English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Jumat, 15 September 2017

Korea Utara Luncurkan Rudal, Bursa Asia Tertekan


PT Rifan Financindo - Sebagian besar bursa Asia bergerak di zona merah pada pembukaan perdagangan Jumat ini. Penyebabnya adalah Korea Utara (Korut) yang kembali meluncurkan rudal ke arah timur.

Rudal tersebut berbang di atas Jepang sebelum mendarat di timur Hokkaido sejauh 2.000 kilometer (km). Menanggapi hal tersebut Korea Selatan (Korsel) juga ikut menembakkan rudalnya ke arah laut.

Mengutip CNBC, Jumat (15/9/2017), indeks Nikkei Jepang mengabaikan kenaikan tensi ketegangan geopolitik di wilayah semenanjung Korea tersebut dengan melaju 0,24 persen.

Namun indeks Kospi Korea Selatan mendapat tekanan dan melemah 0,46 persen di awal perdagangan. Beberapa saham di sektor pertahanan seperti Korea Aerospace dan Victek naik masing-masing 1,07 persen dan 4,02 persen. Sementara saham-saham blue chip seperti Samsung Electronics dan Hyundai Motor beringsut lebih rendah.

Di Australia, indeks S&P/ASX 200 juga turun 1,14 persen.

Peluncuran rudal Korea Utara ini beberapa hari usai Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) memberlakukan sanksi baru terhadap Korut. Militer Korsel menggelar latihan di Laut Jepang dalam menanggapi peluncuran terbaru rudal Korut tersebut.

Pada Agustus lalu, Korut juga menembakkan rudal yang melintasi daratan Jepang. Tokyo menyebut langkah nekat itu sebagai ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Di AS, Wall Street bergerak variatif pada penutupan perdagangan Kamis waktu Amerika Serikat. Dow Jones mencetak rekor sementara indeks lainnya turun. Pelemahan dipicu oleh turunnya saham-saham konsumsi, teknologi dan finansial yang membebani pasar.

Dow Jones, sekeranjang 30 saham perusahaan besar di AS, mencatatkan rekor baru, naik 0,2 persen atau 45,3 poin ke level 22.203,48 menyusul reli yanng berlanjut. Perusahaan produsen obat Pzifer dan produsen pesawat terbang Boeing mendorong penguatan dari Dow Jones.

Sementara S&P 500 turun 0,1 persen atau 2,75 poin ke level 2.495,62. Kemudian Nasdq juga ditutup melemah, turun 31,11 poin atau 0,5 persen ke level 6.429,08. PT Rifan Financindo.




Baca Juga :



Sumber : Liputan 6

Kamis, 14 September 2017

Luncurkan iPhone 8, Bagaimana Gerak Saham Apple?


Rifanfinancindo - New York - Apple telah memperkenalkan produk terbarunya, iPhone 8 dan iPhone Plus, serta iPhone X. Akan tetapi, peluncuran iPhone tersebut belum berdampak positif untuk saham Apple.

Pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta), bursa saham Amerika Serikat (As) atau Wall Street menguat. Indeks saham Dow Jones naik 61,49 poin atau 0,28 persen ke posisi 22.118,86.

Indeks saham S&P 500 mendaki 8,37 poin atau 0,34 persen menjadi 2.496,48. Kemudian indeks saham Nasdaq bertambah 22,01 poin atau 0,34 persen ke posisi 6.454,28.

Pergerakan saham Apple cukup pengaruhi laju Wall Street. Saham Apple turun 0,4 persen ke level US$ 160,86 usai sentuh level tertinggi US$ 163,96. Saham produsen iPhone ini menekan laju indeks saham S&P 500.

Beberapa investor menyebutkan kekhawatiran mengenai Apple untuk menghadapi kekurangan pasokan. "Tidak ada kejutan meski pun yang mereka lakukan dengan produk itu semua cukup bagus," ujar Chief Investment Officer of Solaris Asset Management Tim Ghriskey, seperti dikutip dari laman Reuters, Rabu (13/9/2017).

Menanti Kapitalisasi Pasar Saham Apple Tembus US$ 1 Triliun
Sebelumnya saham Apple sempat reli di awal pekan. Saham Apple naik 1,8 persen. Sepanjang 2017, saham Apple naik sekitar 40 persen pada 2017. Selain Apple, saham Boeing melonjak 55 persen sehingga mendorong Wall Street.

