per troy ounce. Ini merupakan level terendah sejak 17 Oktober lalu.

Sementara itu, harga kontrak emas untuk pengantaran Desember diperdagangkan di level US$ 1.284,30 per troy ounce di Comex, New York dari posisi US$ 1.284,60 per troy ounce pada 8 November lalu.

Penurunan harga emas terjadi setelah data Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan adanya penambahan lapangan kerja lebih banyak dari prediksi. Hal ini memicu spekulasi bahwa the Federal Reserve akan mulai memangkas nilai stimulusnya.

"Data ekonomi AS yang semakin kuat akan menekan harga emas. Sebab, pasar mengkhawatirkan the Fed akan segera mengurangi nilai stimulus lebih cepat dari prediksi sebelumnya," jelas Lachlan Shaw, analis Commonwealth Bank of Australia.

Sumber : Kontan

Harga Emas Kian Terperosok




Liputan6.com, New York : Harga emas diprediksi anjlok dalam sepekan ke depan. Hal ini melanjutkan pelemahan harga emas yang meluncur ke bawah US$ 1.300 per ounce pada penutupan minggu lalu.
Seperti dikutip dari Forbes, Senin (11/11/2013), hasil survei mingguan Kitco News Gold Survey menunjukkan, dari total 18 responden, 12 diantaranya yakin harga emas akan merosot. Sementara itu, hanya empat responden yang percaya diri dengan kenaikan harga emas.
Dua peserta lainnya mengatakan harga emas akan bergerak variatif. Seluruh peserta survei yang terlibat meliputi pedagang emas, perwakilan bank-bank investasi, para investor dan analis pergerakan harga logam mulia itu terlibat dalam survei tersebut.
Pekan lalu, sebagian besar peserta survei memperkirakan harga emas akan turun. Benar saja, sepanjang pekan hingga penutupan perdagangan pada Jumat lalu, harga logam mulia itu telah anjlok sebesar US$ 28.
Menurut para responden, harga emas akan turun mengingat rendahnya inflasi dan laporan tenaga kerja Amerika Serikat (AS) untuk Oktober yang melonjak dua kali lipat dari prediksi para analis.
Anjloknya harga emas pekan lalu juga dipicu penguatan nilai tukar dolar AS dan meningkatnya kekhawatiran soal Bank Sentra AS (The Fed) yang akan segera menarik dana stimulusnya. Selain itu, keputusan Bank Sentral Eropa menaikan suku bunga acuannya secara tiba-tiba juga memicu kuatnya nilai tukar dolar AS.
"Saya rasa, harga emas akan lebih merosot lagi, grafik pergerakan harganya pekan lalu tampak buruk. Pekan lalu saja (perdagangan Jumat) harganya sudah jatuh di bawah US$ 1.300," ujar Ahli Strategi Pasar Senior di Kingsview Financial Charles Nedoss.
Sementara itu, empat partisipan lain yang memprediksi kenaikan harga emas pekan depan mengatakan, saat nilainya semakin rendah, minat beli para investor akan mulai meningkat.
"Pemulihan harga emas akan menarik perhatian dan diburu China serta beberapa negara Asia lainnya. Terlebih lagi, data ekonomi AS terbaru tak menunjukkan adanya tanda pemulihan ekonomi AS," ujar Direktur Pelaksana American Precious Metals Advisors Jeffrey Nichols. 

Sumber : Liputan6

 
Disclaimer: Semua informasi yang tersedia dalam blog ini hanya bersifat informasi saja. Kami berusaha menyajikan informasi yang terbaik, akan tetapi kami tidak menjamin keakuratan dan kelengkapan dari semua informasi atau analisa yang tersedia. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari blog ini.

PT. Rifan Financindo Berjangka Surabaya
Wisma Bii Lt. 16 Jl. Pemuda 60-70 Surabaya 60271 Telp : 031-5349800(hunting), Fax : 031-5347800