English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Jumat, 29 September 2017

Jepang Rilis Data Ekonomi, Bursa Asia Bergerak Bervariasi


PT Rifan Financindo Bursa Asia bergerak bervariasi pada awal perdagangan di akhir pekan ini. Pasar antara lain dipengaruhi rilisnya sejumlah data ekonomi dari Jepang. Sementara dolar sempat memberikan keuntungan seiring pasar yang mencerna prospek reformasi pajak AS.

Melansir laman CNBC, Jumat (29/9/2017), indeks Nikkei 225 turun 0,19 persen pada awal perdagangan setelah dolar sempat melemah semalam. Namun, mata uang AS ini kembali beringsut lebih tinggi terhadap yen di awal sesi menyusul rilis data ekonomi Jepang.

Dolar diperdagangkan pada posisi 112,56 pukul 08.12 pagi, naik dari level sebelumnya sekitar 112,4. Namun, posisi ini masih di bawah level pada Kamis yang menyentuh 113.

Adapun indeks Korea, Kospi, menguat 0,45 persen karena sebagian besar saham manufaktur dan minyak mencatat kenaikan.

Dolar melemah pada Kamis setelah sempat menguat menyusul dikeluarkannya rencana reformasi pajak GOP pada Rabu. Rencana tersebut meminta tarif pajak perusahaan yang lebih rendah dan akan memotong tingkat pajak penghasilan individu tertinggi.

Kritik muncul karena kebijakan tersebut dinilai lebih condong ke arah orang kaya, sementara pertanyaan yang tersisa mengenai bagaimana pemotongan pajak tersebut berjalan.

"Melemahnya kembali mata uang AS kemungkinan disebabkan aturan realita di mana jalan menuju reformasi akan menjadi perjalanan yang panjang dan berliku dan sangat bergelombang saat ini," kata Stephen Innes, Kepala Perdagangan APAC, dalam sebuah catatan.

Sebelumnya, Wall Street naik pada penutupan perdagangan Kamis kemarin ditopang kenaikan indeks S&P. Juga saat investor berlanjut mengharapkan Presiden Donald Trump mampu membuat perkembangan di reformasi pajak.

Dow Jones Industrial average naik 40,49 poin atau 0,18 persen ke level 22.381,2, kemudian S&P 500 naik 3,02 poin atau 0,12 persen ke level 2.510,06, Nasdaq Composite menambahkan 0,19 poin ke level 6.435,45.

Saham McDonalds menopang kenaikan S&P. Saham jaringan restoran cepat saji terbesar di dunia itu naik 2,33 persen, keuntungan terbesarnya selama tiga bulan terakhir.

Kembali ke Asia, investor juga mencerna rilisnya data ekonomi dari Jepang. Harga inti konsumen Agustus naik 0,7 persen dibandingkan dengan satu tahun yang lalu, menandai kenaikan berturut-turut selama delapan bulan, menurut Reuters.

Penjualan ritel meningkat 1,7 persen bulan lalu dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kehilangan perkiraan median untuk kenaikan 2,6 persen, Reuters mengatakan.

Data produksi industri ini di luar perkiraan. Angka pada Agustus menunjukkan kenaikan 2,1 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya, di atas perkiraan median 1,9 persen. PT Rifan Financindo.




Baca Juga :



Sumber : Liputan 6

Kamis, 28 September 2017

Rencana Reformasi Pajak AS Angkat Bursa Asia



Rifanfinancindo - Sebagian besar bursa saham Asia menguat pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Hal itu didorong wall street dan dolar Amerika Serikat (AS) yang menguat.

Indeks saham Jepang Nikkei naik 0,49 persen pada awal perdagangan. Hal itu didorong sektor saham minyak dan gas serta keuangan.

Sementara itu, indeks saham Australia naik 0,35 persen didorong sektor saham teknologi informasi dan utilitas. Sedangkan indeks saham Korea Selatan Kospi melemah 0,04 persen didorong saham produsen mobil.

Pelaku pasar mengantisipasi reformasi pajak oleh pemerintahan Donald Trump. Diperkirakan pajak korporasi bakal terpangkas menjadi 20 persen dari 35 persen. Kemudian, ada pula pengurangan pajak individu menjadi 35 persen dari 39,6 persen.

Investor pun merespons positif rencana tersebut. Reformasi pajak di AS menjadi sentimen positif di bursa saham AS. Indeks saham Dow Jones naik 0,25 persen atau 56,39 poin ke posisi 22.340.

Walau ada rasa optimisme di wall street, tetapi menimbulkan pertanyaan mengenai pendanaan bila pajak dipangkas.

