Liputan6.com, Jakarta : Menguatnya data nonfarm payrolls di Amerika Serikat (AS) dan pemotongan suku bunga oleh Bank Sentral Eropa (ECB) secara tak terduga sempat memicu penguatan dolar AS sekaligus menekan harga emas hingga awal pekan lalu.
Namun komentar kandidat Gubernur Bank Sentral AS (The Fed) Janet Yellen yang dengan tegas menyatakan bakal mempertahankan stimulus moneter telah berhasil mengerek harga emas.
Setelah sempat terpuruk ke US$ 1.261 per ounce pada Selasa lalu, emas kemudian rebound (berbalik naik) dan ditutup naik sangat tipis di US$ 1.289 per ounce pada pekan lalu.
"Sepertinya emas masih berkonsolidasi d sekitar US$ 1.300 pada pekan ini," kata analis dari Megagrowth Futures Wahyu Tri Laksono saat berbincang dengan Liputan6.com, Senin (18/11/2013).
Jika emas berhasil bertahan di atas US$ 1.294 per ounce, Wahyu memprediksi emas akan meneruskan rebound-nya ke area US$ 1.300-US$ 1.325. Resisten jangka pendek terkuat berada di US$ 1.362, di mana potensi tekanan melemah bisa terjadi.
Sementara untuk level support berada di US$ 1.260 dan US$ 1.250. Jika level US$ 1.250 tertembus, emas bisa mengarah ke area US$ 1.235-US$ 1.205. "Support jangka pendek terkuat berada di US$ 1.180, di mana potensi rebound kemungkinan besar bisa terjadi," terang Wahyu.
Secara umum data ekonomi AS pekan ini relatif seimbang. Data ekonomi AS terpenting pekan ini adalah data Consumer Price Index (CPI) dan penjualan ritel serta penjualan rumah eksisting AS pada Rabu.
"FOMC minutes pada Kamis dini hari dilanjutkan dengan data klaim pengangguran, dan Philly Fed manufacturing index pada Kamis malamnya," papar dia. (Ndw)
Namun yg sptnya paling dinanti pasar adalah pidato Fed Bernanke Selasa nanti yg kemungkinan cenderung dovish dan positif bagi emas.
Sumber : Liputan6
0 komentar :
Posting Komentar