English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Kamis, 14 November 2013

Bursa Seoul Bukukan Peningkatan; Investor Fokus ke Keputusan BOK


Dukungan teknikal dan fundamental mengangkat kinerja bursa saham Korea Selatan pada perdagangan pagi hari ini (14/11). Bursa Korea Selatan menguat dan indeks Kospi rebound dari level paling rendah dalam dua bulan yang dicapainya kemarin. Menguatnya Wall Street tadi malam memberikan dorongan positif yang dibutuhkan oleh Kospi.
Komentar Janet Yellen di hadapan kongres mengenai masih diperlukannya stimulus membuat para pelaku pasar menurunkan kekhawatiran mengenai tapering. Akan tetapi hari ini pergerakan menguat di Seoul tampak terbatas karena investor juga menantikan rilis keputusan dari Bank of Korea yang diperkirakan masih mempertahankan suku bunga acuan di level 2.5 persen.
Saham-saham elektronik tampak kembali setelah dipukul mundur pada perdagangan kemarin. Samsung Electronics mengalami peningkatan sebesar 1.5 persen pagi ini. Kemarin harga saham tersebut anjlok sebesar 2.5 persen.
Saham Korea Gas Corp. mengalami peningkatan sebesar 0.8 persen. Saham ini menguat meskipun membukukan kerugian operasional sebesar 72.9 miliar won pada kuartal ketiga lalu.
Indeks spot Kospi mengalami kenaikan 11.77 poin atau 0.6 persen ke posisi 1975.33 poin. Indeks berjangka Kospi 200 mengalami pembukaan pada posisi 260.20. Indeks berjangka tersebut naik sebesar 195 poin dari posisi penutupan perdagangannya kemarin. Saat ini indeks berjangka terpantau bergerak melemah dan berada di posisi 259.25 poin.
Hari ini indeks berjangka Kospi berpotensi untuk kembali melemah setelah sempat dibuka menguat. Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memperkirakan bahwa pergerakan indeks berjangka Kospi akan berada pada kisaran 258.00 – 261.00 poin.


Sumber : Vibiznews

Dow Jones dan S&P Cetak Rekor Tertinggi


New York -Indeks Dow Jones dan S&P 500 di bursa Wall Street kembali cetak rekor tertinggi. Investor berburu saham antisipasi terpilihnya Janet Yellen sebagai wanita pertama yang memimpin The Federal Reserve.

Saham-saham beranjak naik setelah Yellen secara resmi diperkenalkan sebagai kandidat penerus Gubernur The Fed saat ini Ben Bernanke. Yellen akan berbicara di hadapan Komite Perbankan Senat Amerika Serikat (AS).

Dalam pidato persiapannya, Yellen mengatakan bank sentral AS masih punya banyak tugas dalam membantu pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja AS. Hal ini menjadi petunjuk bahwa pengurangan stimulus tidak akan dilakukan dalam waktu dekat.

"Ini bukan pernyataan kebijakan atau apa, tapi saya kira nadanya seolah menyatakan ada potensi untuk menerukan program stimulus lebih lama dari perkiraan kita selama ini," kata Alan Lancz, President Direktur Alan B. Lancz & Associates Inc., sebuah perusahaan investasi di Toledo, Ohio, dikutip Reuters, Kamis (14/11/2013).

Pada penutupan perdagangan Rabu waktu setempat, Indeks Dow Jones menguat 70,96 poin (0,45%) ke level 15.821,63 dan merupakan rekor tertingginya. Dow Jones juga menembus intraday terttingginya di 15.822.98.

Sedangkan Indeks Standard & Poor's 500 melaju 14,31 poin (0,81%) ke level 1.782,00, juga termasuk rekor tertingginya sepanjang masa. Indeks Komposit Nasdaq melonjak 45,66 poin (1,16%) ke level 3.965,58.


Sumber : Detik.com

Perusahaan China Gencar Beli Ladang Minyak dan Gas di Luar Negeri




Shanghai -Petrochina, perusahaan migas asal negeri tirai bambu, menyatakan bakal mengeluarkan US$ 2,6 miliar atau sekitar Rp 26 triliun untuk mengakuisisi hak kepemilikan di ladang minyak dan gas Peru.

Aksi ini dilakukan Petrochina untuk mengamankan pasokan energi di negaranya yang terus melonjak.

Dalam keterangannya, Petrochina yang merupakan unit dari China National Petroleum Corp (CNPC) menyatakan akan membeli anak usaha dari Petrobas yang merupakan BUMN migas asal Brasil yaitu Peruvian. Anak usaha Petrobas ini memiliki hak pengelolaan di sejumlah ladang migas di Peru.

Seperti dikutip dari AFP, Kamis (14/11/2013), Petrochina menargetkan bisa memiliki dua blok minyak dan gas di Peru. Perusahaan ini memang tengah gencar berekspansi di Amerika Latin dan sejumlah negara lain.