"Ini tetap menjadi jalan panjang terutama untuk meminta persetujuan kongres," tulis Direktur Pelaksana FX Strategy BK Asset Management Kathy Lien seperti dikutip dari laman CNBC, Kamis (28/9/2017).

Di pasar uang, indeks dolar Amerika Serikat berada di posisi 93,43 terhadap sejumlah mata uang. Dolar AS berada di posisi 112,76 terhadap yen. Adapun imbal hasil surat berharga AS naik menjadi 2,31 persen.

Di pasar komoditas, harga minyak Brent melemah 0,33 persen menjadi US$ 57,71 per barel usai turun hampir satu persen. Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) stabil di kisaran US$ 52,10. Rifanfinancindo.



Baca Juga :



Sumber : Liputan 6

Rabu, 27 September 2017

Sinyal Kenaikan Suku Bunga AS Menguat, Bursa Asia melemah



Rifan Financindo - Bursa Asia dibuka melemah pada perdagangan Rabu ini karena investor tengah mencerna pidato dari Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed), Janet Yellen. Selain itu, ketegangan Korea Utara juga membebani bursa Asia.

Mengutip CNBC, Rabu (27/9/2017), Nikkei Jepang turun 0,41 persen di awal perdagangan meskipun nilai tukar yen melemah. Saham-saham industri otomotif dan keuangan tertekan.

Indeks Kospi Korea Selatan juga turun 0,03 persen di awal perdagangan, meskipun saham-saham di sektor teknologi terangkat. Samsung Electronics terpantau naik 0,58 persen dan SK Hynix menambah 0,61 persen.

Tak berbeda jauh, S&P/ASX 200 Australia mendapat tekanan. Indeks dibuka 0,06 persen di awal perdagangan karena tekanan dari saham-saham sektor teknologi informasi.

Pidato Janet Yellen pada Selasa kemarin dianggap memberikan angin segar terhadap rencana kenaikan suku bunga acuan. Dalam pidato tersebut, Yellen memberikan sinyal untuk tetap menaikkan suku bunga meskipun masih dihadapkan pada ketidakpastian global.

Namun Yellen memberikan catatan bahwa the Fed masih tetap menilai kekuatan pasar tenaga kerja dan inflasi. Paling tidak akan ada satu kenaikan suku bunga lagi sampai akhir tahun.

Sementara itu, penekan lain bursa Asia adalah pernyataan US Commerce Secretary Wilbur Ross yang memuji tindakan Tiongkok dengan menghentikan kegiatan bisnis dengan Korea Utara.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong-ho menuding Presiden Amerika Serikat Donald Trump mendeklarasikan perang terhadap negaranya. Tak hanya itu, Ri Yong-ho menyatakan bahwa Pyongyang memiliki hak untuk menembak jatuh pesawat pengebom AS.

Pernyataan Ri tersebut adalah respons atas kicauan Trump di Twitter yang menyebutkan, "Kepemimpinan Korut tidak akan bertahan lebih lama jika mereka terus melanjutkan retorika." Rifan Financindo.



Baca Juga :


Sumber : Liputan 6

Selasa, 26 September 2017

Ketegangan di Semenanjung Korea Bikin Bursa Asia Memerah


PT Rifan Financindo - Bursa Asia merosot sementara dolar tetap bertahan terhadap yen seiring meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea.

Melansir laman Reuters, Selasa (26/9/2017), indeks MSCI saham Asia-Pasifik di luar Jepang turun 0,2 persen pada awal perdagangan, menyusul kerugian di Wall Street.

Sementara saham Australia naik 0,1 persen, Korea Selatan turun 0,3 persen. Adapun ndeks saham Nikkei Jepang merosot 0,2 persen, tertekan penguatan yen.

Menteri luar negeri Korea Utara mengatakan, sebuah tweet dari Presiden Donald Trump merupakan sebuah deklarasi perang terhadap negaranya. Pyongyang memiliki hak untuk melakukan penanggulangan, termasuk menembak pembom AS meskipun mereka tidak berada di wilayah udaranya.

"Selain Korea Utara, penguatan yen mempengaruhi saham hari ini. Dan ada juga kinerja Apple yang buruk, setelah laporan tersebut mengatakan kepada pemasok untuk mengurangi pengiriman komponen," kata Norihiro Fujito, Ahli Strategi Investasi Senior Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities.

Adapun saham Apple Inc (AAPL.O) turun 0,9 persen pada hari Senin setelah perusahaan dilaporkan meminta pemasok untuk mengurangi pengiriman suku cadang iPhone X.

