English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Kamis, 17 Mei 2018

Bursa Saham Asia Semringah Mengekor Wall Street





Rifan Financindo - Sebagian besar indeks utama bursa saham Asia mencetak keuntungan pada pembukaan perdagangan pagi ini (17/5/2018). Tentunya mengikuti jejak wall street karena sentimen kenaikan imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) yang sudah mencapai lebih dari 3 persen.

Dikutip dari CNBC, Jumat (17/5/2018), indeks saham Nikkei Jepang naik 0,45 persen. Indeks saham Topix meningkat lebih tinggi, dengan sektor saham perbankan memimpin penguatan pagi ini.

Sementara indeks saham Kospi Korea Selatan menguat tipis 0,39 persen. Kenaikan tertinggi terjadi di sektor saham teknologi dan manufaktur.

Baca juga :

Sedangkan indeks saham S&P/ASX 200 di Australia terhempas 0,05 persen. Sektor saham keuangan membebani gerak S&P/ASX 200 dengan penurunan 0,9 persen. Berbanding terbalik, sektor saham material dan energi justru naik.

Indeks saham MSCI di Asia Pasifik kecuali Jepang melesat 0,08 persen. Maskapai Singapore Airlines diagendakan merilis laporan keuangan hari ini.

Pergerakan bursa saham Asia pagi ini tidak terlepas dari pengaruh wall street yang menguat pada penutupan perdagangan Rabu (Kamis waktu Jakarta) karena ditopang sektor saham ritel yang membumbung terdorong kinerja pengelola department store Macy's.

Perusahaan dengan kapitalisasi kecil pada indeks Russell 2000 sukses mencetak rekor dengan kenaikan satu persen. Capaian tersebut mengerek laju bursa saham AS. Rifan Financindo.


Sumber : Liputan 6

Rabu, 16 Mei 2018

Pertemuan Pemimpin Dua Korea Tertunda, Bursa Asia Melemah



PT Rifan Financindo - Bursa saham Asia jatuh pada awal perdagangan saham Rabu pekan ini. Hal itu dipicu pemerintahan Korea Utara (Korut) menunda pembicaraan dengan pemerintahan Korea Selatan (Korsel).

Pembatalan itu menimbulkan pertanyaan dari rencana KTT AS-Korea Utara. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun yang melonjak juga menekan bursa Asia.

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang yang merupakan indeks saham acuan melemah 0,1 persen. Indeks saham Korea Selatan Kospi susut 0,4 persen. Indeks saham Jepang Nikkei tergelincir 0,3 persen. Indeks saham Selandia Baru merosot 1,4 persen, sedangkan indeks saham Australia menguat 0,1 persen.

Baca juga :

Rilis data penjualan ritel Amerika Serikat (AS) dan aktivitas pabrik mendorong lonjakan imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun ke posisi 3,09 persen. Imbal hasil itu tertinggi sejak Juli 2011. Imbal hasil obligasi meningkat dan membebani bursa saham AS. Indeks saham Dow Jones melemah 193 poin ke posisi 24.706.

Bursa saham Asia juga dapat tekanan usai Korea Utara membatalkan pembicaraan dengan Korea Selatan. Bahkan Korea Utara mengejek latihan militer antara Korea Selatan dan AS.

Ini juga timbulkan kekhawatiran tentang KTT yang direncanakan antara Presiden AS Donald Trump dan Pimpinan Korea Utara Kim Jong Un yang dijadwalkan pada Juni.

“Ini akan membebani para penerima manfaat rekonstruksi Korea yang telah memiliki dukungan kuat untuk perdamaian. Serta harapan reunifikasi baru-baru ini,” tulis laporan Analis JP Morgan seperti dikutip dari laman Reuters, Rabu (16/5/2018).

Ia menambahkan, risiko menjadi lebih luas di kawasan tersebut jika pembicaraan gagal. Trump tidak lagi merasa perlu menjaga China. PT Rifan Financindo.


