English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Selasa, 15 Desember 2015

Dibayangi The Fed, Laju Bursa Saham Asia Bervariasi

Sejumlah orang tercermin dalam papan yang menampilkan indeks saham di Tokyo, Jepang, Jumat, (10/7/ 2015). Harga saham Nikkei mengalami perubahan mengikuti gejolak pasar Tiongkok. (REUTERS/Thomas Peter)

PT. Rifan Financindo Berjangka, Tokyo - Bursa saham Asia cenderung bergerak naik secara perlahan seiring investor enggan untuk membuat langkah besar di tengah harga minyak berfluktuasi dan mengantispasi pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS) pada pekan ini.

Selain itu, pelaku pasar juga fokus terhadap langkah bank sentral China yang diperkirakan terus mendorong mata uangnya melemah. Para pedagang mewaspadai niat bank sentral China setelah yuan berada di level terendah dalam 4,5 tahun.

Indeks saham di Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,1 persen. Sedangkan indeks saham Jepang Nikkei tergelincir 0,3 persen.

Saat ini sentimen hasil pertemuan bank sentral menjadi fokus perhatian pelaku pasar. "Investor fokus pada bank sentral AS. Mereka ingin melihat apa bank sentral AS juga akan mengumumkan target suku bunga pada akhir 2016. Ada konsensus pasar kalau suku bunga AS akan naik pada pekan ini, tetapi tidak jelas apa yang terjadi setelah itu," ujar Kepala Riset SMCB Friend Securities Co, Toshihiko Matsuno, seperti dikutip dari laman Bloomberg, Selasa (15/12/2015).

Pelaku pasar global pun mulai gelisah menghadapi pertemuan bank sentral AS pada pekan ini. Rencana kenaikan suku bunga bank sentral AS juga diperkirakan mempengaruhi kredit sehingga dikhawatirkan risiko kredit tinggi akan menular.

Pelaku pasar pun yakin kalau peluang bank sentral AS menaikkan suku bunga mencapai 83 persen. Suku bunga bank sentral AS diperkirakan naik menjadi 0,25 persen. Dengan kondisi jelang pertemuan bank sentral AS itu, pelaku pasar akan cenderung memegang dolar AS.

"Kebanyakan investor akan terlihat membeli mata uang menjelang kenaikan suku bunga. Tetapi dalam kasus bank sentral AS, keputusan mereka juga dapat membuat dolar AS tertekan. Bagi siapa yang ingin memegang dolar AS dalam jangka waktu lama biasanua akumulasi jelang keputusan suku bunga," ujar Kathy Lien Direktur BK Asset Management.

Pada awal perdagangan di Asia, dolar AS terhadap sejumlah mata uang cenderung stabil di kisaran 97,66. Sedangkan dolat terhadap yen cenderung naik tipis ke level 121,10.

Harga minyak tertekan juga mempengaruhi pasar. Harga minyak Amerika Serikat (AS) turun 0,2 persen menjadi US$ 36,24 usai jatuh ke level terendah US$ 34,53 pada awal pekan ini. Sedangkan harga Brent turun ke level US$ 36,33 per barel. (Ahm/Igw)


Sumber : Liputan 6

0 komentar :

Posting Komentar

 
Disclaimer: Semua informasi yang tersedia dalam blog ini hanya bersifat informasi saja. Kami berusaha menyajikan informasi yang terbaik, akan tetapi kami tidak menjamin keakuratan dan kelengkapan dari semua informasi atau analisa yang tersedia. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari blog ini.

PT. Rifan Financindo Berjangka Surabaya
Wisma Bii Lt. 16 Jl. Pemuda 60-70 Surabaya 60271 Telp : 031-5349800(hunting), Fax : 031-5347800