Dolar sedikit turun terhadap yen di posisi 111,70. Ini memangkas posisi tertingginya dalam dua bulan pada pekan lalu di level 112,725.

Sementara Euro naik tipis setelah jatuh pada hari Senin menyusul kemenangan Kanselir Jerman Angela Merkel.

Bursa Asia mengekor Wall Street yang sebelumnya merosot terpicu aksi jual saham teknologi yang membebani Nasdaq. Pernyataan terakhir Korea Utara tentang genderang perang ke Amerika Serikat (AS) turut menambah kehati-hatian di pasar.

Melansir laman Reuters, Dow Jones Industrial Average turun 53,84 poin atau 0,24 persen menjadi 22.295,75. Sementara indeks S&P 500 kehilangan 5,56 poin atau 0,22 persen menjadi 2.496,66 dan Nasdaq Composite turun 56,33 poin atau 0,88 persen menjadi 6.370,59.

Pasar bergejolak usai Menteri luar negeri Korea Utara mengatakan bahwa Presiden Donald Trump telah mengumumkan perang terhadap negara tersebut. Korut merasa berhak mempertahankan diri, termasuk menembak pelaku bom AS meskipun mereka tidak berada di wilayah udaranya. PT Rifan Financindo.




Baca Juga :



Sumber : Liputan 6

Senin, 25 September 2017

Investor Mencerna Hasil Pemilu Jerman, Bursa Asia Menguat



Rifanfinancindo - Bursa Asia menguat pada pembukaan perdagangan Senin. Investor tengah mencerna hasil pemilihan umum di Jerman dan juga Selandia Baru.

Mengutip CNBC, Senin (25/9/2017), indeks Nikkei Jepang naik 0,59 persen di awal perdagangan didorong oleh kenaikan saham-saham produsen mobil dan keuangan. Di Korea Selatan, indeks Kospi naik tipis 0,7 persen setelah mengalami tekanan selama empat hari berturut-turut pada pekan kemarin.

Sedangkan indeks S&P/ASX 200 Australia juga menguat 0,32 persen karena dorongan saham-saham di sektor finansial dan energi.

Hasil penghitungan suara menunjukkan, Angela Merkel, terpilih untuk keempat kalinya sebagai Kanselir Jerman. Dalam hitung cepat, Persatuan Demokratik Kristen Jerman (CDU) meraih 32,8 persen.

Sementara Partai Demokrat Sosial Jerman (SPD) dan Alternatif untuk Jerman (AfD) masing-masing memperoleh 20,4 persen dan 13 persen. Pelaku pasar sedang melihat pengaruh kebijakan-kebijakan yang kemungkinan akan diambil oleh Merkel terhadap bursa di Asia.

Di Selandia Baru juga tengah mengadakan pemilihan umum. Partai Nasional pimpinan Perdana Menteri Selandia Baru Bill English memenangkan pemilihan umum di Selandia Baru.

Sayangnya, jumlah suara yang didapatkan tidak cukup untuk membentuk sebuah pemerintahan tanpa bantuan dari partai politik lain. Oleh karena itu, pelaku pasar sedang melihat sinyal-sinyal bentuk pemerintahan ke depannya.

Di Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Jumat lalu bergerak positif. S&P 500 ditutup naik tipis meski saham Apple turun. Hal ini dipicu, kekhawatiran soal proposal UU Kesehatan AS mulai mereda, begitu juga investor yang mulai menurunkan perhatiannya pada Korea Utara.

"Penghapusan UU kesehatan, fakta bahwa dampak pasar Korea Utara semakin berkurang dan pergerakan Russell 2000," kata Michael Antonelli, managing director, institusional penjualan di Robert W Baird di Milwaukee. Rifanfinancindo.



Baca Juga :


Sumber : Liputan 6

Jumat, 22 September 2017

Peringkat Utang China Terpangkas, Bursa Asia Melemah


Rifan Financindo - Bursa saham Asia melemah pada perdagangan saham menjelang akhir pekan ini. Akan tetapi, ada peluang menguat didukung pernyataan pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve.

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,1 persen. Sebelumnya indeks saham acuan ini sempat naik ke level tertinggi dalam 10 tahun pada perdagangan saham Selasa.

Indeks saham Jepang Nikkei tergelincir 0,15 persen. Indeks saham Australia menguat 0,1 persen. Indeks saham Korea Selatan Kospi susut 0,7 persen.

"Sulit untuk menghadapi keputusan mengenai rencana the Federal Reserve hingga mulai mengurangi neraca keuangan. Pasar pun mengukur dampaknya," ujar Kota Hirayama, Ekonom Senior SMBC Nikko Securities, seperti dikutip dari laman Reuters, Jumat (22/9/2017).