Sumber : Liputan 6

Selasa, 15 Mei 2018

Bursa Asia Dibuka Mendatar, Investor Fokus Pertemuan AS-China


Rifanfinancindo - Bursa Asia tak mampu bergerak menguat mengikuti kenaikan yang dibukukan oleh bursa saham Amerika Serikat (AS). Pada pembukaan perdagangan Selasa ini, bursa saham di kawasan Asia bergerak mendatar.

Mengutip CNBC, Selasa (15/5/2018), Indeks Nikkei 225 Jepang naik tipis 0,04 persen dan indeks Topix menguat 0,17 persen. Saham-saham di sektor keuangan terutama perusahaan asuransi dan perbankan mampu berada di zona hijau.

Baca juga :

Sedangkan di Seoul, indeks acuan Kospi turun 0,03 persen. Saham-saham perusahaan elektronik bergerak mendatar. Samsung Electronics tak banyak bergerak dan saham pembuat chip SK Hynix naik tipis 0,12 persen.

Di Sydney Australia, Indeks S&P/ASX 200 juga melayang lebih rendah sebesar 0,07 persen. Pelemahan dibukukan oleh saham-saham sektor keuangan.

Pasar Asia terlihat kurang keyakinan untuk bergerak menguat meskipun Wall Street mampu ditutup di zona positif pada perdagangan Senin.

Pelaku pasar di Asia lebih memilih untuk menunggu hasil pertemuan putaran kedua antara AS dengan China yang akan membahas mengenai perang dagang. Rifanfinancindo.


Sumber : Liputan 6

Senin, 14 Mei 2018

Bursa Saham Asia Menguat Ikuti Jejak Wall Street







Rifan Financindo - Bursa saham Asia diperdagangkan menguat pada pembukaan hari ini (11/5/2018). Pencapaian tersebut mengekor wall street yang mencatat kenaikan selama enam hari berturut-turut dengan dukungan beberapa sentimen positif.


Dilansir dari CNBC, indeks saham Nikkei Jepang menanjak 0,68 persen dan indeks saham Topix melaju 0,55 persen. Sektor saham material melemah, namun berhasil diimbangi kenaikan sektor saham teknologi dan keuangan.

Sementara indeks saham Kospi Korea Selatan bergerak naik 0,55 persen. Ditopang penguatan signifikan pada saham sektor teknologi dan otomotif, seperti Samsung Electronics yang melesat 0,78 persen.


Baca juga :

Melongok indeks saham S&P/ASX 200 Sydney pun menguat tipis 0,25 persen di tengah pelemahan di sektor saham keuangan yang diperdagangkan lebih rendah 0,29 persen.

Sementara itu, bursa saham Malaysia libur menyusul kemenangan Mahathir Mohamad sebagai Perdana Menteri Malaysia baru pada pemilihan umum (pemilu) baru-baru ini.

Penguatan bursa saham Asia pagi ini mengikuti jejak wall street dengan seluruh indeks utama mencetak keuntungan. Faktor pendorongnya, yakni data realisasi inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih rendah dari perkiraan.

Inflasi AS naik 0,2 persen pada April 2018 atau lebih rendah dari ekspetasi para ekonom 0,3 persen. Capaian ini meredakan kekhawatiran investor tentang kebijakan pengetatan moneter oleh The Fed.
Pelaku pasar memandang, Bank Sentral AS tidak akan terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga acuannya tahun ini.

Kondisi geopolitik di Timur Tengah masih menjadi fokus investor. Harga minyak bergerak mendatar di tengah kekhawatiran investor atas dampak dari sanksi baru AS, yakni ekspor minyak Iran. Presiden AS Donald Trump juga telah menarik diri dari perjanjikan nuklir Iran.

Di komoditas minyak, Analis Bank of America Merrill Lynch memprediksi harga minyak mentah Brent bisa menjulang hingga USD 100 per barel yang dipengaruhi ketegangan geopolitik.