Nilai kapitalisasi pasar saham Apple sekitar US$ 835 miliar. Jika saham Apple naik 20 persen, Apple akan menjadi perusahaan publik pertama senilai US$ 1 triliun.

Namun, CEO Apple Tim Cook akan mungkin menghadapi kritik jika harga iPhone versi terbaru mencapai US$ 1.000 seperti yang dikabarkan. Namun, analis menilai masyarakat akan puas dengan kehadiran iPhone terbaru.

Wall Street memperkirakan penjualan Apple pada kuartal IV akan naik lebih dari 10 persen pada tahun lalu. Laba bersih per saham naik hampir 15 persen.

Analis memperkirakan penjualan akan naik 15 persen menjadi US$ 261,6 miliar. Hal itu akan ditopang dari peningkatan penjualan iPhone seiring kenaikan permintaan untuk Apple's Mac, iPad dan Apple Watches.

"Kami berharap iPhone berikutnya memasukkan inovasi yang sangat jelas dapat di pasar dan berguna untuk massal secara global," ujar Analis Macquarie Research Benjamin Schacter. Rifanfinancindo.



Baca Juga :


Sumber : Liputan 6

Rabu, 13 September 2017

Reformasi Perpajakan AS Bantu Penguatan Bursa Asia






Rifan Financindo - Bursa Asia menguat pada pembukaan perdagangan Rabu pekan ini. Penguatan ini mengikuti kenaikan yang dibukukan oleh Wall Street usai adanya komentar mengenai reformasi perpajakan yang memudarkan kekhawatiran investor.

Mengutip CNBC, Rabu (13/9/2017), Indeks Nikkei Jepang naik 0,45 persen di awal perdagangan karena penguatan dolar AS terhadap yen Jepang. Sektor otomotif, perbankan dan teknologi mendorong kenaikan indeks acuan di Jepang tersebut.

Indeks Kospi Korea Selatan turun tipis 0,07 persen. Sedangkan indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,47 persen yang dipimpin oleh saham-saham di sektor perbankan. National Australia Bank membukukan kenaikan terbesar yaitu mencapai 1,07 persen dan disusul oleh ANZ di angka 0,9 persen.

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin pada Selasa kemarin menjelaskan bahwa reformasi pajak AS akan bisa diselesaikan sebelum akhir tahun ini. Hal tersebut memberikan angin segar kepada investor sehingga mulai memburu lagi ekuitas.

Berbagai sentimen negatif dari ketegangan geopolitik di Semenanjung Korea telah memudar sehingga membantu penguatan bursa Asia. Pada Senin kemarin Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa memberikan sanksi keras kepada Korea Utara termasuk pembatasan impor minyak.

Bursa Amerika Serikat (AS) juga membukukan kenaikan pada penutupan perdagangan Selasa. Indeks S&P 500 kembali mencetak rekor penutupan tertinggi. Pendorong penguatan S&P 500 adalah saham-saham di sektor finansial. Sayangnya, kenaikan tersebut terhambat penurunan saham Apple usai meluncurkan produk baru.

Indeks Nasdaq Composite juga mencetak rekor tertinggi meskipun saham Apple juga menekan indeks acuan di Amerika Serikat (AS) ini. Investor mulai nyaman untuk kembali mengoleksi aset-aset berisiko usai ketegangan AS dengan Korea Utara berangsur mereda dan dampak dari Badai Irma tak separah yang diperkirakan. Rifan Financindo.



Baca Juga :


Sumber : Liputan 6

Selasa, 12 September 2017

Kekhawatiran Geopolitik Mereda, Bursa Asia Melambung


PT Rifan Financindo Bursa Asia menguat pada awal perdagangan Selasa pekan ini pengikuti kenaikan yang dibukukan oleh Wall Street. Kekhawatiran akan dampak dari Badai Irma dan ketegangan di Semenanjung Korea mulai berangsur turun.

Mengutip CNBC, Selasa (12/9/2017), indeks Nikkei 225 Jepang naik 1,08 persen di awal perdagangan karena pelemahan dolar AS terhadap yen Jepang. Indeks Kospi Korea Selatan juga naik 0,34 persen. Indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,44 persen didorong oleh saham-saham di sektor keuangan yang naik 1,17 persen.

Di AS, Dow Jones Industrial Average naik 1,19 persen menjadi 22.057,37 poin. Ini merupakan kenaikan satu hari terbesar sejak Februari. Sementara indeks S&P 500 menguat 1,08 persen ke posisi 2.488,11 dan Nasdaq Composite bertambah 1,13 persen menjadi 6.432,26.