Saat ini, China memang tengah mencari minyak, gas, dan sumber daya lain untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya. Bahkan pemerintah China mendorong perusahaan di negaranya untuk terus membeli ladang-ladang minyak di luar negeri.


Sumber : Detik

Seperti Tahun 2009, Dolar Kini Kembali ke Rp 11.600




Jakarta -Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS semakin tak menentu usai pengumuman BI Rate yang dinaikkan jadi 7,5%. Seperti tahun 2009, dolar kembali ke level Rp 11.600.

Mengutip data Reuters, Rabu (13/11/2013), dolar diperdagangkan sore ini di kisaran Rp 11.590 setelah beberapa jam sebelumnya menyentuh level tertingginya di Rp 11.670.

Dalam 4 tahun terakhir, dolar tidak pernah mencapai level tersebut kecuali pada tahun 2009. Tepatnya 27 Maret 2009 lalu, dolar diperdagangkan di Rp 11.600.

Kenaikan BI Rate ini secara langsung mengakibatkan rupiah melemah terhadap dolar. Beberapa analis berpendapat, rupiah dengan sengaja dibuat melemah untuk menekan defisit transaksi berjalan.

"Rupiah lemah fokus ke perbaikan transaksi berjalan. Pelemahan ini mendorong terbukanya peluang bagi produsen domestik untuk menghasilkan barang subtitusi impor karena barang impor menjadi mahal," tutur seorang analis pasar uang.

Ia juga menyebut BI Rate naik akan meredam potensi inflasi yang menggerus daya beli. "Dampak lanjutannya menahan potensi capital outflow dan menarik kembali dana-dana yang pernah ke luar," kata dia.

Data BI menyebut, nilai tukar rupiah pada bulan Oktober 2013 cukup stabil dan bergerak sesuai dengan fundamentalnya. Nilai tukar rupiah secara point to point menguat sebesar 2,73% (mtm) menjadi Rp 11.273 per dolar AS, namun secara rata-rata melemah 0,14% (mtm) menjadi Rp 11.343 per dolar AS.

BI memang secara mengejutkan menaikkan kembali suku bunga acuannya 25 bps menjadi 7,5%.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Difi Johansyah memaparkan kebijakan tersebut ditempuh dengan mempertimbangkan masih besarnya defisit transaksi berjalan.

"Mempertimbangkan masih besarnya defisit transaksi berjalan di tengah risiko ketidakpastian global yang masih tinggi. Dengan demikian, keputusan ini diambil untuk memastikan bahwa defisit transaksi bejalan menurun ke tingkat yang lebih sehat dan inflasi tetap terkendali," kata Difi kemarin.
(dru/ang)

 Sumber : Detik.com

Caci Maki Steve Jobs untuk Pendiri Android




Jakarta - Bukan rahasia lagi jika Steve Jobs sangat membenci Android. Sampai-sampai, pendiri Android Andy Rubin sempat kena umpat Jobs dengan kata-kata yang begitu kasar.

Kecaman Jobs kepada Android dan pendirinya pun diulas dalam dalam buku Fred Vogelstein berjudul 'Dogfight: How Apple And Google Went To War And Started a Revolution'.

Seperti dilansir Boy Genius Report, saking kesalnya, Jobs bahkan menyebut Andy Rubin dengan kalimat, "Big, arrogant f**k,” and Android itself as a “f****ng rip off of what we’re doing".

Tidak berapa lama sebelum kematiannya, Steve Jobs memang menyatakan sangat ingin menghancurkan Android. Kata-katanya yang cukup terkenal, dia hendak melancarkan perang termonuklir dengan Android yang dinilainya menjiplak iOS.

"Aku akan menghabiskan nafas terakhirku jika perlu dan aku akan menghabiskan semua uang USD 40 miliar milik Apple di bank, untuk membenarkan kekeliruan ini," kata Jobs pada penulis biografi resminya, Walter Isaacson.

"Aku akan menghancurkan Android, karena ini adalah produk curian. Aku mau melakukan perang termonuklir atas hal ini," demikian tambah Jobs.

Tak cuma Andy Rubin, Jobs juga membenci mantan CEO Google Eric Schmidt karena merasa dikhianati. Schmidt pernah menduduki dewan direksi Apple pada 2006 hingga 2009, namun lantas mengundurkan diri. Keluarnya Schmidt lantas disusul dengan peluncuran Android. Tak ayal, Google pun berhadapan langsung dengan Apple dalam bisnis smartphone.


Sumber : Detik.com

Rabu, 13 November 2013

Cina Umumkan Cetak Biru Ekonomi



REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cetak biru kebijakan Presiden Xi Jinping selesai dibuat. Kekuatan pasar akan memainkan peranan penting dalam penentuan pertumbuhan ekonomi.

Pemerintah Cina juga perlu mencari pendorong baru pertumbuhan ekonomi di masa depan. Di pihak lain, kekuatan tangan Partai Komunis harus tetap kuat.