Pada perdagangan Kamis, harga minyak West Texas Intermediate AS naik 0,18 persen ke posisi USD 71,49 per barel. Sedangkan harga minyak mentah Brent berjangka naik 0,05 persen ke posisi USD 77,51 per barel.

Indeks dolar terhadap beberapa mata uang utama tergelincir setelah pengumuman data inflasi. Indeks dolar diperdagangkan 92,720 atau melemah setelah menyentuh level 93,42 pada awal pekan ini. Terhadap mata uang Yen Jepang, dolar AS diperdagangkan 109,51. Rifan Financindo.


Sumber : Liputan 6

Jumat, 11 Mei 2018

Bursa Saham Asia Menguat Ikuti Jejak Wall Street




PT Rifan Financindo - Bursa saham Asia diperdagangkan menguat pada pembukaan hari ini (11/5/2018). Pencapaian tersebut mengekor wall street yang mencatat kenaikan selama enam hari berturut-turut dengan dukungan beberapa sentimen positif.


Dilansir dari CNBC, indeks saham Nikkei Jepang menanjak 0,68 persen dan indeks saham Topix melaju 0,55 persen. Sektor saham material melemah, namun berhasil diimbangi kenaikan sektor saham teknologi dan keuangan.

Sementara indeks saham Kospi Korea Selatan bergerak naik 0,55 persen. Ditopang penguatan signifikan pada saham sektor teknologi dan otomotif, seperti Samsung Electronics yang melesat 0,78 persen.
Baca juga :
Melongok indeks saham S&P/ASX 200 Sydney pun menguat tipis 0,25 persen di tengah pelemahan di sektor saham keuangan yang diperdagangkan lebih rendah 0,29 persen.

Sementara itu, bursa saham Malaysia libur menyusul kemenangan Mahathir Mohamad sebagai Perdana Menteri Malaysia baru pada pemilihan umum (pemilu) baru-baru ini.

Penguatan bursa saham Asia pagi ini mengikuti jejak wall street dengan seluruh indeks utama mencetak keuntungan. Faktor pendorongnya, yakni data realisasi inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih rendah dari perkiraan.

Inflasi AS naik 0,2 persen pada April 2018 atau lebih rendah dari ekspetasi para ekonom 0,3 persen. Capaian ini meredakan kekhawatiran investor tentang kebijakan pengetatan moneter oleh The Fed.
Pelaku pasar memandang, Bank Sentral AS tidak akan terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga acuannya tahun ini.

Kondisi geopolitik di Timur Tengah masih menjadi fokus investor. Harga minyak bergerak mendatar di tengah kekhawatiran investor atas dampak dari sanksi baru AS, yakni ekspor minyak Iran. Presiden AS Donald Trump juga telah menarik diri dari perjanjikan nuklir Iran.

Di komoditas minyak, Analis Bank of America Merrill Lynch memprediksi harga minyak mentah Brent bisa menjulang hingga USD 100 per barel yang dipengaruhi ketegangan geopolitik.

Pada perdagangan Kamis, harga minyak West Texas Intermediate AS naik 0,18 persen ke posisi USD 71,49 per barel. Sedangkan harga minyak mentah Brent berjangka naik 0,05 persen ke posisi USD 77,51 per barel.

Indeks dolar terhadap beberapa mata uang utama tergelincir setelah pengumuman data inflasi. Indeks dolar diperdagangkan 92,720 atau melemah setelah menyentuh level 93,42 pada awal pekan ini. Terhadap mata uang Yen Jepang, dolar AS diperdagangkan 109,51. PT RIfan Financindo.


Sumber : Liputan 6

Rabu, 09 Mei 2018

Usai Pengumuman Trump soal Iran, Bursa Asia Dibuka Bervariasi





Rifanfinancindo - Bursa Asia bergerak bervariasi pada pembukaan perdagangan Rabu pekan ini, usai pengumuman Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bahwa AS akan menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran.