Penguatan Wall Street ini karena dampak dari Badai Irma tidak sebesar yang diperkirakan. Badai tersebut telah melewati Florida dan membuat 6 juta rumah diterjang banjir. Namun kehancuran yang diakibatkan lebih kecil jika dibanding prediksi.

Di luar Badai Irma, pendorong penguatan bursa Asia adalah ketegangan geopolitik yang mereda setelah Korea Utara ternyata tak meluncurkan rudalnya perayaan hari berdiri negaranya.

Pada Senin kemarin, Dewan Keamanan (DK) PBB memberlakukan sanksi baru terhadap Korea Utara. Terdapat beberapa sasaran utama dalam sanksi tersebut yaitu menutup akses untuk impor minyak, melarang ekspor tekstil, mengakhiri kontrak kerja tenaga kerja Korut di luar negeri.

Selain itu, DK PBB juga menghentikan bisnis Korut dengan negara lain, dan memberi sanksi kepada beberapa pejabat Korut.

Meningkatnya kepercayaan global ini mendorong penguatan dolar AS. The dollar index, indeks yang mengukur nilai tukar dolar AS terhadap beberapa mata uang negara lain menguat ke 91,920 pada ukul 8.20 waktu Singapura, setelah sebelumnya sempat menyentuh level terendah di 91,011 pada Jumat lalu. PT Rifan Financindo.



Baca Juga :


Sumber : Liputan 6

Senin, 11 September 2017

Dolar Menguat Bawa Bursa Asia Menghijau



Rifanfinancindo - Bursa Asia menguat terpicu kenaikan kembali Dolar Amerika Serikat (AS). Pasar juga tengah mencerna rencana kebijakan Bank Rakyat China dan Bank Sentral Eropa yang akan diumumkan pada akhir pekan.

Melansir laman CNBC, Senin (11/9/2017), indeks Nikkei 225 menguat 1,25 persen dan indeks Kospi Korea Selatan masih tertekan 0,99 persen, seiring meredanya ketegangan geopolitik di semenanjung Korea selama akhir pekan.

Sementara Down Under, S & P/ASX 200 naik 0,48 persen, dengan sub-indeks teknologi informasi dan kesehatan memimpin kenaikan.

Bursa Asia kembali melaju usai Korea Utara ternyata tak lagi meluncurkan rudalnya pada 9 September, yang disebut-sebut merupakan hari berdirinya negara tersebut. Sebelumnya, muncul spekulasi menjelang akhir pekan bahwa Korea Utara akan kembali melakukan uji coba rudal saat momen tersebut.

Di sisi lain, pasar juga tengah memantau rencana Bank sentral China yang ingin meringankan persyaratan bagi lembaga keuangan, untuk menyisihkan cadangan risiko valuta asing bagi perdagangan yuan pada 11 September, seperti mengutip Reuters.

"Persyaratan ini diberlakukan pada bulan Oktober 2015 untuk mengurangi spekulasi valuta asing. Ini menunjukkan pendekatan liberalisasi perdagangan yang lebih liberal karena PBOC menghapus beberapa mekanisme defensif yang diterapkan untuk mengurangi arus modal keluar," kata Stephen Innes, Kepala Perdagangan Asia-Pasifik OANDA, melalui catatannya.

Sementara itu, Bank Sentral Eropa menimbang opsi untuk mengurangi pembelian obligasi menjadi 20 miliar euro atau 40 miliar euro per bulan dari 60 miliar euro saat ini. Keputusan bank sentral tersebut diperkirakan akan disampaikan pada pertemuan 26 Oktober.

Dalam mata uang, indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, naik tipis 91,462 setelah merosot pada hari Jumat. Indeks dolar pada pekan ini berakhir di posisi 91,325. Analis menghubungkan melemahnya dolar terkait ketegangan geopolitik dan dampak ekonomi Badai Harvey dan Irma. Rifanfinancindo.



Baca Juga :


Sumber : Liputan 6

Jumat, 08 September 2017

Ada Sinyal Stimulus Bank Sentral Eropa, Bursa Asia Variatif


Rifan Financindo - Bursa Asia naik pada pembukaan perdagangan hari ini, Jumat (8/9/2017). Penguatan bursa Asia dipengaruhi signal rencana peluncuran kebijakan stimulus fiskal oleh Bank Sentral Eropa.