Ia menambahkan, faktor fundamental terus mendukung pasar negara berkembang termasuk di kawasan Asia. Hal itu terjadi meski the Federal Reserve menunjukkan sikap yang menimbulkan ketidakpastian ke depan.

Selain itu, pasar juga fokus terhadap penurunan peringkat kredit China. Lembaga pemeringkat internasional S&P menurunkan peringkat utang jangka panjang pemerintah China. Ini meningkatkan risiko. Hal ini juga pengaruhi bursa saham Asia.

Sebelumnya di bursa saham AS, indeks saham S&P 500 susut 0,3 persen. Indeks saham Dow Jones tergelincir 0,25 persen dan indeks saham Nasdaq melemah 0,5 persen.

Di pasar uang, dolar Amerika Serikat stabil di kisaran 112,44 terhadap yen. Euro stagnan di kisaran US$ 1,19. Sedangkan posisi indeks dolar AS terhadap enam mata uang utama di kisaran 92,16. Harga minyak Brent naik 0,1 persen ke posisi US$ 56,50 per barel usai sentuh level tertinggi dalam lima bulan. Rifan Financindo.




Baca Juga :



Sumber : Liputan 6

Rabu, 20 September 2017

Bursa Asia Naik Tersengat Penguatan Wall Street



PT Rifan Financindo - Bursa saham Asia sebagian besar stabil pada perdagangan saham Rabu pekan ini. Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street kembali naik menjadi katalis positif untuk bursa saham Asia.

Akan tetapi, pergerakan bursa saham global cenderung terbatas. Pelaku pasar menunggu hasil pertemuan bank sentral AS atau the Federal Reserve.The Federal Reserve diperkirakan pertahankan suku bunga. Akan tetapi, bank sentral AS akan umumkan rencana pengurangan obligasi.

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang diperkirakan turun 0,1 persen. Indeks saham Jepang Nikkei cenderung mendatar. Sedangkan indeks saham Korea Selatan Kospi susut 0,2 persen.

Penguatan bursa saham Asia dapat dorongan dari wall street. Sektor saham keuangan mendorong penguatan tiga indeks acuan utama di wall street.

"Bursa saham cenderung stabil meski the Federal Reserve akan mengurangi kepemilikan obligasi dan menaikkan suku bunga. Namun, ada sejumlah spekulasi the Federal Reserve cenderung kurang agresif," ujar Soichiro Monji, Chief Strategist Daiwa SB Investments.

Sementara itu, di pasar uang, indeks dolar AS cenderung menguat ke level tertinggi dalam delapan minggu. Dolar AS sedikit berubah terhadap yen ke posisi 111,64.

Euro cenderung mendatar di posisi US$ 1,1992. Sedangkan indeks dolar AS bergerak naik menjadi 91,86 terhadap enam mata uang utama. Di pasar komoditas, harga minyak mentah Brent naik 0,45 persen menjadi US$ 55,38 per barel. PT Rifan Financindo.



Baca Juga :


Sumber : Liputan 6

Selasa, 19 September 2017

Jelang Pertemuan The Fed, Bursa Asia Menguat



Rifanfinancindo - Sebagian besar bursa saham di kawasan Asia bergerak menguat pada pembukaan perdagangan Selasa pekan ini. Investor mencari petunjuk jelang pertemuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) yang berlangsung Selasa hingga Rabu waktu setempat.

Mengutip CNBC, Selasa (19/9/2017), indeks Nikkei Jepang naik 1,27 setelah sebelumnya libur nasional. Indeks Kospi melemah 0,03 persen di awal perdagangan. Saham-saham di sektor teknologi menjadi beban gerak indeks di Korea Selatan ini.

Sedangkan S&P/ASX 200 Australia menguat 0,28 persen. Indeks keuangan memimpin penguatan di awal perdagangan dengan naik 0,62 persen.

Investor sedang mencermati atau mencari petunjuk jelang rapat Bank Sentral AS. Sebagian besar analis memperkirakan bahwa the Fed akan membiarkan suku bunga tidak akan berubah melihat berbagai data-data ekonomi yang telah keluar.

Kebijakan yang sedang ditunggu adalah rencana the Fed untuk mengurang kepemilikan akan surat utang secara bertahap yang saat ini nilainya mencapai US$ 2,7 triliun.

"Spekulasi seputar pertemuan the Fed mendorong kenaikan dolar AS. Pelaku pasar saat ini sedang mengamati apakah mereka akan melepas aset yang dimiliki atau tidak," jelas ekonom senior ANZ, Felicity Emmett.