Pengumuman tersebut dikeluarkan pada puncak pertemuan empat hari 205 anggota Komite Sentral, yang dikenal sebagai Pleno Ketiga. Pemerintahan baru diminta untuk melakukan reformasi yang lebih tegas.

Pertemuan empat hari pejabat Komunis ini telah digembor-gemborkan sebagai momen reformasi Cina. Pertemuan tersebut diharapkan menghasilkan rencana bagaimana mengubah ekonomi Cina sehingga lebih bergantung pada permintaan domestik alih-alih ekspor.

Pemerintah Cina harus mencari sumber pertumbuhan ekonomi baru. Ekonomi Cina telah mengalami ekspansi yang berbahaya dan mulai goyah akibat kelebihan kapasitas industri, tumpukan utang, dan daya saing yang mulai terkikis.

Namun bukannya berangkat dari jargon partai biasa, pertemuan tersebut berakhir dengan komunike yang samar-samar. Hal ini membuat ekonom dan masyarakat awam Cina bertanya-tanya tentang komitmen pimpinan mereka untuk membuat perubahan dalam ekonomi negara.

Komunike menyerukan pembatasan investasi, hak yang lebih banyak bagi petani, dan sistem yang lebih transparan dalam pengeluaran dan pajak pemerintah. Ekonom Cina menilai isu-isu yang disebutkan tersebut memang membutuhkan reformasi.

Namun komunike tersebut memberikan keterangan ambigu tentang pengembangan sektor swasta. Pemerintah akan memberi lebih banyak ruang untuk perusahaan swasta dengan membuka lebih banyak industri dari modal swasta. Namun di sisi lain, pemerintah menyatakan perusahaan milik negara akan tetap memainkan peran utama dalam ekonomi bangsa.

"Masalah utama adalah penanganan hubungan antara pemerintah dan pasar dengan memungkinkan pasar memainkan peranan penting dalam mengalokasikan sumber daya," tulis komunike tersebut, dikutip Wall Street Journal, Rabu (13/11).

Salah satu kendala terbesar untuk berubah adalah status monopoli badan usaha milik negara (BUMN) Cina di sektor minyak, alumunium, batubara, perbankan, telekomunikasi, listrik, transportasi, dan bidang lainnya. Bank milik negara terbesar fokus pada pinjaman pelanggan besar milik negara dan memberikan bunga lebih kecil. Sedangkan untuk perusahaan swasta, perbankan pelat merah memberikan bunga lebih tinggi.

Komunike diharapkan dapat memberikan perubahan secara bertahap. "Tapi tampaknya kekuatan pasar akan diberi ruang yang lebih bebas namun dalam batasan yang masih ketat," ujar ekonom Cornell University, Eswar Prasad.

Sayangnya komunike tersebut tidak memberikan penjelasan yang detail. Dalam pernyataannya, pemerintah akan merilis dokumen kebijakan lengkap dalam beberapa hari mendatang yang diharapkan dapat menghapus ambiguitas.


Inflasi di Zona Euro Masih Akan Tetap Rendah



Bank Sentral Eropa memperkirakan bahwa inflasi di zona euro kemungkinan akan tetap sangat rendah untuk beberapa waktu ke depan. Karenanya ECB berusaha mencari solusi yang tepat untuk permasalahan ini dan bagi ECB Masalah inflasi memang berhubungan dengan hal teknis.
Dari data yang ada  meskipun masih rendah, namun inflasi masih bergerak secara stabil sehingga tidak ada ketakutan mengenai terjadinya deflasi. Dan Bank Sentral Eropa sedang mempersiapkan melaksanakan langkah-langkah agar tidak terjadi deflasi di zona euro.
Menurut salah satu anggota dewan ECB mengenai keadaan ekonomi kawasan euro ,  mengatakan kalau masalah ekonomi di zona euro masih akan berlangsung dalam waktu yang tidak sebentar. Dan menurutnya tidak ada cara cepat untuk keluar dari masalah ini karena penyelesaiannya harus memakan waktu yang tidak sebentar.
Sejauh ini, berbeda dengan Federal Reserve, beberapa pihak di Bank Sentral Eropa masih belum setuju tentang kenaikan suku bunga. Dan baru-baru ini, muncul kabar kalau telah terjadi perpecahan di antara dewan pengurus Bank Sentral Eropa terkait dengan keputusan penurunan suku bunga dan banyak mereka merupakan anggota dewan eksekutif.


Sumber : Vibiznews

 
Disclaimer: Semua informasi yang tersedia dalam blog ini hanya bersifat informasi saja. Kami berusaha menyajikan informasi yang terbaik, akan tetapi kami tidak menjamin keakuratan dan kelengkapan dari semua informasi atau analisa yang tersedia. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari blog ini.

PT. Rifan Financindo Berjangka Surabaya
Wisma Bii Lt. 16 Jl. Pemuda 60-70 Surabaya 60271 Telp : 031-5349800(hunting), Fax : 031-5347800