Liputan6.com, New York : Harga emas diprediksi
anjlok dalam sepekan ke depan. Hal ini melanjutkan pelemahan harga emas
yang meluncur ke bawah US$ 1.300 per ounce pada penutupan minggu lalu.
Seperti dikutip dari Forbes, Senin (11/11/2013), hasil survei mingguan Kitco News Gold Survey
menunjukkan, dari total 18 responden, 12 diantaranya yakin harga emas
akan merosot. Sementara itu, hanya empat responden yang percaya diri
dengan kenaikan harga emas.
Dua peserta lainnya mengatakan harga
emas akan bergerak variatif. Seluruh peserta survei yang terlibat
meliputi pedagang emas, perwakilan bank-bank investasi, para investor
dan analis pergerakan harga logam mulia itu terlibat dalam survei
tersebut.
Pekan lalu, sebagian besar peserta survei memperkirakan
harga emas akan turun. Benar saja, sepanjang pekan hingga penutupan
perdagangan pada Jumat lalu, harga logam mulia itu telah anjlok sebesar
US$ 28.
Menurut para responden, harga emas akan turun mengingat
rendahnya inflasi dan laporan tenaga kerja Amerika Serikat (AS) untuk
Oktober yang melonjak dua kali lipat dari prediksi para analis.
Anjloknya
harga emas pekan lalu juga dipicu penguatan nilai tukar dolar AS dan
meningkatnya kekhawatiran soal Bank Sentra AS (The Fed) yang akan segera
menarik dana stimulusnya. Selain itu, keputusan Bank Sentral Eropa
menaikan suku bunga acuannya secara tiba-tiba juga memicu kuatnya nilai
tukar dolar AS.
"Saya rasa, harga emas akan lebih merosot lagi,
grafik pergerakan harganya pekan lalu tampak buruk. Pekan lalu saja
(perdagangan Jumat) harganya sudah jatuh di bawah US$ 1.300," ujar Ahli
Strategi Pasar Senior di Kingsview Financial Charles Nedoss.
Sementara
itu, empat partisipan lain yang memprediksi kenaikan harga emas pekan
depan mengatakan, saat nilainya semakin rendah, minat beli para investor
akan mulai meningkat.
"Pemulihan harga emas akan menarik
perhatian dan diburu China serta beberapa negara Asia lainnya. Terlebih
lagi, data ekonomi AS terbaru tak menunjukkan adanya tanda pemulihan
ekonomi AS," ujar Direktur Pelaksana American Precious Metals Advisors
Jeffrey Nichols.
Sumber : Liputan6
0 komentar :
Posting Komentar