Dolar melemah terhadapo Euro menyusul Kepala Bank Sentral Eropa Mario Draghi menyatakan bahwa Oktober tahun ini pihaknya akan mulai meluncurkan program stimulus yang masif.

Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,1 persen, tapi tetap turiun 0,2 persen secara mingguan.

Kemudian indeks saham Jepang, Nikkei tergelincir 0,5 perse, kehilangan 2 persen pekan ini karena tertekan oleh penguatan yen seperti dilansir dari Reuters.

Sementara Wall Street pada penutupan perdagangan kemarin pun melemah akibat sinyal stimulus dari Bank Sentral Eropa ini. Selain itu, bencana badai Harvey pun memberikan sentimen negatif terhadap pergerakan saham AS.

Dolar tertekan oleh pernyataan Kepala Bank Sentral Eropa Mario Draghi bahwa pembuat kebijakan akan memutuskan pada musim gugur ini dan keseluruhannya akan diambil pada Oktober.

Draghi juga mengatakan bahwa ECB harus memperhitungkan pelemahan inflasi karena euro yang kuat karena bersiap untuk mengurangi rangsangannya, kata Draghi, setelah bank sentral mempertahankan suku bunga pada rekor terendah pada pertemuan kebijakan regulernya dan memastikan bahwa pembelian aset akan berlanjut, setidaknya sampai Desember. Rifan Financindo.



Baca Juga :


Sumber : Liputan 6

Kamis, 07 September 2017

Bursa Asia Menguat Sambut Kesepakatan Utang AS






PT Rifan Financindo - Bursa saham Asia menguat pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Penguatan bursa saham Asia ditopang dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan kongres yang setuju memperpanjang batas waktu pembahasan plafon utang pemerintah AS hingga Desember. Ini mengurangi risiko berhentinya operasional pemerintahan.

Bursa saham Asia sebagian menguat. Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,3 persen. Indeks saham Jepang Nikkei menguat 0,6 persen. Indeks saham Korea Selatan Kospi naik 0,6 peren. Kemudian indeks saham Australia menguat 0,4 persen.

Penguatan bursa saham Asia ini juga diikuti bursa saham Amerika Serikat atau wall street. Indeks saham S&P 500 menguat 7,69 poin atau 0,31 persen. Didorong kenaikan sektor saham energi.

Presiden AS Donald Trump bersama anggota kongres baik partai Demokrat dan Republik untuk menaikkan batas utang AS dan memberikan dana pemerintah AS hingga 15 Desember. Ini menunjukkan Trump juga merangkul lawan politiknya.

"Batas akhir plafon telah diperpanjang hanya tiga bulan.A kan tetapi akan kembali menghantui pasar lagi hingga akhir tahun ini. Namun, pasar menyukai karena kita tidak perlu khawatir mengenai hal itu (batas utang dan dana pemerintah AS) untuk saat ini," ujar Masahiro Ichikawa, Analis Senior Sumitomo Mitsui Asset Management, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (7/9/2017).

Sentimen itu juga mendorong imbal hasil surat berharga AS bertenor 10 tahun naik 2,101 persen dari level terendah dalam 10 bulan di kisaran 2,054 persen. Akan tetapi ketegangan politik mengenai program nuklir Korea Utara membayangi pasar keuangan terutama di Jepang dan Korea Selatan.

Sedangkan kabar wakil ketua the Federal Reserve Stanley Fischer akan mengundurkan diri karena alasan pribadi mengingatkan investor terhadap pemerintahan AS.

Di pasar uang, dolar AS kembali menguat ke posisi 109,24 terhadap yen. Euro berada di posisi US$ 1,1925 menjelang pertemuan kebijakan moneter bank sentral Eropa.

Harga minyak Amerika Serikat turun 0,1 persen ke level US$ 49,12 per barel. Harga minyak Brent susut 0,3 persen ke posisi US$ 54,03 per barel. PT Rifan Financindo.


Baca Juga :


Sumber : Liputan 6

 
Disclaimer: Semua informasi yang tersedia dalam blog ini hanya bersifat informasi saja. Kami berusaha menyajikan informasi yang terbaik, akan tetapi kami tidak menjamin keakuratan dan kelengkapan dari semua informasi atau analisa yang tersedia. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari blog ini.

PT. Rifan Financindo Berjangka Surabaya
Wisma Bii Lt. 16 Jl. Pemuda 60-70 Surabaya 60271 Telp : 031-5349800(hunting), Fax : 031-5347800