Di AS sendiri, Wall Street bergerak menguat. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 63,01 poin atau 0,28 persen menjadi 22.331,35. S&P 500 menguat 3,64 poin atau 0,15 persen menjadi 2.503,87. Sedangkan Nasdaq Composite menambahkan 6,17 poin atau 0,1 persen menjadi 6.454,64.

S&P 500 mampu menguat meskipun lima dari 11 sektor pembentuk indeks tersebut melemah.

Meningkatnya imbah hasil surat utang pemerintah AS mendorong penguatan saham-saham di sektor keuangan. Alasannya, peningkatan suku bunga cenderung mengangkat keuntungan industri perbankan. Rifanfinancindo.




Baca Juga :



Sumber : Liputan 6

Senin, 18 September 2017

Menunggu Sinyal dari Bank Sentral AS, Bursa Asia Menguat






Rifan Financindo - Bursa Asia menguat pada pembukaan perdagangan Senin pekan ini. Investor sedang menunggu petunjuk kebijakan yang akan dijalankan oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) pada pekan ini.

Mengutip CNBC, Senin (18/9/2017), Indeks Kospi Korea Selatan naik 0,46 persen di awal perdagangan. Saham di sektor teknologi menjadi pendorong penguatan. Saham Samsung naik 1,07 persen dan saham SK Hynix naik 2,72 persen.

Di Australia, indeks S&P/ASX 200 juga naik 0,55 persen. Sektor keuangan menjadi mendorong penguatan dengan naik 0,97 persen. Sektor energi dan utilitas juga berada di zona hijau.

Sedangkan bursa saham Jepang tutup karena hari libur nasional.

Komite Bank Sentral AS akan bertemu pada kepan ini pada Kamis waktu setempat. Dalam pertemuan tersebut akan membahas mengenai kebijakan moneter yang memang ditunggu oleh pelaku pasar.

Sebenarnya pasar tidak menunggu rencana kenaikan suku bunga karena kebijakan tersebut sudah diantisipasi sejak lama. Pasar menunggu mengenai rincian lebih lanjut usai kenaikan suku bunga tersebut.

"Data-data ekonomi masih dikonfirmasi. Investor belum masih melihat kebijakan yang akan diambil oleh the Fed," jelas kepala analis Asia Pasifik OANDA Stephen Innes.

Pada pekan lalu, Wall Street mencetak rekor dengan indeks S&P 500 melampaui 2.500 poin terpicu kenaikan saham telekomunikasi dan teknologi yang menguat kembali usai dua hari melemah.

Indeks S & P 500 kembali mencapai posisi 2.500, usai sekitar empat bulan ditutup di atas 2.400. Ini membuat indeks ini menguat hampir 12 persen di 2017.

"Orang-orang khawatir kehilangan karena pasar terus melaju. Mereka pikir mungkin akhirnya perlu melompat masuk. Perilaku investor ritel lebih penting dari sebelumnya," ujar Phil Blancato, Kepala Ladenburg Thalmann Asset Management di New York. Rifan Financindo.




Baca Juga :



Sumber : Liputan 6

Jumat, 15 September 2017

Korea Utara Luncurkan Rudal, Bursa Asia Tertekan


PT Rifan Financindo - Sebagian besar bursa Asia bergerak di zona merah pada pembukaan perdagangan Jumat ini. Penyebabnya adalah Korea Utara (Korut) yang kembali meluncurkan rudal ke arah timur.

Rudal tersebut berbang di atas Jepang sebelum mendarat di timur Hokkaido sejauh 2.000 kilometer (km). Menanggapi hal tersebut Korea Selatan (Korsel) juga ikut menembakkan rudalnya ke arah laut.

Mengutip CNBC, Jumat (15/9/2017), indeks Nikkei Jepang mengabaikan kenaikan tensi ketegangan geopolitik di wilayah semenanjung Korea tersebut dengan melaju 0,24 persen.

Namun indeks Kospi Korea Selatan mendapat tekanan dan melemah 0,46 persen di awal perdagangan. Beberapa saham di sektor pertahanan seperti Korea Aerospace dan Victek naik masing-masing 1,07 persen dan 4,02 persen. Sementara saham-saham blue chip seperti Samsung Electronics dan Hyundai Motor beringsut lebih rendah.

Di Australia, indeks S&P/ASX 200 juga turun 1,14 persen.

Peluncuran rudal Korea Utara ini beberapa hari usai Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) memberlakukan sanksi baru terhadap Korut. Militer Korsel menggelar latihan di Laut Jepang dalam menanggapi peluncuran terbaru rudal Korut tersebut.