Mengutip CNBC, Rabu (9/5/2018), indeks Nikkei 225 Jepang turun 0,38 persen. Indeks keuangan dan teknologi menjadi pemberat utama gerak indeks saham acuan di Jepang tersebut. Namun, sektor migas dan tambang mampu menahan pelemahan ke level yang lebih dalam.

Di Korea Selatan, indeks acuan Kospi bergerak mendatar. Sedangkan di Australia, indeks S&P/ASX 200 tertekan 0,22 persen karena pelemahan sektor keuangan.

Baca juga : Sama seperti di Jepang, sektor migas di bursa saham Australia mampu menguat karena kenaikan harga minyak memicu prospek positif saham-saham migas.

Pada Selasa kemarin Presiden AS Donald Trump menepati janji pada saat masa kampanye untuk menarik diri dari perjanjian Iran yang dibuat pada 2015 lalu. Amerika Serikat (AS) tetap memberikan sanksi kepada Iran.

Dalam perjanjian tersebut, sanksi ekonomi yang diberlakukan oleh AS dan negara Eropa, seperti Jerman dan Prancis, akan secara bertahap dikurangi jika Iran membatasi pengembangan nuklir.
Iran menyatakan akan tetap berkomitmen pada perjanjian tersebut dan terus melakukan negosiasi dengan pihak-pihak lainnya. Rifanfinancindo.


Sumber : Liputan 6

Selasa, 08 Mei 2018

Menunggu Keputusan Sanksi Iran, Bursa Asia Bergerak Campuran






Rifan Financindo - Bursa Asia bergerak beragam pada awal perdagangan Selasa pekan ini. Pelaku pasar tengah menunggu keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenai sanksi yang akan diberikan kepada Iran.

Mengutip CNBC, Selasa (8/5/2018), indeks Nikkei 225 Tokyo tergelincir 0,06 persen, sementara indeks Topix naik tipis 0,16 persen.

Untuk pasar saham Korea Selatan, Indeks Kospi menguat 0,56 persen. Saham-saham di sektor teknologi menguat. Saham Samsung Electronics naik 1,54 persen dan saham SK Hynix naik 2,53 persen. Saham sektor otomotif juga diperdagangkan lebih tinggi.

Baca juga :


Sementara indeks S&P/ASX 200 Australia diperdagangan naik 0,22 persen. Sebagian besar sektor saham mencatatkan keuntungan moderat kecuali saham telekomunikasi.

Saham-saham para produsen minyak di Australia diperdagangan beragam karena harga minyak dunia turun dari level USD 70 persen di sesi penutupan.

Saat ini perhatian pelaku pasar tertuju kepada kesepakatan nuklir Iran.

Presiden AS Donald Trump mengatakan keputusan apakah akan tetap dalam kesepakatan nuklir Iran atau untuk menjatuhkan sanksi akan diumumkan pada selasa siang waktu setempat. Lebih cepat empat hari dari yang diperkirakan.

Perjanjian tersebut memiliki klausul penyelesaian sengketa yang memberikan setidaknya 35 hari untuk mempertimbangkan klaim bahwa pihak mana pun telah melanggar ketentuannya. Itu bisa diperpanjang jika semua pihak setuju.

Jika Trump memulihkan sanksi kembali kepada Iran, berdasarkan undang-undang AS, ia harus menunggu setidaknya 180 hari sebelum menerapkan langkah barunya: menargetkan bank-bank negara yang gagal memotong pembelian minyak Iran secara signifikan. Rifan Financindo.


Sumber : Liputan 6

 
Disclaimer: Semua informasi yang tersedia dalam blog ini hanya bersifat informasi saja. Kami berusaha menyajikan informasi yang terbaik, akan tetapi kami tidak menjamin keakuratan dan kelengkapan dari semua informasi atau analisa yang tersedia. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari blog ini.

PT. Rifan Financindo Berjangka Surabaya
Wisma Bii Lt. 16 Jl. Pemuda 60-70 Surabaya 60271 Telp : 031-5349800(hunting), Fax : 031-5347800