Pada Agustus lalu, Korut juga menembakkan rudal yang melintasi daratan Jepang. Tokyo menyebut langkah nekat itu sebagai ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Di AS, Wall Street bergerak variatif pada penutupan perdagangan Kamis waktu Amerika Serikat. Dow Jones mencetak rekor sementara indeks lainnya turun. Pelemahan dipicu oleh turunnya saham-saham konsumsi, teknologi dan finansial yang membebani pasar.

Dow Jones, sekeranjang 30 saham perusahaan besar di AS, mencatatkan rekor baru, naik 0,2 persen atau 45,3 poin ke level 22.203,48 menyusul reli yanng berlanjut. Perusahaan produsen obat Pzifer dan produsen pesawat terbang Boeing mendorong penguatan dari Dow Jones.

Sementara S&P 500 turun 0,1 persen atau 2,75 poin ke level 2.495,62. Kemudian Nasdq juga ditutup melemah, turun 31,11 poin atau 0,5 persen ke level 6.429,08. PT Rifan Financindo.




Baca Juga :



Sumber : Liputan 6

Kamis, 14 September 2017

Luncurkan iPhone 8, Bagaimana Gerak Saham Apple?


Rifanfinancindo - New York - Apple telah memperkenalkan produk terbarunya, iPhone 8 dan iPhone Plus, serta iPhone X. Akan tetapi, peluncuran iPhone tersebut belum berdampak positif untuk saham Apple.

Pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta), bursa saham Amerika Serikat (As) atau Wall Street menguat. Indeks saham Dow Jones naik 61,49 poin atau 0,28 persen ke posisi 22.118,86.

Indeks saham S&P 500 mendaki 8,37 poin atau 0,34 persen menjadi 2.496,48. Kemudian indeks saham Nasdaq bertambah 22,01 poin atau 0,34 persen ke posisi 6.454,28.

Pergerakan saham Apple cukup pengaruhi laju Wall Street. Saham Apple turun 0,4 persen ke level US$ 160,86 usai sentuh level tertinggi US$ 163,96. Saham produsen iPhone ini menekan laju indeks saham S&P 500.

Beberapa investor menyebutkan kekhawatiran mengenai Apple untuk menghadapi kekurangan pasokan. "Tidak ada kejutan meski pun yang mereka lakukan dengan produk itu semua cukup bagus," ujar Chief Investment Officer of Solaris Asset Management Tim Ghriskey, seperti dikutip dari laman Reuters, Rabu (13/9/2017).

Menanti Kapitalisasi Pasar Saham Apple Tembus US$ 1 Triliun
Sebelumnya saham Apple sempat reli di awal pekan. Saham Apple naik 1,8 persen. Sepanjang 2017, saham Apple naik sekitar 40 persen pada 2017. Selain Apple, saham Boeing melonjak 55 persen sehingga mendorong Wall Street.

Nilai kapitalisasi pasar saham Apple sekitar US$ 835 miliar. Jika saham Apple naik 20 persen, Apple akan menjadi perusahaan publik pertama senilai US$ 1 triliun.

Namun, CEO Apple Tim Cook akan mungkin menghadapi kritik jika harga iPhone versi terbaru mencapai US$ 1.000 seperti yang dikabarkan. Namun, analis menilai masyarakat akan puas dengan kehadiran iPhone terbaru.

Wall Street memperkirakan penjualan Apple pada kuartal IV akan naik lebih dari 10 persen pada tahun lalu. Laba bersih per saham naik hampir 15 persen.

Analis memperkirakan penjualan akan naik 15 persen menjadi US$ 261,6 miliar. Hal itu akan ditopang dari peningkatan penjualan iPhone seiring kenaikan permintaan untuk Apple's Mac, iPad dan Apple Watches.

"Kami berharap iPhone berikutnya memasukkan inovasi yang sangat jelas dapat di pasar dan berguna untuk massal secara global," ujar Analis Macquarie Research Benjamin Schacter. Rifanfinancindo.



Baca Juga :


Sumber : Liputan 6

Rabu, 13 September 2017

Reformasi Perpajakan AS Bantu Penguatan Bursa Asia






Rifan Financindo - Bursa Asia menguat pada pembukaan perdagangan Rabu pekan ini. Penguatan ini mengikuti kenaikan yang dibukukan oleh Wall Street usai adanya komentar mengenai reformasi perpajakan yang memudarkan kekhawatiran investor.

Mengutip CNBC, Rabu (13/9/2017), Indeks Nikkei Jepang naik 0,45 persen di awal perdagangan karena penguatan dolar AS terhadap yen Jepang. Sektor otomotif, perbankan dan teknologi mendorong kenaikan indeks acuan di Jepang tersebut.

Indeks Kospi Korea Selatan turun tipis 0,07 persen. Sedangkan indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,47 persen yang dipimpin oleh saham-saham di sektor perbankan. National Australia Bank membukukan kenaikan terbesar yaitu mencapai 1,07 persen dan disusul oleh ANZ di angka 0,9 persen.

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin pada Selasa kemarin menjelaskan bahwa reformasi pajak AS akan bisa diselesaikan sebelum akhir tahun ini. Hal tersebut memberikan angin segar kepada investor sehingga mulai memburu lagi ekuitas.

Berbagai sentimen negatif dari ketegangan geopolitik di Semenanjung Korea telah memudar sehingga membantu penguatan bursa Asia. Pada Senin kemarin Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa memberikan sanksi keras kepada Korea Utara termasuk pembatasan impor minyak.

Bursa Amerika Serikat (AS) juga membukukan kenaikan pada penutupan perdagangan Selasa. Indeks S&P 500 kembali mencetak rekor penutupan tertinggi. Pendorong penguatan S&P 500 adalah saham-saham di sektor finansial. Sayangnya, kenaikan tersebut terhambat penurunan saham Apple usai meluncurkan produk baru.

Indeks Nasdaq Composite juga mencetak rekor tertinggi meskipun saham Apple juga menekan indeks acuan di Amerika Serikat (AS) ini. Investor mulai nyaman untuk kembali mengoleksi aset-aset berisiko usai ketegangan AS dengan Korea Utara berangsur mereda dan dampak dari Badai Irma tak separah yang diperkirakan. Rifan Financindo.



Baca Juga :


Sumber : Liputan 6

Selasa, 12 September 2017

Kekhawatiran Geopolitik Mereda, Bursa Asia Melambung


PT Rifan Financindo Bursa Asia menguat pada awal perdagangan Selasa pekan ini pengikuti kenaikan yang dibukukan oleh Wall Street. Kekhawatiran akan dampak dari Badai Irma dan ketegangan di Semenanjung Korea mulai berangsur turun.

Mengutip CNBC, Selasa (12/9/2017), indeks Nikkei 225 Jepang naik 1,08 persen di awal perdagangan karena pelemahan dolar AS terhadap yen Jepang. Indeks Kospi Korea Selatan juga naik 0,34 persen. Indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,44 persen didorong oleh saham-saham di sektor keuangan yang naik 1,17 persen.

Di AS, Dow Jones Industrial Average naik 1,19 persen menjadi 22.057,37 poin. Ini merupakan kenaikan satu hari terbesar sejak Februari. Sementara indeks S&P 500 menguat 1,08 persen ke posisi 2.488,11 dan Nasdaq Composite bertambah 1,13 persen menjadi 6.432,26.

Penguatan Wall Street ini karena dampak dari Badai Irma tidak sebesar yang diperkirakan. Badai tersebut telah melewati Florida dan membuat 6 juta rumah diterjang banjir. Namun kehancuran yang diakibatkan lebih kecil jika dibanding prediksi.

Di luar Badai Irma, pendorong penguatan bursa Asia adalah ketegangan geopolitik yang mereda setelah Korea Utara ternyata tak meluncurkan rudalnya perayaan hari berdiri negaranya.

Pada Senin kemarin, Dewan Keamanan (DK) PBB memberlakukan sanksi baru terhadap Korea Utara. Terdapat beberapa sasaran utama dalam sanksi tersebut yaitu menutup akses untuk impor minyak, melarang ekspor tekstil, mengakhiri kontrak kerja tenaga kerja Korut di luar negeri.

Selain itu, DK PBB juga menghentikan bisnis Korut dengan negara lain, dan memberi sanksi kepada beberapa pejabat Korut.

Meningkatnya kepercayaan global ini mendorong penguatan dolar AS. The dollar index, indeks yang mengukur nilai tukar dolar AS terhadap beberapa mata uang negara lain menguat ke 91,920 pada ukul 8.20 waktu Singapura, setelah sebelumnya sempat menyentuh level terendah di 91,011 pada Jumat lalu. PT Rifan Financindo.



Baca Juga :


Sumber : Liputan 6

Senin, 11 September 2017

Dolar Menguat Bawa Bursa Asia Menghijau



Rifanfinancindo - Bursa Asia menguat terpicu kenaikan kembali Dolar Amerika Serikat (AS). Pasar juga tengah mencerna rencana kebijakan Bank Rakyat China dan Bank Sentral Eropa yang akan diumumkan pada akhir pekan.

Melansir laman CNBC, Senin (11/9/2017), indeks Nikkei 225 menguat 1,25 persen dan indeks Kospi Korea Selatan masih tertekan 0,99 persen, seiring meredanya ketegangan geopolitik di semenanjung Korea selama akhir pekan.

Sementara Down Under, S & P/ASX 200 naik 0,48 persen, dengan sub-indeks teknologi informasi dan kesehatan memimpin kenaikan.

Bursa Asia kembali melaju usai Korea Utara ternyata tak lagi meluncurkan rudalnya pada 9 September, yang disebut-sebut merupakan hari berdirinya negara tersebut. Sebelumnya, muncul spekulasi menjelang akhir pekan bahwa Korea Utara akan kembali melakukan uji coba rudal saat momen tersebut.

Di sisi lain, pasar juga tengah memantau rencana Bank sentral China yang ingin meringankan persyaratan bagi lembaga keuangan, untuk menyisihkan cadangan risiko valuta asing bagi perdagangan yuan pada 11 September, seperti mengutip Reuters.

"Persyaratan ini diberlakukan pada bulan Oktober 2015 untuk mengurangi spekulasi valuta asing. Ini menunjukkan pendekatan liberalisasi perdagangan yang lebih liberal karena PBOC menghapus beberapa mekanisme defensif yang diterapkan untuk mengurangi arus modal keluar," kata Stephen Innes, Kepala Perdagangan Asia-Pasifik OANDA, melalui catatannya.

Sementara itu, Bank Sentral Eropa menimbang opsi untuk mengurangi pembelian obligasi menjadi 20 miliar euro atau 40 miliar euro per bulan dari 60 miliar euro saat ini. Keputusan bank sentral tersebut diperkirakan akan disampaikan pada pertemuan 26 Oktober.

Dalam mata uang, indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, naik tipis 91,462 setelah merosot pada hari Jumat. Indeks dolar pada pekan ini berakhir di posisi 91,325. Analis menghubungkan melemahnya dolar terkait ketegangan geopolitik dan dampak ekonomi Badai Harvey dan Irma. Rifanfinancindo.



Baca Juga :


Sumber : Liputan 6

Jumat, 08 September 2017

Ada Sinyal Stimulus Bank Sentral Eropa, Bursa Asia Variatif


Rifan Financindo - Bursa Asia naik pada pembukaan perdagangan hari ini, Jumat (8/9/2017). Penguatan bursa Asia dipengaruhi signal rencana peluncuran kebijakan stimulus fiskal oleh Bank Sentral Eropa.

Dolar melemah terhadapo Euro menyusul Kepala Bank Sentral Eropa Mario Draghi menyatakan bahwa Oktober tahun ini pihaknya akan mulai meluncurkan program stimulus yang masif.

Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,1 persen, tapi tetap turiun 0,2 persen secara mingguan.

Kemudian indeks saham Jepang, Nikkei tergelincir 0,5 perse, kehilangan 2 persen pekan ini karena tertekan oleh penguatan yen seperti dilansir dari Reuters.

Sementara Wall Street pada penutupan perdagangan kemarin pun melemah akibat sinyal stimulus dari Bank Sentral Eropa ini. Selain itu, bencana badai Harvey pun memberikan sentimen negatif terhadap pergerakan saham AS.

Dolar tertekan oleh pernyataan Kepala Bank Sentral Eropa Mario Draghi bahwa pembuat kebijakan akan memutuskan pada musim gugur ini dan keseluruhannya akan diambil pada Oktober.

Draghi juga mengatakan bahwa ECB harus memperhitungkan pelemahan inflasi karena euro yang kuat karena bersiap untuk mengurangi rangsangannya, kata Draghi, setelah bank sentral mempertahankan suku bunga pada rekor terendah pada pertemuan kebijakan regulernya dan memastikan bahwa pembelian aset akan berlanjut, setidaknya sampai Desember. Rifan Financindo.



Baca Juga :


Sumber : Liputan 6

 
Disclaimer: Semua informasi yang tersedia dalam blog ini hanya bersifat informasi saja. Kami berusaha menyajikan informasi yang terbaik, akan tetapi kami tidak menjamin keakuratan dan kelengkapan dari semua informasi atau analisa yang tersedia. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari blog ini.

PT. Rifan Financindo Berjangka Surabaya
Wisma Bii Lt. 16 Jl. Pemuda 60-70 Surabaya 60271 Telp : 031-5349800(hunting), Fax : 031-5347800